Seperti yang sudah diceritakan, Calamity sudah ada jauh sebelum Regis menjadi dewa di Avara. Kisah ini bermula jauh sebelum Regis datang, yaitu tentang Calamity dan Luna.
Luna adalah seorang dewa yang ditugaskan untuk menjaga Avara. Ia tertarik dengan pengetahuan dan ilmu spiritual lantas mengajarkan pada manusia tentang sihir dan kekuatan. Manusia yang baik condong menggunakan sihirnya untuk kebaikan, dan untuk manusia yang berniat jahat, sihir digunakan sebagai media untuk melancarkan siasat jahatnya.
Sebagai dewa baru, Luna tidak begitu paham mengenai manusia fana. Ia tidak mengerti mengapa ilmu sihirnya malah digunakan untuk kejahatan. Ia pun lantas mencari tahu sumber kejahatan tersebut dan menemukan segumpal bayangan hitam tengah berdiam diri di dalam sebuah goa.
"Jadi engkau yang membuat manusia berbuat jahat?" Luna menuding sosok bayangan yang tengah menikmati masa santainya.
Sosok bayangan itu pun menjawab. "Aku mengonsumsi energi negatif dari mereka, bukan memberi. Kamu salah tempat, pergilah. Jangan menggangguku."
Calamity saat itu adalah eksistensi yang tenang. Dia tak pernah sekalipun meninggalkan goa tempatnya bersemayam dan bersembunyi. Ia benci dunia cahaya sehingga memilih untuk mengubur diri dalam kegelapan.
Semakin lama manusia semakin berkembang. Tampaknya Luna tak begitu pandai dalam mengendalikan manusia sehingga muncullah zaman tirani dimana ilmu sihir bagai senjata bermata dua. Kekacauan merebak kemana-mana, kehancuran, kebengisan, tangis, kebencian, dendam, semua energi negatif menjadi satu.
Energi negatif tersebut diserap semuanya oleh Calamity sehingga menjadikannya tumbuh besar dan kuat. Namun tetap, meski sekuat apapun dirinya, Calamity memilih tetap bersembunyi menikmati kesendiriannya.
Kemudian satu hari, dengan dipenuhi emosi, Luna datang kepadanya seraya marah-marah. Ia ingin agar dirinya pergi dari dunia ini. Jelas Calamity tidak mau, dia memberi alasan mengapa dirinya tidak akan pergi.
"Aku ada sebagai wadah energi negatif. Meski aku pergi, energi negatif akan tetap ada dan membentuk Calamity yang baru. Lagipula, selama ini aku tidak menggangumu. Kau saja yang tak becus sebagai dewa."
Hinaan Calamity menembus tepat dalam diri Luna. Luna yang sudah kelelahan pun akhirnya kehilangan kesabaran lantas mengamuk. Dia tetap bersikeras bahwa dunia Avara hancur dikarenakan ulah Calamity, bukan salahnya. Ia tak ingin menerima kenyataan bahwasanya dunia yang ia pimpin malah tenggelam dalam kekuatan jahat.
Calamity juga tidak tinggal diam. Dia pun melawan Luna menggunakan kekuatan sejatinya. Dalam situasi dunia yang kacau, energi negatif lebih mendominasi daripada energi positif sehingga Luna pun kalah telak dalam pertempuran tersebut. Selain kalah dari Calamity, dia juga tak sadar sudah menghancurkan Avara dalam pertempuran mereka sehingga dia pun dinyatakan gagal sebagai dewa.
Luna mendapatkan hukuman dari kaisar para dewa lantas dibuang ke Abyss layaknya sampah.
Ribuan tahun kemudian, Avara kembali beregenerasi dan manusia mulai menunjukkan populasinya. Datanglah Regis sebagai dewa yang baru dan memimpin para manusia kepada kehidupan yang lebih baik. Dia dianggap sebagai dewa yang berhasil meski pernah jatuh dalam dekapan ilusi Calamity.
Kepemimpinan Regis tetap berjaya sampai sekarang, membuat Luna benar-benar dilupakan oleh dunia. Tak satupun jejak peninggalannya ditemukan di dunia ini, seakan telah binasa, hangus terbakar dalam pertempurannya dengan Calamity jutaan tahun silam. Eksistensinya sebagai dewa yang pernah memimpin Avara telah hilang, terkubur jauh dalam sejarah dunia manusia.
Kisah itu berakhir dengan munculnya dendam pada diri Luna. Dia lantas mengumpulkan satu persatu kekuatan di Abyss dari membunuh dan membunuh, hingga akhirnya ia pun mampu menundukkan sang penguasa Abyss, 7 iblis dosa besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calamity's Obsession ✓
Romance"Jika ingin aku menyelesaikan novelnya, setidaknya kutuk aku menjadi pemeran utama! Mengapa aku harus menjadi tokoh figuran yang ditakdirkan mati pada bab pembukaan!" Sheriana Sirius, seorang penulis web-novel yang dikutuk oleh pembacanya karena tid...