1:4

27 3 0
                                    


"Kau yakin suka denganku?" Tanya Suga mengundang bulatan mata sempurna dari pupil mata Yuri.

Suara bariton kelewat familiar itu mengudara di telinga Yuri, rasanya seperti diterjunkan dari jurang tertinggi. Jantung Yuri seolah berhenti berdetak selama beberapa detik saking terkejutnya.

"Aduh, memang benar-benar sialan." Gumam Yuri yang hanya dapat didengar olehnya.

Suga Menggerakan tungkai kakinya, mengambil sedikit ruang tempat duduk disebelah Yuri, lanjut duduk disebelahnya.

Menyadari pribadi disebelahnya jelas semakin membuat Yuri menundukan wajah. Dia kini menatap jemarinya yang sejak tadi saling bertautan menahan gugup.

Tapi entah mengapa respon Suga yang kelewat santai dan tidak terkejut membuat Yuri semakin yakin bahwa selama ini memang hanya Yuri yang merasakan semuanya sendiri.

"K-Kau, t-tidak terkejut?" Tanya Yuri sedikit jujur berusaha menenggelamkan kecanggungan diantara keduanya.

Suga mengerutkan keningnya, pun menggeleng kecil. Dia menumpu kedua tangan dibelakang tubuhnya, pun menengadah kearah langit-langit malam. Memang ya, posisi favorit Suga selalu seperti itu. Menengadah kelangit seolah melepaskan segala beban pikiran.

"Aku sudah tau" Enteng Suga lagi semakin membuat jantung Yuri seolah akan lepas dari tempatnya.

Selama ini? Sudah tau? Wah, Suga benar-benar pandai menutupi segala sesuatu.

"K-Kau?" Yuri lantas menoleh kearah Suga yang sejak tadi seperti tidak mendengar hal yang mengejutkan darinya.

Suga menghela nafas kecil, Kini Ia menoleh kearah Yuri, menatapnya insten.

"Sudah berapa lama Kau duduk disini?" Tanya Suga dengan tatapan datar seolah menusuk Yuri.

Rona merah mulai mewarnai kedua sisi pipi Yuri. Sejujurnya Yuri sangat tidak bisa jika sudah ditatap seperti itu. Astaga, Suga itu memang dingin, tapi kenapa kalau sudah romantis bisa melewati batas seperti itu?

"Ya.. Min Suga! Kau sudah tau Aku suka denganmu. Tapi kenapa Kau diam saja!?" Kesal Yuri masih memalingkan wajah mengundang kekehan kecil dari bibir tipis Suga.

Tidak mendapat jawaban malah membuat Yuri menghela nafas besar terdengar berat diakhir. Ia mencoba mengumpulkan nyalinya, juga seluruh keberaniannya.

Kembali gadis itu menoleh kearah Suga, mencoba untuk menahan seluruh detak jantung yang sudah meronta-ronta didalam sana. Sungguh, Ia takut Suga bisa mendengar detak jantungnya saking kencangnya.

"Baiklah, Aku akan jujur sekarang. Aku menyukaimu. Aku. Sangat. Menyukaimu. Ak—"

"Kau yakin mau menjadi kekasihku?" Tanya Suga seraya menoleh kearah Yuri sebelum gadis itu selesai dengan ucapannya.

Nyatanya pertanyaan Suga malah semakin memicu jantung Yuri. Aduh kalau seperti ini terus gadis itu benar-benar membutuhkan ambulance untuk membawanya kerumah sakit, siapa tau Ia bisa tiba-tiba pingsan ditempat.

"Pertanyaan macam apa itu.." Kesal Yuri seolah seluruh pernyataan cintanya hanya angin lewat saja bagi Suga.

"Jangan suka padaku" Lirih Suga kali ini memilih menatap beberapa daun yang berguguran ditaman sana. "Aku terlalu jahat untukmu"

Wah, ucapan Suga barusan sukses menjatuhkan seluruh jantung Yuri. Kali ini tombak juga tidak segan-segan menusuk hatinya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"J-Jahat?" Ucap Yuri tidak percaya dengan tatapan kosong sebelum kekehan miris keluar dari ranum pribadi disana.

Mungkin memang itu cara terhalus Suga untuk menolaknya. Oh tunggu sebentar, atau jangan-jangan Ia mendapat karma karena terlalu sering menolak kaum jantan yang dulu sering menyatakan perasaan padanya?

DependencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang