1:1

27 4 1
                                    


"Boleh Aku tidur disini? Semalam saja." Mohon Yuri dengan bibir yang Ia paksakan agar dapat tersenyum.

Jelas melihat hal itu membuat Suga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia mengangguk ragu sebelum pada akhirnya mempersilahkan gadis itu masuk kedalam.

"Aku baru saja membeli Soju di minimarket." Girang Yuri dengan senyuman manis diwajahnya yang sedikit babak belur.

Wah, Suga kagum dengan Yuri. Dengan keadaan seperti itu saja gadis itu tidak lupa tersenyum. Lantas menutup pintu dan berjalan mendekat kearah Yuri yang sudah lebih dahulu melantai diruang tamunya.

"Sebentar, Aku ambil gelasnya terlebih dahulu." Ujar Suga diiringi kaki jenjang berjalan menuju tumpukan gelas didapur kecilnya itu.

Tepat setelahnya, Suga menaruh dua gelas dihadapan Yuri yang tengah tersenyum manis, seraya menatap miris Yuri yang benar-benar seperti habis bertengkar dengan seseorang.

"Kau dipukul lagi?" Tanya Suga yang langsung mengubah raut wajah Yuri.

Lantas Yuri mengangguk lirih. Fakta tersebut membuat pribadi bermarga min itu menghela kecil. Bahkan Suga sendiri saja heran, jaman sekarang kenapa masih banyak orangtua yang mendidik anaknya dengan cara bermain fisik.

"Sini tanganmu," Ujar Suga lagi sembari mengeluarkan Salep yang Ia ambil dari kotak p3k tadi dari saku piyamanya.

Walaupun Suga sedingin gunung everest tetapi percayalah, hatinya sehangat api unggun ditengah perkemahan. Waktu Suga membeli salep itu, Ia sengaja membeli lebih lantaran mengingat Yuri sering mendapat lebam yang pada akhirnya mengharuskan Dia mengobati Yuri. Bahkan Suga simpan didalam kotak obat-obatannya sebagai salah satu obat yang penting menurutnya. Padahal Suga tidak pernah mendapat luka lebam, atau sejenisnya.

Yuri pasrah memberikan tangannya. Benar saja, ekspresi wajah Suga benar-benar seperti prihatin melihat Yuri. Lagipula orang mana yang tidak prihatin melihat seorang gadis yang disiksa oleh kedua orangtua.

"A-aa.. Sakit.."

Ya mau bagaimana lagi? Namanya penyembuhan tidak ada yang tidak sakit. Mungkin jika didiamkan bisa saja memar Yuri menjadi sebuah luka atau yang lebih parahnya lagi bisa infeksi. Walaupun Suga sering tidur di pelajaran Biologi, tetapi setidaknya dia tau materi-materi dasar tentang luka, atau lebam manusia.

"Kau tidak lapor polisi?" Ucap Suga lagi sembari mengobati Yuri yang masih meringis kesakitan.

"Belum waktunya." Jawab Yuri seolah penuh misteri didalamnya.

Jelas Suga hanya dapat mengangguk kecil sembari lanjut mengobati gadis itu. Ia cukup bahkan sangat prihatin melihat Yuri yang seperti ini. Apakah tidak terlalu jahat untuk menjadi orangtua?

"Terimakasih.." Ujar Yuri usai Suga selesai dengan obat poles itu.

Tidak mendapat jawaban dari Suga, malah pria itu bangkit dari duduknya dan berniat menaruh kembali obat yang Ia gunakan untuk mengobati Yuri barusan.

Melihat hal itu membuat Yuri semakin frustasi. Lantas cepat-cepat tangan mungil itu meraih sebotol soju, membukanya pun langsung meminumnya tanpa menuangkannya di gelas yang sudah disiapkan Suga.

"Kau pikir Aku menyiapkan gelas untuk dijadikan pajangan?" Kesal Suga dengan nada datar sebelum kembali duduk melantai berhadapan Yuri dengan nakas keramik putih sebagai pembatas diantara keduanya.

Setengah botol habis dan itu membuat Suga sedikit terkejut akan hal itu. Ia masih ingat betul Yuri pernah mengatakan bahwa Ia tidak bisa minum-minuman yang berbau miras atau alkohol seperti soju. Wah, sekarang Suga tidak bisa percaya lagi akan hal itu.

DependencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang