My Best Choice pt. 3

361 72 1
                                    

Sudah berpuluh-puluh kali Jaehyun berusaha untuk menghubungi gue, mengirimi chat, mengirimi pesan, mengirimi voice note sampai mencoba menghubungi lewat video call. Sayangnya gue nggak pernah mau mengindahkan panggilannya itu.

Menurut gue, buat apa lagi kalau cuma bikin rencana move on gue ke dia gagal. Bakal percuma usaha gue sebulan ini.

Terkadang gue mikir, lebih tepatnya penasaran. Apa alasan Jaehyun mengajak gue bertemu di saat gue udah menghilang dari hidupnya selama sebulan? Bahkan dirinya sama sekali nggak nanyain kabar gue selama itu. Aneh kan?

Banyak orang bilang, kita bakalan merasa kehilangan setelah orang itu tiada. Apa itu yang dirasakan Jaehyun selama ini setelah gue nggak ada di dekat dia?

Jujur, gue nggak mau terlalu percaya diri lagi kalau ujung-ujungnya cuma buat gue sakit hati. Gue suka dengan kehidupan gue yang sekarang. Dipenuhi canda tawa, dikelilingi orang-orang keren dan baik seperti kak Yuta dan Kak Doyoung. Mereka bukan hanya sekedar rekan kerja karena mereka menganggap gue sebagai seorang teman bahkan keluarga.

Apa yang nggak gue dapat di Jakarta, gue mendapatkannya di tempat ini. Berharap semoga gue mendapat jodoh di sini juga. Hehehe, siapa tahu kan? Sembari menuntut ilmu, mencari rejeki justru malah dikasih lebih. Nggak ada salahnya juga karena gue butuh support system dari yang lain.

"Sumpah Kak, gue baru tahu ternyata Pak Bastian kayak gitu orangnya," Gue menghela napas kasar. Nggak menyangka klien yang bakalan gue hadapi modelan kayak tadi. Sumpah rewel banget, ada ya orang yang kayak gitu?

"Kan gue bilang, gue nggak bisa antisipasi sendirian. Dia itu bakalan paham kalau sama cewek. Makanya gue ngajak elo."

"Aneh banget, apa yang gue bilang tadi kan juga sama persis sama kayak yang lo bilang."

"Yah, namanya botuna," kelakar kak Doyoung. Gue cuma bisa tertawa membalas ucapannya. Ada-ada saja.

Jam menunjukkan pukul 5 sore, sudah saatnya kami pulang tapi sebelum itu kak Doyoung mengajak gue untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Gue pun mengiyakan ajakannya.

Kak Doyoung memperhatikan gue sejak tadi. Entah karena hal apa. Suasana berubah menjadi canggung ketika dia semakin dalam menatap manik mata gue.

"Jarum angka 3, lo kenal sama dia?" tanyanya tiba-tiba. Lantas gue menengok namun pergerakan gue dihentikan dengan dirinya yang meraih ke dua pipi gue agar tetap melihatnya. Detik itu juga kinerja jantung gue bekerja lebih aktif dari pada biasanya. Kak Doy nggak pernah melakukan ini. Nggak pernah ada skinship di antara kita.

"Pelan-pelan aja nengoknya," peringat dia.

Oh, ternyata gue salah memaknai perubahan sikap dan perilakunya tadi.

Perlahan gue mulai mencari tahu siapa orang yang dimaksud kak Doyoung. Betapa terkejutnya setelah gue melihat dia yang sedang menatap gue dengan tatapan yang sulit diartikan.

Jung Jaehyun? Sejak kapan?

"Kenal?" tanya kak Doyoung spontan.

Gue menggeleng pelan sembari mengangkat bahu. Senior gue ini mengangguk mengerti lalu kembali sibuk dengan makanan yang ada di hadapannya.

Kepalang tanggung, nggak mungkin gue meminta kak Doyoung untuk pergi dari sini. Sudah dapat dipastikan bakal banyak pertanyaan terlontar dari pria tinggi yang sedang menyantap makanannya itu.

"Kak, gue ke toilet bentar ya?"

"Hum."

Gue berjalan tanpa menoleh, tanpa peduli dia yang sedang menatap gue. Kenapa harus bertemu di saat gue lagi bersama dengan kak Doyoung? Sulit buat gue menghindari dia kalau kayak gini caranya.

Sebuah tarikan pelan ngebuat gue menoleh. Gue pikir kak Doyoung pelakunya ternyata bukan. Orang yang gue hindari sejak sebulan lalu, dia pelaku utamanya.

"Gue kangen." Dua kata yang mampu membuat gue terdiam. Nggak ada pergerakan sedikit pun, nggak ada kalimat yang gue lontarkan. Gue masih dalam aksi diam tanpa menatap ke dua matanya.

"Kangen banget," katanya lagi, pergerakannya membuat gue mundur ke belakang. Jaehyun menarik pergelangan tangan gue lalu merengkuh tubuh gue ke dalam dekapan hangatnya. "Kenapa pergi? Kenapa ninggalin gue?"

"Ngapain lo di sini?" Pada akhirnya kalimat itu yang gue lontarkan. Sebuah alasan yang membuat gue semakin penasaran. "Bisa lepas? Nggak enak dilihat sama yang lain. Kita lagi di tempat umum."

"Lo berubah," cicitnya.

"Nggak ada yang berubah, situasinya yang ngebuat kita kayak gini."

"Y/N?"

"Kak Doy-" Pria yang pergi bersama dengan gue menatap gue dengan penuh kebingungan. Mungkin dia berpikir kenapa gue bisa ada sama orang ini, jelas-jelas tadi dia dengar kalau gue nggak mengenali Jaehyun.

"Dia siapa?" tanya Jaehyun penuh selidik. Jemarinya masih setia menggenggam jemari gue. Dengan cekatan gue melepas tautan tangan kami. Rasanya aneh, hati gue terasa dicubit. Kenapa Jaehyun kembali hadir di saat gue sedang berusaha melupakan dia dan sekarang gue bingung mesti bagaimana?

Lo jahat banget Jung.

Gue menengok ke arah kak Doyoung. Gue harap dia mengerti akan situasi yang sedang gue alami. Tanpa ijin darinya, gue memperkenalkan kak Doyoung sebagai pacar gue di hadapan Jaehyun.

"Dia, pacar gue," ucap gue tanpa ragu. Mata Jaehyun melebar, begitu pun dengan milik kak Doyoung. Pria itu menatap gue, lebih tepatnya meminta penjelasan.

Seakan mengerti dengan tatapan gue, kak Doyoung menarik gue agar semakin mendekat ke arahnya. "Kim Doyoung, pacarnya Y/N."

Gue bernapas lega. Setidaknya kak Doyoung udah menyelamatkan gue hari ini.

"Jung Jaehyun," sahut Jaehyun sembari membalas uluran tangan dari kak Doyoung.

Setelah ini nggak ada lagi yang perlu dibahas. Gue mau pulang pokoknya. Nggak bisa gue berdiam di sini terlalu lama.

"Kak, balik yuk? Udah sore juga," ajak gue. Kak Doyoung mengangguk, Berpamitan pada Jaehyun dan membawa gue menjauh dari tempat itu.

"Mantan lo ya?"

Hal ini yang selalu gue wanti-wanti. Bakal banyak pertanyaan yang mesti gue jawab pada akhirnya. Belum sampai di dalam mobil pun, kak Doyoung sudah banyak melontarkan pertanyaan.

"Gue jelasin di mobil. Yang jelas, makasih karena udah bantuin gue hari ini, Kak."

"Nggak gratis. Lo utang cerita sama gue."

"Iya, iya, bakal gue ceritain. Dia juga yang jadi alasan gue berada di sini sekarang."

"Gamon kah?"

"Diem deh Kak."

"Hahaha, maaf. Gue cuma penasaran aja. Aneh sama sikap kalian tadi. Dia juga kayak kaget pas tahu lo udah punya pacar. Udah lama nggak contact an lagi memangnya?"

"Buat apa?" jawab gue.

"Nggak ada salahnya dengan saling memberi kabar."

"Itu kan menurut Kakak. Kalau menurut gue nggak. Lebih baik kayak gini. Gue nggak mau merusak kebahagiaan saudara gue sendiri. Gue takut jadi orang jahat karena terlalu egois."

"Maksudnya?" Kak Doyoung menghentikan langkahnya. Kemudian menahan pergerakan gue. Gue menoleh menatap dia yang sedang menunggu jawaban dari gue.

"Gue terlanjur cinta sama dia, tapi dia justru mencintai kakak kandung gue. Udah ke jawab semua kan? Kalau gitu, ayo kita balik ke kantor. Kak Yuta udah nanyain laporannya dari tadi."

Tanpa menjawab kak Doyoung berjalan mendahului gue. Seharusnya kan gue yang galau, kenapa jadi dia yang banyak diam setelah ini?






JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang