Our Revenge pt. 6 (END)

461 75 5
                                    

Juna POV

Gue baru mendapat kabar dari pacar gue kalau si medusa pergi ke Singapore untuk berobat. Jujur gue seneng mendengar itu, mungkin gue cukup jahat karena nggak berempati sama apa yang dia alami sekarang ini.

Buat apa juga gue harus berempati? Dia pantas mendapatkan itu semua. Seharusnya dia berpikir kalau apa yang dia tuai itu dari hasil yang dia tanam terlebih perlakuannya kepada Mama.

Semenjak Mama masuk rumah sakit, gue dan Janu lebih menjaga ketat Mama. Takut-takut kejadian itu bakal terulang lagi apalagi pria yang nggak tahu diri itu masih sering menghubungi gue hanya sekedar memaksa kami untuk meminta maaf sama medusa.

Dia pikir gue gila? Nggak semudah itu. Beberapa kali gue nggak pernah mengindahkan panggilannya sampai gue memilih untuk memblokir nomornya. Kalau dipikir nggak ada salahnya gue melakukan hal itu kan? Dia yang memulainya terlebih dulu, jadi, terima sendiri apa akibat yang bakalan dia dapat.

Semalam Mama meminta ijin kepada gue dan Juna. Gue sedikit bingung, alasan Mama memilih untuk pergi ke Kalimantan meninggalkan anak-anaknya dan juga Opa. Meskipun hanya beberapa Minggu, tapi gue merasa ada sesuatu yang janggal. Seperti ada yang Mama tutupi dari kami.

Nggak mendapatkan info apa pun, gue memilih pergi ke kantor Ops secara diam-diam tanpa diketahui oleh siapa pun. Mama bilang kalau selama dia berada di Kalimantan, Mama bakalan ditemani sama Om Taeyong.

"Om?" panggil gue pada laki-laki berwajah tampan itu. Jujur, gue terlalu iri dengan wajahnya yang begitu tampan. Selain itu, dia terkenal baik dan bijaksana. Nggak salah kan kalau gue mengijinkan Mama untuk menikah lagi dengan dia?

"Loh, kamu ngapain ke sini? Sendiri?"

"Iya, jangan kasih tahu Mama ya?" pinta gue.

Nggak ada yang tahu gue kemari termasuk Juna. Gue memilih merahasiakan ini dulu, mencari beberapa informasi tentang proyek yang bakalan jadi tanggungjawab Mama.

"Ok, ada apa memangnya?"

Om Taeyong mempersilahkan gue untuk memasuki ruangannya. Nggak terlalu besar, tapi cukup ngebuat gue nyaman. Dia berbalik lalu berjalan ke arah lemari es berukuran kecil yang di letakkan di bawah meja paling sudut.

"Ada apa sampai Mama kamu nggak boleh tahu?" tanya Om Taeyong sembari menyimpan sekaleng cola di atas meja.

"Om tahu proyek yang di Kalimantan?"

Om Taeyong mengangguk. "Iya, kenapa?"

Gue meraih cola yang disediakan untuk gue, membukanya perlahan lalu meneguknya hingga setengah. "Apa benar Mama yang jadi penanggungjawabnya dan Om yang nemenin Mama selama di sana?"

"Maksud kamu?" Balasan ini yang ngebuat gue yakin kalau ada hal yang gak gue ketahui. "Nggak ada yang ke sana dalam waktu dekat ini, mungkin, beberapa bulan lagi. Kenapa kamu tanya?"

Gue mengerti sekarang. Kemana Mama akan pergi sampai harus berbohong seperti ini? Meminta ijin kepada kami untuk pergi ke Kalimantan dalam waktu dekat.

"Mama aneh." cicit gue pelan. Om Taeyong tampak berpikir, detik berikutnya ia berjalan ke arah meja. Meraih sebuah map berwarna putih.

"Ini berkasnya. Bahkan masih banyak yang perlu di revisi. Hal ini yang membuat semua pekerjaan ditunda."

Gue mendongak, meraih map tersebut. Meskipun ada beberapa yang nggak gue mengerti tapi secara garis besar gue paham.

"Mama minta ijin sama kita buat pergi ke Kalimantan Lusa. Makanya, Juna butuh banyak info. Juna ngerasa Mama lebih banyak murung akhir-akhir ini, suka melamun, kadang Juna nggak sengaja mergokin mata Mama yang memerah. Juna takut terjadi sesuatu sama Mama, Om."

JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang