"S-Suga.. Aku takut.."
Lirihan Yuri baru saja cukup membuat Suga tertegun. Ia tidak paham apa yang terjadi diantara Yuri dan keluarganya, tetapi Ia juga tidak bisa diam saja.
Suga benar-benar terkejut tepat ketika Yuri memeluknya sigap. Tangan Suga belum membalas, melainkan diam menerima Yuri yang sedang menangis di dadanya itu.
Persetanan dengan semuanya. Yuri benar-benar menurunkan segala ego yang menenggelamkan dirinya untuk mengabaikan Suga selamanya. Ia sangat membutuhkan sandaran saat ini dan satu-satunya sandaran yang Ia punya saat ini hanya Suga. Bukannya Ia tidak mau bercerita pada adiknya, melainkan sang adik pun juga cukup stres menghadapi segala perlakuan kedua orangtua padanya. Yuri benar-benar tidak mau menambah beban Taehyung.
Selama beberapa detik Suga mematung, tidak tau harus berbuat apa. Ia mencoba membalas pelukan Yuri, pun menepuk-nepuk pundak gadis itu. Setidaknya ini salah satu cara Suga menenangkan orang yang menangis. Sama halnya saat Ia mencoba menghibur Hanuel yang menangis lantaran jujur tentang kehamilannya pada Suga.
Jujur, tepukan tangan Suga sangat berpengaruh bagi Yuri. Terbukti tangis gadis itu mulai mereda setelah beberapa detik Suga membalas pelukannya. Suga memang tidak membalas seperti lelaki kebanyakan, yang memeluk erat dan sangat romantis. Ia hanya sekedar menaruh tangan kirinya pada pinggang Yuri dan tangan kanannya menepuk-nepuk pundak Yuri.
Di satu sisi Suga masih menghargai Yuri sebagai wanita, sebisa mungkin Ia tidak menyentuh Yuri. Mungkin seperti membalas pelukan, tetapi tidak seerat itu.
Bersamaan Yuri menjauhkan wajahnya dari pelukan itu, pun sebelah tangan mengusap sisa air matanya.
"A-Aku takut" sesungguk Yuri ditengah isak mencoba mencurahkan semuanya pada Suga.
Suga diam menatap Yuri yang masih terisak. Ia tidak bicara, melainkan menatap Yuri sangat datar kelewat datar sampai Yuri pun tidak paham dengan arti tatapan itu.
"Ibuku ingin menjual ginjalku,"
Entah apa yang membuat Yuri secara gamblang mengatakannya pada Suga, tetapi yang pasti Yuri benar-benar sudah tidak memperdulikan tentang pernyataan Suga dua minggu yang lalu. Ia membutuhkan bantuan saat ini juga
"Apa?" Suga cukup terkejut usai mendengar Yuri berbicara seperti itu.
Tentu saja walaupun Yuri sudah Suga anggap sebagai rekan nya dan orang terdekatnya, Ia tetap tidak bisa semudah itu mempercayai sesuatu yang kurang masuk akal. Tidak, tidak. Masalah disini, apakah mungkin zaman sekarang ada Ibu yang sekejam itu?
"Aku tau. Kau pasti tidak percaya" Yuri kembali berucap usai tangisnya mulai reda.
Jelas saja tidak akan ada yang percaya jika Yuri menjelaskan seperti itu.
Lantas Suga kembali diam. Ia bukannya diam karena bingung ingin menjawab apa, melainkan tengah berpikir solusi terbaik untuk masalah ini.
"Memangnya Aku bilang Kau berbohong? Kau ikut Aku pulang sekarang" Ujar Suga sebelum Ia membenarkan tas ranselnya disebelah pundak, pun berjalan mendahului Yuri.
-
-
-

KAMU SEDANG MEMBACA
Dependency
RomanceKetika berawal dari persahabatan karena sebuah pertolongan. Hingga membuat gadis itu lama-kelamaan menyadari perasaannya. Selalu mengaggumi sosok yang dingin seperti es, tajam seperti silet, dan pedas seperti cabai. Siapa lagi kalau bukan Min Suga? ...