1:5

24 3 0
                                    


Siapa yang menyangka dua minggu telah benar-benar berlalu sejak hari dimana Yuri menyatakan perasaan padanya.

Entahlah, tetapi dua kali Yuri menyatakan perasaan, dua kali juga Suga terdiam. Ia hanya belum siap menceritakan kenyataan lain tentangnya yang menurut sebagian orang itu sangat menjijikan.

Genap sudah gelas kecil soju itu habis diminum Suga. Dua minggu bermalam dengan minuman yang satu ini memang selalu membuat Suga frustasi.

Ia heran terkadang, kenapa tiga botol saja tidak cukup membuatnya mengantuk. Bunyi hentakan kembali terdengar, sekarang sudah ganjil tiga gelas soju kecil habis diteguknya.

Sempat berdiam sebentar, sebelum fokusnya terbagi pada ruang studionya.

Sedikit menggali memori dimana dirinya dan Yuri berlatih piano, entahlah tetapi hal itu sukses menarik senyum simpul dari bibir Suga.

Dia kembali memasrahkan diri pada senderan kursi, pun menatap langit-langit apartementnya itu.

Jujur, Ia bahkan tidak mengerti dengan perasaannya sendiri. Apakah yang dirasakannya sebuah perasaan cinta? atau hanya sekedar rindu karena sudah tidak lama bertemu? Saat Hanuel menciumnya saat itu, percayalah, degupan jantung yang Ia rasakan saat masih dibangku akhir sekolah sudah tidak ada lagi. Rasanya semua sudah berbeda.

Namun lain halnya dengan Yuri. Entah mengapa saat mencium gadis itu, degupan jantungnya itu seolah bergerak lebih cepat dari biasanya. Bahkan panas di wajah pun tudak dapat memungkiri segila apa degupan didalam jantungnya itu. Maupun yang pertama kali, ataupun yang kedua kali.

Ia baru sadar, selama ini memang Suga yang memulai semuanya. Ia yang pertama kali mencium Yuri, Ia juga yang pertama kali menabrak Yuri hingga membuatnya dekat dengan gadis itu sampai sekarang. Ah koreksi, tidak sekarang, melainkan dua minggu yang lalu.

Bukannya Suga tidak berniat untuk menghampiri Yuri duluan, melainkan selama di kampus Ia tidak menemukan gadis itu sama sekali. Sekalipun sudah bertukar pandang, Suga sendiri yang gugup dan memilih pergi.

Suga lantas merapihkan surainya yang mulai panjang itu. Ia berpikir keras belakangan ini.

Bukannya lebay atau bagaimana, melainkan Suga benar-benar tidak ada hentinya memikirkan gadis itu.

Ketika otak Suga mengatakan tidak, hatinya seolah berteriak mengatakan sebaliknya. Mungkin dapat dikatakan seorang Suga benar-benar bingung dengan perasaannya saat ini.

"Cinta?" Gumam Suga sebelum kembali meneguk gelas berikutnya.

Boleh Jadi Dia sudah dibutakan dengan kata itu. Ia memang tidak paham dengan arti kata cinta. Mungkin cinta memang salah satu perasaan yang Ia rasakan saat bersama Hanuel dulu, namun sayangnya Suga sudah melupakan hal itu.

Suga kini mengambil ponselnya yang menempel mesra diatas nakas, sembari membuka galeri ponselnya yang kini penuh dengan foto dirinya.

Percayalah, semua hasil jepretan di ponselnya itu merupakan hasil dari tangan Yuri. Bahkan ada beberapa foto yang tangan Yuri terlihat bergaya juga dengan Suga yang berada didepannya.

Suga kembali tersenyum simpul ketika menyadari betapa bodoh gadis itu dalam hal mengambil foto. Ada yang blur, ada yang tidak sinkron, ada yang berantakan, sepertinya semua variasi foto gagal bisa dilihat langsung di galeri ponsel Suga. Sampai dimana mata Suga berhenti. Di satu foto yang cukup menarik perhatiannya.

Ia tidak pernah sadar Yuri pernah mengambil foto selfie di ponselnya. Bahkan jika Suga tidak membuka galeri sekarang, Ia tidak akan pernah tau.

Sungguh, foto Yuri yang satu ini sukses mengundang senyum kecil dari birai tipis Suga. Menurutnya ini foto sudah cukup lama, yaitu dua tahun lalu saat keduanya baru beberapa hari kenal.

DependencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang