0:5

34 5 1
                                    


"Ayah kumohon hentikan!" Teriak Yuri seraya mencegat ikat pinggang ayahnya yang sudah mengenai tubuh Taehyung beberapa kali.

Sempat terkena Yuri beberapa kali karena gadis itu terus mencegah ayahnya untuk kembali memukul Taehyung. Namun lihatlah, sebesar apapun usaha yang Yuri lakukan tidak akan mengurangi niat sang ayah.

"BUKANNYA BELAJAR DIRUMAH SAJA, MALAH KELUYURAN." Bentak sang ayah pada Taehyung yang setengah mati berusaha menepis pukulan Do Yun.

"M-maaf" lirih Taehyung dengan sekuat tenaga seraya menahan sakit lantaran sang ayah tiada lelahnya memukulnya.

"AYAH! TAE JUGA ANAK MUDA! KENAPA AYAH SELALU MENGEKANG KAMI!?" Bentak Yuri tidak bisa lagi menahan kesabarannya.

Sekarang begini saja. Mana ada seorang kakak yang tahan melihat adik kandungnya disakiti layaknya binatang? Bahkan rasanya Yuri ingin menggantikan posisi Taehyung yang terus-menerus kena pukul sang ayah.

"KAU SUDAH BERANI MELAWAN?" Bentak Do Yun pada anak putri satu-satunya.

"IYA. BERANI!" Jawab Yuri tidak mau kalah yang malah berakhir tamparan keras pada pipi Yuri.

Jelas saja hal itu membuat Taehyung membolakan mata sempurna melihat sang kakak yang malah menjadi korban berikutnya. Entah apa maksud dari keluarga ini, tetapi melihat sang Ibu yang malah diam memperhatikan tanpa mau membantu. Bukankah itu cukup mengiris hati?

"Puas? Atau mau tambah lagi?" Imbuh Do Yun melihat Yuri yang sudah mengeluarkan kedua air matanya dan memegang sebelah pipinya.

"Ya! Pukul saja! Tidak usah memukul Tae terus menerus!" Seru Yuri lagi kali ini mendapat jambakan kasar dari sang ayah.

Lantas Taehyung secepat kilat berdiri dari tempatnya tersungkur perihal perlakuan ayahnya tadi, Bersamaan mencoba melepaskan tangan sang ayah dari rambut Yuri.

"Ayah, Berhenti. Sampai kapan Ayah mau menyiksa Noona? Apakah saat Noona kecil belum cukup?" Kali ini Taehyung angkat bicara berusaha mengubur ke egoisme an dari hati terdalam.

Mendengar ujaran Taehyung yang seperti menasihati balik membuat Do Yun menarik sudut bibirnya. Memilih melepas jemarinya dari surai panjang Yuri, lalu berjalan mendekat kearah Taehyung. Lantas tanpa disuru Ia menarik kerah baju pemuda itu, lalu menatap mata sang putra tajam bukan main.

"Hei. Kau ini kalau sudah dibesarkan bersyukur! Bagaimana kalau Aku balik pertanyaannya. Mau sampai kapan Kau berkeluyuran? Apakah Aku membesarkanmu sampai sebesar ini belum cukup? Aku hanya minta Kau diam dan belajar dirumah." Jelas sang ayah membuat Taehyung memilih menutup mulutnya.

"Ayah!" Titah Yuri seakan ingin menjahit mulut ayahnya yang tidak pernah bersyukur memiliki anak seperti Taehyung.

Jujur Taehyung juga Yuri sangat frustasi dengan standar kesempurnaan didalam keluarganya itu. Bahkan hanya mendapat nilai delapan puluh paling rendah mereka seolah mendengar kabar bahwa sebentar lagi kiamat akan datang dan berusaha bersiap-siap untuk kiamat dengan menyiksa anaknya. Sempurna. Itu yang mereka inginkan.

"Sudahlah. Jangan berteriak malam-malam, Aku pusing dengarnya. Lebih baik sekarang Kau pergi kekamar dan tidur. Aku akan menunggumu." Ujar sang Ibu mungkin kali ini sedikit membantu Yuri juga Taehyung yang sudah cukup babak belur.

Benar saja, Do Yun langsung diam saat itu juga. Memilih melepas kasar cengkramannya pada kerah baju Taehyung, dan pergi kekamar setelahnya. Mungkin juga karena efek lelah pulang kerja larut malam dan malah mendapat kabar yang memancing emosinya.

Barulah disaat seperti ini Yuri juga Taehyung dapat bernafas lega. Yuri menatap Taehyung yang sudah setengah mati menahan air matanya. Menyadari hal itu membuat Yuri cepat-cepat memeluk Taehyung dalam dekapannya.

DependencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang