Suara elektrokardiogram menjadi suara paling dominan di dalam ruangan tersebut. Ditengah kesunyian, seseorang yang terbaring di ranjang rumah sakit membuka matanya dengan air mata meleleh.
Air mata terus saja berjatuhan, meleleh dari matanya sampai pipi, namun tak satupun suara keluar dari bibirnya. Ia tetap diam tak bersuara, merasakan rasa sakit di hatinya dan tangis pilu yang tidak terlupakan.
Suara pintu terbuka, dibarengi dengan suara seorang wanita paruh baya berteriak memanggil namanya.
"Sheriana! Suster! Suster!"
Suara itu, ia kenal dengan suara itu. Tidak berapa lama sang wanita kembali dengan seorang dokter dan suster. Sheri merasa tubuhnya diperiksa oleh sang dokter, lantas ia mendengar isak tangis kebahagiaan dari wanita tersebut. Setelah itu mereka pergi, hanya meninggalkannya berdua dengan sang wanita.
Sheri menoleh, melihat jendela kamar rumah sakit seraya mengangguk.
"Ibu... Aku pulang.""Anakku!" sang wanita yang dipanggil ibu itu pun langsung memeluk anaknya dengan berlinang air mata kebahagiaan. Ia tak kuasa lagi menahan rasa di hatinya. "Apa yang terjadi denganmu nak... Hiks... 6 bulan, selama 6 bulan kamu koma! Apa yang terjadi hiks... Tolong jangan menakuti ibu lagi hiks..."
Tangisnya begitu pilu. Sheri perlahan-lahan bisa menggerakkan kembali tangannya. Ia pun membalas pelukannya, dan langsung menjerit pilu.
"Ibu!!! Hueee!!! Ibu!!!"
Dia sedih, dia menangis. Sheri tidak tahan dengan apa yang telah dialaminya. Apakah itu semua mimpi? Apakah Kyree dan semua orang itu mimpi? Apakah dia selama ini hanya berada di dalam ilusi? Tetapi rasa tubuhnya terbelah begitu nyata. Rasa kehangatan dari pelukan laki-laki itu begitu nyata. Dan rasa sakit hati atas kesedihan di dalam hatinya juga bukan ilusi.
Menangis, dia menangis menumpahkan segalanya.
~×~
Beberapa hari kemudian Sheri sudah diijinkan pulang. Dia tinggal di rumah ibunya untuk sementara waktu sampai tubuh dan mentalnya benar-benar pulih. Baru setelah ia sembuh total, Sheri pamit kembali untuk pulang ke apartemennya.
Sampai di apartemennya, ia langsung menuju layar komputer miliknya, login pada akun dan membuka web-novel dengan ID SiriS miliknya.
Semua novel yang pernah ia tulis langsung muncul. Jemarinya mengetik judul 'Calamity's Obsession.' Dibukanya web-novel tersebut dan rupanya, semua masih sama. Web novel itu tetap rumpang sama seperti terakhir kali ia pergi. Dibukanya kolom komentar, Sheri mendapatkan begitu banyak komentar yang mendoakan kesembuhannya.
Membuka tabloid kabar 6 bulan yang lalu, ia mendapati bahwasanya highlight berita tersebut cukup mengejutkan. "Seorang mahasiswa penulis web-novel ditemukan tidak sadarkan diri di apartemennya."
Dari cerita ibunya, Sheri ditemukan oleh Miranda, penerbit dari novel-novelnya. Miranda pada saat itu sedang berkunjung dan malah mendapati Sheri sudah tidak sadarkan diri dengan nadi lemah. Dia pun langsung menghubungi ambulan sehingga nyawa Sheri masih sempat tertolong meski ia tak sadarkan diri dan sempat koma selama 6 bulan.
"Novelnya tetap sama... Kyree... Eldo... Alaric... Azura... Semua... Semua terasa nyata."
Jemarinya langsung melesat. Sheri mengabaikan semuanya dan langsung mulai menulis.
Setidaknya meski semua terasa hanya mimpi, Sheri memilih untuk mempercayainya. Dia harus segera menulis semuanya sebelum ingatannya pudar. Meskipun ia memiliki ingatan yang bagus, tidak serta merta dirinya bisa ingat sampai detil terkecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calamity's Obsession ✓
Storie d'amore"Jika ingin aku menyelesaikan novelnya, setidaknya kutuk aku menjadi pemeran utama! Mengapa aku harus menjadi tokoh figuran yang ditakdirkan mati pada bab pembukaan!" Sheriana Sirius, seorang penulis web-novel yang dikutuk oleh pembacanya karena tid...