Suga sangat amat sekali tidak keberatan gadisnya itu tinggal di apartementnya untuk selamanya. Bahkan menampung sang adik Suga juga tidak masalah.Namun, Yuri juga tidak se-ambil untung itu. Ia masih memiliki harga diri, dan tau diri bahwa menumpang dirumah orang terus-menerus sama saja membawa beban. Kemungkinan terburuknya namanya bisa di cap jelek lantaran tidak bisa mencari uang sendiri.
Yuri menabung. Iya, dia menabung selama dirinya mulai disiksa oleh keluarganya. Yuri memang disiksa, tetapi kedua orangtuanya tidak lupa tanggung jawab untuk memberi Yuri makan. Maka dari itu Yuri diberi uang saku untuk membeli makanan di sekolah, dari pada harus lelah-lelah memasak di pagi hari. Seperti itu pikir kedua orangtua.
Jelas, uang nya Ia sisihkan beberapa dan memilih menahan lapar sampai akhirnya terbiasa tidak makan. Percayalah, Yuri makan sehari hanya sekali dan menurutnya itu sudah kelewat kenyang. Ini bukan kebiasaan baik, sayangnya gadis itu sudah terbiasa.
Yuri semakin bangga memiliki adik seperti Song Taehyung ini. Nyatanya ketika mengetahui sang adik juga ikut menabung untuk membantunya sungguh membuat Yuri terharu bukan main. Ditambah warisan sang nenek yang benar-benar tulus menyayanginya. Beruntung semua itu cukup untuk menempati semacam kos-kosan yang khas di korea. Interior yang tertatah rapi, juga harga yang tidak melunjak keatas. Setidaknya Taehyung dan Yuri masih bisa tidur dengan layak. Tidak satu kasur, tetapi satu atap.
Lama-lama semua orang benar-benar mengira Taehyung dan Yuri sepasang suami istri.
Satu tahun sudah Yuri dan Suga mengganti status mereka menjadi ke tingkat yang lebih serius dari sebelumnya. Dan beruntung tidak ada lika liku yang berniat datang diantara hubungan mereka, atau mungkin belum.
Mungkin juga karena paras Yuri yang terpahat mendekati kata sempurna, maka dari itu tidak perlu waktu lama untuk gadis itu memiliki pekerjaan paruh waktu disamping kelas kuliahnya.
Hanya menjaga kasir di suatu kedai kopi. Ini tidak terlalu berat, dan Yuri masih bisa mengatur waktunya. Iya, ini untuk uang makan dan pendidikan mereka. Yuri, dan adiknya.
Juga benar kata Suga, setelah kedua orangtuanya itu dikarantina di belakang jeruji besi, beban pikiran Yuri seakan lepas sejenak. Ia jadi jauh lebih mudah dalam segalanya. Apalagi Ia di gaji dalam hitungan per hari lantaran dirinya juga masih siswi kuliah yang harus mencukupi biaya hidup.
"Aku lelah sekali," Ujar Yuri seraya memijat sebelah punggungnya.
Iya, sekarang Suga yang lebih sering mengunjungi rumah Yuri. Hanya untuk sekedar membelikan makanan ringan, atau mungkin rindu tetapi gengsi mengatakannya. Atau terkadang Yuri yang memanggil kekasihnya itu hanya untuk menjadi sandaran lelahnya.
Suga yang duduk disebelah gadis itu hanya diam, seraya mengambil sekaleng soda dari dalam tasnya itu. Ia menyodorkannya pada Yuri yang masih setia memijat punggungnya.
"Terimakasih," Ujar Yuri lantas tersenyum manis, merasa beruntung memiliki kekasih yang tingkat kepekaannya dapat dikatakan melebihi batas wajar.
Percayalah, sedingin-dinginnya Suga, pria itu pasti memiliki sisi manis yang membuat Yuri gemas sendiri melihatnya.
"Hadap sana," Perintah Suga meminta Yuri memunggunginya.
Atau mungkin terkadang terlalu manis?
"Kau mau ngapain?"
"Sudah, tidak usah banyak bertanya." Jawab Suga cukup tajam.
Daripada memperkeruh keadaan, Yuri menurut saja dengan pria itu. Dan gadis itu cukup terkejut ketika Suga mengangkat rambut Yuri, dan menempelkan koyo pada bagian punggungnya yang sejak tadi Ia pijat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dependency
RomanceKetika berawal dari persahabatan karena sebuah pertolongan. Hingga membuat gadis itu lama-kelamaan menyadari perasaannya. Selalu mengaggumi sosok yang dingin seperti es, tajam seperti silet, dan pedas seperti cabai. Siapa lagi kalau bukan Min Suga? ...