Epilouge

43 4 1
                                    


Suasana hati terbagi menjadi tiga. Suasana senang, suasana sedih, dan suasana haru. Adalagi suasana marah, namun semuanya itu kembali lagi tergantung pada masing-masing pribadi. Apa mungkin dia orang yang mudah tertawa? Atau mudah menangis?

Namun jika dilihat dari sisi Yuri, tampaknya gadis bersurai hitam panjang ini tengah merasa kelewat bahagia. Kenapa? Karena hari ini dia lulus. Iya, dia lulus dari kampus yang mengajarinya banyak hal.

Waktu demi waktu benar-benar berlalu dengan cepat. Enam bulan sudah berlangsung sejak pemakaman kedua orangtua Yuri. Sungguh dirasa-rasa sepertinya kehidupan itu memang sebuah roller coaster yang berjalan sangat cepat.

Dia akan lulus dari tempat dirinya mengalami susah senang. Dari tempat dimana dirinya jatuh cinta dengan musik. Dari tempat dimana dirinya mencari ilmu dengan hal yang sangat amat Ia cintai, apalagi kalau bukan musik?

Puji syukur Dia ucapkan berkali-kali dalam hati. Sebab jika tidak berkuliah disini, maka dirinya tidak akan pernah bertemu dengan kekasihnya saat ini.

Jubah hitam panjang khas orang wisudawan sedang Yuri gunakan. Toga yang sangat amat menggambarkan usahanya selama kurang lebih 4 tahun terbayarkan. Serta sebelah jemari gadis itu membawa selembaran tanda lulusnya.

Yuri tersenyum bahagia ketika acara wisuda nya sudah selesai. Rasanya saat ini dia ingin berteriak saking senangnya. Saking bahagianya menjalani hidup. Seperti satu harapannya sudah tercapai.

Terlihat didepan gedung kampus, seorang alumni yang sudah lulus lebih dahulu dari sang kekasih. Tubuh kekar dan tinggi itu sedang memegang sebuah buket bunga mawar berwarna merah.

Dia tidak sendiri. Disebelahnya ada seorang mahasiswa kampus yang lebih tinggi sedang menggunakan tuxedo. Itu adalah Song Taehyung. Adik dari seorang Song Yuri.

"Untung saja Noona tidak menjadi mahasiswa abadi disini ... " Taehyung meledek Yuri yang terlihat kelewat cantik menggunakan toganya.

"Maksudmu apa Song Taehyung? Mau mati hah?" Emosi Yuri terhadap sang adik yang tidak pernah berhenti meledeknya.

"Selamat." Singkat pribadi disebelah Taehyung.

Itu adalah kekasihnya. Orang yang amat dikaguminya. Orang yang amat dicintainya. Terkadang memiliki Suga memang rasanya seperti sedang bermimpi. Apa mungkin semuanya ini adalah mimpi?

"Cantik" Lanjut Suga lagi sembari menyodorkan buket bunga yang Ia bawa pada Yuri.

"Apa artinya ini?" Tanya Yuri dengan senyum yang tak henti-hentinya menghiasi wajahnya.

Suga menaikan kedua bahunya. Seolah menyampaikan bahwa dia tidak tahu. "Entahlah. Aku beli itu karena bunga warna lain sudah habis dibeli." Dustanya.

Suara tawa pecah terdengar dari sebelah Suga. Itu adalah Song Taehyung. Entah mengapa Taehyung merasa bahwa Suga yang menjadi kekasih Yuri adalah sebuah kombinasi yang sangat diluar nalar. Yang satunya dingin dan yang satunya mudah marah.

"Aku beli ini untuk Noona" Kini gantian Taehyung yang menyodorkan sebuah kotak kecil.

Yuri mengerutkan keningnya mantap. Sepertinya sang adik memiliki penghasilan yang kelewat banyak sampai-sampai dirinya dibelikan sebuah kado.

"Memangnya Kau ada uang untuk membeli barang?" Remeh Yuri menatap ragu kotak yang ada di tangannya.

Bisa saja isinya adalah sebuah mainan anak-anak.

"Noona jangan meremehkan aku. Begini-begini gajiku besar loh." Sombong Taehyung dengan senyum manis khas dirinya.

Yuri hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Lantas sebelah tangan Yuri membuka kotak kecil pemberian sang adik, berharap setidaknya sesuatu yang berharga muncul didalamnya.

DependencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang