CP - 30

235 30 0
                                    

Banyak orang mendemo di depan perusahaan GC Crown, mereka meminta klarifikasi tentang perusahaan yang ada di Jakarta.

Anin yang melihat pendemo itu terkejut karena tak menyangka effect hingga kesini, Anin merasa kakaknya berhasil membangun perusahaan ya hingga mendunia.

Feni menghampiri Anin dan segera membawa masuk Anin ke dalam, Anin terbinggung dengan keadaan perusahaan Gaby di Jakarta.

Feni menjelaskan kepada Anin apa yang terjadi di Jakarta, Feni juga menyampaikan pesan dari Gaby.

"Bentar gue ambil tas dulu di ruangan gue, setelah ini gue anterin lo pulang dan jangan pernah kemana - mana selain lo ke kampus sampai masalahnya selesai. Tenang nanti gue kabarin ke lo kalau masalahnya sudah selesai." Anin mengangguk dan menunggu di dekat mobil Feni.

Secara tidak sengaja ada para wartawan jepang yang ingin meliput tentang perusahaan Gaby pun melihat Anin segera menghampiri dan mencecari  Anin dengan segudang pertanyaan, Feni yang baru keluar segera menghampiri dan mengusir secara sopan wartawan tersebut.

Feni segera membuka pintu mobil dan menyuruh Anin masuk kedalam mobil dan Feni ikut masuk kedalam sambil diikuti wartawan tersebut untuk meminta penjelasan namun Feni hanya bungkam.

Dalam perjalanan Anin hanya merenung kejadian yang baru tadi ia alami, tak lama ia teringat dengan sang kakak. Anin mengambil HP-nya di dalam tas lalu mengirimkan pesan kepada sang kakak, Gaby.

Disisi lain ada Sam murka dengan anak buahnya karena tidak becus menjadi anak perempuannya.

"KALIAN MENJAGA SATU ORANG AJA GAK BECUS…KAMAR ANAK SAYA ITU LANTAI TIGA LOH, GIMANA CARANYA DIA BISA KABUR" Tak lama datang anak buahnya yang sudah mengecek CCTV di rumah tersebut dan menunjukkan kepada Sam.

"KURANG AJAR…CERDIK JUGA ANAK ITU, GAK BISA AKU REMEHKAN" Anak buah itu mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Sam.

"Bos maaf memotong, benar dia bisa menjadi penghalang yang besar untuk kita" Sam sedikit tersenyum dan menatap jendela.

"Saya masih punya banyak cara untuk membuat dia berlutut sama saya, tapi saya butuh kalian kerja yang benar. Maaf Saya berteriak sebelumnya tetapi saya tidak mau kalian gagal lagi setelah ini" semuanya mengangguk patuh terhadap Sam. Sam menyuruh mereka keluar dari ruangannya.

"Gue heran sama Pak Sam…sebenarnya dia itu baik tapi kenapa ya dia bisa kayak gitu" Anak buahnya mengangguk lalu mengangkat bahu nya menandakan ia tidak tahu.

"Iya sih, kalau dia mau pecat kita bisa aja, kalau gue ya ngerasa kinerja gue kurang bagus tapi dia selalu mempertahankan kita kan" Mereka bertiga sudah duduk di pos biasa mereka berjaga - jaga.

Dua anak buah yang lain mengangguk setuju lalu anak buah yang pamit untuk berjaga - jaga kembali.

###

Jinan masih menemani Cindy di taman rumah sakit, hanya itu yang Jinan bisa lakukan untuk nenangin Cindy dalam hati Jinan hanya tak mau Cindy gegabah mengambil keputusan yang di akhirnya ia akan menyesalinya.

Sisca menelpon mereka untuk mengabari Gaby yang tak ada di kamar, tapi mereka tidak menjawab teleponnya.

Jinan dan Cindy sama -  sama mensilent hp maka itu mereka berdua tidak mengangkat telfon dari Sisca, Cindy dan Jinan masih terdiam.

Cindy masih bergulat dengan perasaannya namun mendapatkan elusan pundak dari Jinan membuat Cindy lebih baik.

Cindy menarik nafas panjang lalu memberi tahu keputusan kepada Jinan, bahwa dirinya akan tetap pergi ke Korea untuk mengejar mimpinya. Jinan yang mendengar itu pun tersenyum dan sedikit merangkul Cindy lalu Cindy membalas rangkulan Jinan.

"Nah gitu dong, itu baru kakak gue" Cindy yang mendengar itu pun sedikit memukul pelan pundak Jinan dan mengajaknya kembali ke ruangan Gaby dan Eve.

Sesampainya di ruangan rawatnya Gaby dan Eve, Sisca, Eve, Ariel  melihat ke arah mereka dengan tatapan tajam, mereka yang tak tahu apa - apa pun hanya binggung.

"Kenapa dah ngeliatin gitu amat" Cindy yang duduk di sofa lalu diikuti oleh Jinan yang sedikit memejamkan matanya.

"Dari mana aja sih, gue nyariin lo pada juga dari tadi bikin gue pusing aja." Cindy yang hanya diam mendengar omelan Sisca, Jinan masih tetap memejamkan matanya sambil mendengar omelan Sisca.

"Dari tadi gue telfon lo berdua mau kabarin, Ka Gaby kabur dari rumah sakit tapi lo berdua gak ngejawab telpon gue. Jadi kerjaan gue sama Ariel kan double nyariin Ka Gaby sama lo berdua" Cindy dan Jinan mendengar itu terkejut lalu menatap ke arah Gaby hanya sedang terlelap di sampingnya ada Shania yang sedang memegang tangannya Gaby, Shani, dan Gracia yang sedang menatap ke arah mereka.

Jinan dan Cindy menanyakan mengapa Gaby bisa kabur lalu dijawab ketus oleh Sisca karena sangkin kesal terhadap Jinan dan Cindy.

Cindy dan Jinan merasa bersalah pun meminta maaf kepada Sisca dan yang lain, Shania, Gracia, dan Shani hanya tersenyum melihat mereka. Cindy merangkul mereka semua dan memeluknya.

Gaby yang baru bangun dari tidurnya melihat mereka yang sedang berpelukan hanya tersenyum dan merasakan tangannya ada yang mengengam, Gaby melihat ke arah tangannya sambil tersenyum.

Shania merasakan ada yang mentapanya pun mengalihkan pandangannya ke arah belakang, Shania terkejut segera ia melepaskan genggamannya namun ditahan oleh Gaby dan mempererat genggamannya.

Shania tersenyum melihat respon Gaby yang semakin mempererat gengamannya, Gaby mengajak semua adik - adiknya berpelukan bersama Shania lalu mereka menerima dengan senang hati dan pergi memeluk Gaby dan Shania, Shani dan Gracia melihat itu pun ikut berbahagia.

Shania merasa bahagia karena keluarga Gaby mulai menerimanya kembali, Gaby mengajak Shani dan Gracia berpelukan dan mereka berpelukan.

###

Boby masih mencoba menelpon Shania namun tidak dijawab oleh Shania, tak lama ada seorang paruh baya yang umurnya sekitar 45 tahun membuka pintu kamar Boby.

"Shania…udah ada kabar?" Boby menggeleng sambil melihat handphone nya dan mencoba menghubungi Shania kembali namun hasilnya tetap sama, Nihil.

Pria paruh baya itu mencoba menenangkan anak laki - lakinya untuk tetap stay chill, tetapi Boby tidak bisa karena hampir satu bulan lama ya Shania tidak bisa dihubungi.

'Enggak Gaby, enggak Shania kamu terlihat sangat khawatir Bob' paruh bayah itu hanya mengelus pundak Boby.

"Yaudah kalau nggak kamu coba lapor polisi atas kehilangan Shania" Boby mendengar itu tampak berpikir tak lama dirinya mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan pria tua tersebut.

"Yaudah Pa…Boby mau ke kantor polisi dulu buat laporan kehilangan Shania sekalian jemput Beby di rumah temannya" Sang Ayah mengangguk lalu Boby mengambil kunci mobil diatas meja lalu berjalan keluar rumah.

"Kamu terlihat sangat peduli dengan mereka Bob…sebenarnya siapa yang kamu pedulikan, Shania atau Gaby." Sang Ayah melihat kepergian sang anak.

T.B.C

Hello I'm back 👋

Makasih udah setia nungguin cerita ini update.

Jangan lupa untuk Vote dan Komen

See you on the next chapter ☺️





Cool PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang