1:0

31 5 1
                                    


"Dia mengandung benih sahabatku."

Jelas perkataan Suga baru saja tidak bisa dianggap remeh. Bahkan Yuri sempat tercengang mendengarnya. Apalagi membayangkan apa yang Suga rasakan saat mendengar hal itu. Wah, pasti kecewanya bukan main.

"Ah.. Pasti berat sekali.." Ujar Yuri yang mendapat senyum simpul dari Suga.

Lantas mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur. Suga tidak mungkin tega menyuruh Hanuel menggugurkan kandungannya hanya karena keegoisannya. Ia sadar, Didalam perut Hanuel masih ada nyawa yang harus gadis itu jaga.

Suga menghela nafas kecil sebelum pada akhirnya kembali berucap. "Namanya juga teman. Ada yang baik, dan juga ada yang munafik." Ujarnya santai, walau sebenarnya kesal setengah mati.

"Lagipula memang Kau sesibuk apa saat itu sampai tidak tau kalau Kekasihmu sendiri hamil benih orang lain?" Imbuh Yuri ikut kesal juga mendengarnya.

Bersamaan otak Suga kembali memutar saat dimana dua hari sebelum graduasi. Dan Suga sudah mengundang Hanuel dengan penuh ketulusan hati. Bahkan Suga mengajak gadis itu berjalan-jalan ditaman yang biasanya menjadi tempat favorit mereka ketika berkencan setiap akhir pekan.

*Flashback On*

"Kenapa Kau murung?" Tanya Suga melihat Hanuel yang sejak tadi hanya menunduk, tidak berani berbicara, ataupun melihat mata Suga.

Berbeda sekali dari biasanya. Padahal Hanuel itu merupakan tipe perempuan yang sangat ceria, juga tidak pernah murung seperti saat ini.

"Hah? Tidak." Dusta Hanuel sembari menunjukan senyum paksa yang Ia keluarkan semaksimal mungkin agar Suga tidak menyadari semuanya.

Suga tersenyum tipis melihatnya, bersamaan memberhentikan langkah keduanya. Ia menarik Hanuel untuk menghadap kearahnya, bahkan menggapai dagu gadis itu agar mau melihat mata Suga.

Saat itu pemikiran Suga hanya satu. Mungkin bisa saja Hanuel sedang dalam mood yang tidak baik atau mungkin karena mendapat nilai ujian jelek. Biasanya gadis itu murung seperti ini karena itu. Bahkan nanti akhirnya Ia sendiri yang luluh dan kembali manja ke Suga.

Suga benar-benar berniat untuk menghibur Hanuel. Ia senang sekali membayangkan ekspresi bahagia Hanuel mendapat barang yang Ia pilih sendiri di toko gaun hanya untuk gadis itu.

"Han—"

"Suga,"

Keduanya saling menatap usai tidak sengaja berucap secara bersamaan. "Kau boleh bicara duluan." Lirih Hanuel lantas tersenyum palsu, masih menghormati Suga sebagai kekasihnya.

Suga menarik nafas dalam-dalam, dan mengeluarkannya perlahan. Butuh nyali yang besar untuk seorang Suga berbicara seperti ini.

"Aku membelikanmu hadiah." Suara berat itu mengudara seraya sebelah tangan menyodorkan satu kantung berbahan kertas yang berisi sekotak gaun yang sudah Suga pilih kan untuk gadis itu jauh-jauh hari.

Hening beberapa detik membuat Suga jadi gugup sendiri. Apa mungkin Hanuel tidak suka dirinya memberi hadiah? Bahkan sudah sepuluh detik mereka hening, dengan Hanuel yang tidak kunjung menerima pemberiannya. Gadis itu hanya diam memperhatikan pemberian Suga.

"Suga, maaf.." Lirih Hanuel sembari sebelah tangan mendorong kembali pemberian Suga seolah mengembalikannya pada yang memberikan.

"Sepertinya hubungan kita sampai sini saja." Lanjut Hanuel dengan kedua mata berkaca-kaca, mencoba menatap mata Suga yang masih tidak mengerti apa yang dimaksud Hanuel.

"Aku sedang mengandung anak Woonji" tidak perlu menunggu Suga bertanya, Hanuel sudah menjelaskan terlebih dahulu.

Mungkin gadis itu memang benar-benar tidak kuat lagi melihat Suga berbicara. Seakan hatinya teriris silet yang membuatnya ingin terus-terusan menangis.

DependencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang