Gue hamil.
Menurut kalian gimana?
Gue pribadi nggak tahu mau seneng atau sedih. Bingung ngejelasinnya dengan kata-kata. Bukannya nggak mau menerima kenyataan kalau ada janin sebesar biji kacang ijo lagi menetap di rahim gue. Bukan pula gue nggak bersyukur karena dikasih rejeki sama Sang pemilik alam semesta beserta isinya.
Gue cuma heran, kok bisa? Yang tadinya kami benar-benar harapkan justru nggak kesampaian. Tapi, di saat kami sudah pasrah. Tuhan malah kasih kita lebih. Anak gue kembar coy, coba bayangin?
Dua tahun sudah gue berumah tangga sama Jaehyun. Pada akhirnya si posesif yang kelewat ganteng itu bisa dipanggil papa juga.
Sejak tadi gue menatap dia yang nggak berhenti tersenyum seakan dirinya baru saja memenangkan lotre.
"Aku seneng banget tahu," ungkapnya.
Gue mengangguk. Nggak merespon berlebihan hingga dirinya gemas sendiri. Jaehyun mendekati gue secara perlahan, merentangkan tangannya agar gue memeluk tubuhnya sedangkan gue memilih diam.
Respon yang gue berikan sukses membuat dia bingung. "Kenapa? Kamu nggak seneng ada dua janin di rahim kamu?"
"Nggak. Bukan gitu."
"Terus?" Jaehyun mengamati wajah gue. Jemarinya mengusap kepala gue penuh kasih sayang. "Nggak usah takut. Kan ada aku. Aku nggak bakalan ngebiarin kamu sendirian. Aku bakal jadi suami dan Papa yang siaga buat kamu dan mereka kok. Kamu tenang aja."
Andai dia tahu, ada satu hal yang gue takutkan. Gue takut anak-anak gue bakalan mengalami hal yang sama seperti gue.
Sejak kecil, gue nggak pernah tahu siapa papa gue karena mama berpisah dengan papa sebelum gue terlahir di dunia, bahkan gue nggak tahu gimana rasanya dimanja.
Dari Mark, gue mendapatkan itu semua. Dia yang menganggap gue bukan hanya sekedar kekasih, tetapi dia juga bisa menempatkan diri sebagai papa dan seorang sahabat di saat gue membutuhkan peran itu.
Gue memiliki kakak laki-laki. Satu-satunya pria yang gue miliki setelah kepergian mama. Mama dipanggil Tuhan di saat gue memasuki usia 10 Tahun.
Berat? Ya, seperti itulah hidup dan harus tetap kita jalani. Se-pahit apapun itu.
Kehilangan orang-orang yang kita sayangi ngebuat gue jadi lebih gampang bersyukur. Gue bersyukur adanya mereka di kehidupan kami nanti. Gue cuma bisa berharap hal yang gue takutkan nggak akan terjadi sama mereka di masa depan.
Jaehyun, gue percaya, dibalik semua sifat anehnya, akan ada sifat luar biasa yang dia miliki. Baterai aja memiliki sel elektrokimia yaitu kutub positif dan kutub negatif apalagi kita yang terlahir sebagai manusia.
"Lihat aku coba," pinta Jaehyun. Gue menunduk, menahan air mata yang siap terjun bebas. Teringat akan kisah gue yang dulu. Masa lalu yang seharusnya gue buang jauh-jauh.
Terkadang gue lupa, nggak ada yang namanya mantan papa. Buat bertemu dengan dia aja gue nggak sanggup. Gue juga nggak tahu dimana dia sekarang. Yang gue tahu dia bakalan baik-baik aja. Sebab gue yakin. Orang jahat matinya bakalan lama, mereka akan diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memperbaiki diri lebih dulu sebelum ajal menjemput.
Hey, jangan pernah berpikir kalau gue membenci papa gue sendiri. Bukan membenci, tapi gue lebih memilih untuk nggak tahu menahu soal dia. Rasanya sakit kalau gue mengingat itu. Anak broken home seperti gue pasti paham gimana rasanya.
"Y/N?"
"Hum?" Mata teduhnya sukses membuat gue terpaku. Hanya melihat senyum tulusnya bisa ngebuat hati gue tenang seketika. Gue akui, senyum tulus yang dirinya miliki merupakan salah satu kelebihan Jaehyun. Gue mendapatkan kenyamanan dan rasa aman saat bersama dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)
FanfictionWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...