"Suga!" Teriak Yuri namun tidak mendapat jawaban sama sekali.Lantas menaikan sebelah alis melihat Suga yang mematung dengan bunga disebelah tangannya. Apakah mungkin pria itu melihat sesosok ghoib disekitar teather ini? Atau bagaimana?
"Sug—" Dan Yuri terdiam usai menangkap sesosok Perempuan yang lebih tinggi beberapa cm darinya, juga memiliki badan yang amat ramping.
Iya, Yuri terdiam karena kedua netranya melihat Suga seakan terpaku pada gadis itu. Bahkan sangat terpaku.
Bersamaan kaki jenjang itu berjalan perlahan, dengan sebelah tangan mengusap tengkuknya ragu. Jelas saja kedatangan pribadi lain yang belum Yuri kenal, itu sangat canggung baginya.
"Em.. Suga, Kau—"
"Aku akan mengantarmu pulang." Ujar Suga semakin membuat Yuri seolah merasa janggal.
Tidak biasanya. Jujur, Biasanya Suga akan mengajaknya pergi terlebih dahulu sebelum mengantarnya pulang. Atau mentok-mentok berakhir di apartement Suga.
"Han, Kau tunggu disini sebentar. Aku tidak lama." Ujar Suga pada Hanuel yang mendapat senyuman manis dari gadis itu.
Yuri benar-benar terkejut usai mendengar Suga menyebut nama 'Han' disana. Ia ingat betul Suga pernah memberitahunya nama panggilan mantan kekasihnya itu. Dan jelas, Ia tidak salah dengar.
Tadinya Suga memang berniat untuk mengantar Yuri pulang sebelum jemari mungil Yuri mencegat lengan Suga.
"Suga. Tidak apa-apa. Sepertinya Kau butuh waktu untuk berbicara dengannya. Tenang saja, Aku bisa naik bis."
"Baiklah." Jawab Suga usai Yuri berbicara seperti itu.
Mungkin terlihat seperti Yuri berharap Suga akan memaksanya untuk mengantar pulang. Ah ayolah, harapan tidak akan pernah seindah kenyataan. Jika memang hidup seindah harapan mungkin Yuri tidak perlu setiap hari repot-repot pulang malam untuk menghindari orangtuanya.
"Nih."
Yuri mengira Suga akan langsung berbalik dan kembali menghampiri mantan kekasihnya itu. Namun Ia cukup tertegun ketika Suga malah menyodorkannya sekaleng soda.
"Tadi sisa diruang peserta. Siapa tau Kau haus."
Penuturan Suga sukses menarik kedua sudut Yuri untuk tersenyum kecil. Apa ini? Bahkan rasanya Suga jauh lebih manis daripada madu diluar sana. Benar tidak? Oh jelas benar.
"Terimakasih." Yuri tersenyum manis "sudah sana kasian Hanuel-ssi sendirian disana." Lanjutnya membuat Suga lantas mengangguk kecil.
Tepat ketika sepasang mata sudah melihat Suga menghampiri Hanuel, Yuri kembali menghela nafas kecil dengan kedua netra beralih pada sekaleng soda yang Suga berikan padanya.
Percayalah, ini bukan kali pertama Suga memberikannya sekaleng soda. Contohnya tadi, sebelum Suga tampil, padahal dari wajahnya terlihat sekali Suga masih ingin menghabiskan sekaleng soda itu.
Wah, memang terkadang ego lebih besar dari pada harga diri. Bersamaan kaki jenjang itu mulai mengecai sunyinya sore menjelang malam sekitar sana. Mungkin jarak antara tempat Suga tampil dengan tempat tinggalnya cukup jauh. Lantas apa boleh buat? Yuri masih sangat menghargai Suga yang juga memiliki privasi sendiri.
Hatinya memang sesak melihat Suga kembali menemukan mantan kekasihnya, Ingin marah namun mengingat status keduanya hanya sebatas teman dekat. Ingin cemburu? Wah Yuri sudah cemburu sejak tadi. Hanya saja Yuri menutupinya. Memang, lama-lama Yuri bermain peran di drama karena terlalu sering menutupi segala kesedihannya.
Yuri memang tipe gadis yang sering menutupi segalanya dan terlihat kuat didepannya. Tetapi percayalah, sekali disenggol Yuri akan langsung mencurahkan secara gamblang bahwa Ia memang lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dependency
RomanceKetika berawal dari persahabatan karena sebuah pertolongan. Hingga membuat gadis itu lama-kelamaan menyadari perasaannya. Selalu mengaggumi sosok yang dingin seperti es, tajam seperti silet, dan pedas seperti cabai. Siapa lagi kalau bukan Min Suga? ...