Kenyataan Pahit

157 10 5
                                    

Gangnam, Seoul

Lagi dan lagi ten mendapat panggilan ke sekolah anaknya, dia sampai capek dengan pembicaraan sang guru yang ujungnya akan sama.

Ten rasanya ingin memindahkan deren ke sekolah asrama , karena tak ada habisnya dia berbuat ulah disekolah

"Aku lelah dengan panggilan ini jo" keluh ten pada johnny didalam mobil , mereka baru saja parkir tepat pada sekolah deren.

"Namanya juga anak laki laki, kamu tidak perlu cemas, sudah biasa itu mae" jawab johnny santai

"Iya biasa, tapi tidak setiap minggu mendapat panggilan peringatan seperti ini, setelah lulus nanti pindahkan saja ia ke sekolah asrama" sahut ten yang sudah jengah

"Haha kamu sanggup berjauhan dengan deren? kamu kan sangat memanjakan nya ten" ledek Johnny sambil terkekeh dan mendapat tatapan tajam dari sang isteri

Mereka bedua keluar dari mobil dan menuju ruangan sang guru, disana sudah terdapat deren dan juga orang tua dari siswa lain.

"Baik tuan nyonya, saya disini selaku guru pembimbing ingin membantu menyelesaikan masalah deren dan ghamsan" tutur sang guru dengan lembut.

Lalu gurunya melanjutkan lagi "Sesuai dengan yang deren dan ghamsan ceritakan pada saya, berawal dari deren yang tidak sengaja mematahkan pensil ghamsan, deren mengaku sudah meminta maaf tapi ternyata ghamsan malah marah, akhirnya deren pun dicubit oleh ghamsan. deren merasa sakit , akhirnya deren menampar pipi ghamsan sampai merah dan ghamsan pun menangis lalu terjadi lah pertengkaran hebat diantara mereka"

"Deren ini emang anaknya kasar bu, masa sama perempuan main tangan" ucap orang tua ghamsan

"Bu, anaknya yang mulai duluan, padahal anak saya udah minta maaf loh" sahut mae ten dengan kesal.

"Baik , saya harap tenang semua. untuk nyonya ten, saya harap ada bimbingan luar untuk deren agar sedikit bisa mengatur emosinya" jelas sang guru pada johnny dan ten.

Johnny hanya mengangguk sedangkan ten masih sebal dengan orang tua dari ghamsan, karena ia merasa deren tidak salah.

"Dan untuk ghamsan, lain kali tidak boleh langsung marah jika temannya sudah meminta maaf ya , mohon untuk diberitahu kembali ya nyonya pada ghamsan" ucap guru tersebut dengan singkat

Setelah pertemuan selesai, johnny dan ten membawa pulang deren ke apartemen, di sepanjang perjalanan ten mengomel pada anaknya , sampai johnny hanya terkekeh mendengar cerewet nya sang istri. tapi ya namanya deren, ia tetap asik pada game di ponsel, dia cuma iya iya saja mendengar mommy nya berbicara panjang lebar




Sean baru bangun dari tidurnya, ia melihat matahari sudah naik, dia keluar dari kamar dan berjalan ingin turun ke bawah.

Tapi saat berjalan ia melihat kamar yang terbuka , lalu ia penasaran dan menghampiri nya. sean mencoba mengetuk pintu kamar , takut ada orang didalamnya tapi ternyata tidak ada jawaban , sean membuka pintu tersebut agak lebar.

Dia pun masuk ke dalam kamar taeyong dan mendapati foto dirinya yang terpajang dalam bingkai besar pada dinding.

"Loh, kenapa ada foto aku? dan itu kan foto aku pas bayi" ucapnya sambil berjalan melihat foto foto yang terpajang diatas meja samping tv.

Dia bingung dengan apa yang dilihatnya saat ini, kemudian dia membuka jendela dan mendapati sang ayah sedang berbincang serius pada taeyong di taman belakang, akhirnya sean memutuskan turun ke lantai bawah untuk menghampiri kai yang sudah datang tanpa memberitahu nya.

Ditaman belakang kai sedang meminta maaf pada taeyong atas keteledoran nya dalam menjaga sean

"Tyong, kau tidak ingin mengatakan hal sejujurnya pada sean? dia sudah terlanjur mengenal mu" tanya kai serius.

Obsesi & Norma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang