0:4

43 5 0
                                    


"Sudah kubilang jangan membantuku ketika Ibu sudah mulai memukul. Kau ini keras kepala sekali." Ujar Yuri sembari mengobati luka badan Taehyung didalam kamarnya.

Sebenarnya saat Yuri sudah benar-benar tidak bisa menahannya lagi beberapa menit yang lalu, adiknya yang satu ini seolah peka dengan keadaan yang membuatnya mendapati beberapa pukulan diwajahnya. Mungkin karena sang Ibu sudah terlalu lelah menggunakan senjata, maka dari itu Ia hanya menggunakan tangannya. Namun masalahnya Yoonjae memukulnya tepat diluka yang disebabkan oleh kayu itu, mangkanya sekarang Taehyung meringis beberapa kali saat Yuri mengobati lukanya.

"Terus bagaimana luka Noona? bukankah itu juga sakit?" Tanya Taehyung pada sang kakak yang masih setia mengobati luka-lukanya.

Usai Yuri mengobati setiap luka Taehyung, gadis itu menatap mata sang adik tajam bukan main. "hm. Sakit. Sangat sakit. Tapi mau bagaimana lagi? memangnya Kau punya kekuatan untuk menghilangkan memar ini?"

Jelas saja sang adik terkekeh kecil mendengarnya, walaupun Ia meringis kecil setelahnya. Sungguh, di sekolah Ia terkenal sangat tampan dan dingin, namun didepan kakaknya seolah julukan sang tampan nan dingin itu merupakan hoax terbesar.

Taehyung sangat menutup diri dari masyarakat. Ia hanya takut berteman dengan orang yang salah dan malah membuatnya semakin terbebani. Sudah cukup Ia terpukul dirumah, jangan disekolah. Sangat merepotkan.

Kali ini Yuri menangkup kedua pipi sang adik perlahan, lalu menatapnya dalam. Seperti tatapan sayang sang kakak pada adik kandungnya. Terbukti usai suara soprano itu berucap, Taehyung kembali mengutas senyumnya. "Tae, Noona mohon.. Bertahanlah sedikit lagi."

"Noona tidak perlu khawatir" Ujarnya santai seolah kejadian yang baru saja terjadi bukan hal yang besar.

"Tentu. Setelah ini Kau harus belajar sebentar ya, Aku akan membantumu. Jangan mendapat nilai jelek lagi kalau tidak mau dipukul. Mengerti?" Ancam sang kakak yang mendapat anggukan lirih dari sang adik.

"Anak pintar. Noona ganti baju dan mengobati memar ini sebentar." Ujar Yuri beranjak dari duduknya dengan kotak obat yang sudah tersedia didalam kamarnya itu.

-

-

-

Suga memasrahkan tubuhnya diatas kasur empuk yang sudah Ia anggap sebagai kekasih sendiri itu. Bersamaan sebelah tangan membuka beberapa aplikasi media sosial di ponselnya.

Jujur, Ia senang bukan main saat mengetahui Yuri menyukai bajunya itu. Walaupun terdapat kenangan pahit yang mengingatkannya pada seseorang, tetapi percayalah kenangan pahit itu perlahan akan terkubur dan tumbulah bunga yang akan menciptakan kenangan manis baru.

Ia melihat postingan-postingan lama yang sudah Suga archive entah sejak kapan. Bahkan foto saat Ia bermesra dengan mantan kekasihnya itu juga belum Ia hapus. Malahan hanya ditaruh didalam archive media sosialnya itu.

Foto dimana seorang perempuan merangkul pemuda yang berkeringat dengan senyuman manisnya karena baru saja mendapatkan pengumuman kemenangan atas pertandingan basket timnya. Dan jelas saja pemuda yang dirangkul adalah Suga.

Mengingat hari dimana sekolahnya mengadakan acara tahunan dan mengadakan pertandingan basket melawan sekolah lain. Lalu setengah mati Suga sebagai kapten tim dari club basketnya mencoba memenangkan pertandingan, hingga akhirnya usaha tidak menghianati hasil. Usai mengarahkan three point, dan masuk tanpa ada hambatan sedikit pun.

Tepat beberapa detik setelahnya Suga berlari kearah gadis itu sembari tersenyum manis. Mengambil satu botol air mineral dari tangan sang gadis, sebelum berucap lirih. "Han, Aku menang."

DependencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang