Pagi hari dimana saat seorang Min Suga bersiap-siap untuk melakukan aktivitas. Ya, walaupun Dia hari ini mendapat giliran kelas siang, namun mengingat dirinya akan bekerja paruh waktu saat malam membuatnya bangun lebih awal dari biasanya. Apalagi kali ini bukan ditempat yang biasa.Suga menaruh kemeja putihnya, dan juga jas hitam yang biasa Ia gunakan ketika sedang bermain piano di acara peresmian antara kedua mempelai. Tidak lupa sepatu pantofel Ia taruh didalam tas yang ukurannya lebih kecil dari ransel yang Ia gunakan untuk menaruh kemeja.
Lantas Suga menaruh tas berisi pakaian dan juga sepatunya itu tepat disebelah tas kampusnya. Mungkin terdengar sangat rapi untuk ukuran pria, tetapi percayalah, Suga tidak terlalu suka yang berantakan. Semakin rapi maka akan semakin mempermudah.
Yaa, itulah Min Suga. Jika ada yang mudah kenapa harus yang sulit. Bersamaan lengan seputih susu itu menuang air panas kedalam gelas, pun menaruh kembali teknologi yang bisa mengubah air menjadi panas itu ketempatnya.
Menyesap segelas kopi pahit dipagi hari bukan hal yang buruk. Mengingat dirinya akan beraktivitas hingga matahari menenggelamkan diri, sudah pasti lelahnya bukan main. Apalagi Suga tipe pemuda yang pecinta bantal. Sudah pasti jika tidak memulai hari dengan kopi Ia bisa tertidur saat pelajaran.
Hingga suara hentakan gelas terdengar menandakan pria itu usai dengan kegiatan meminum kopi dipagi hari. Suga berniat bergegas kedalam mobil dengan berbagai tetek bengek yang sudah Ia siapkan.
Namun, belum sempat angan itu terlaksana, pas sekali kedua mata kecilnya itu menangkap dasinya yang masih tergeletak miris dilantai kamarnya. Untung saja kamarnya terbuka lebar, jadi Ia bisa melihat dasinya yang tertinggal.
Bergegas untuk mengambil, tapi siapa sangka usai mengambil dasi itu, matanya malah tidak sengaja tertuju pada kotak yang bersenyaman manis dibawah nakas sebelah tempat tidurnya.
"Ah iya.. Hadiah ulangtahun Dia.." Gumam Suga sedikit mengenang masa dimana akan memberikan kado ulangtahun untuk seseorang dimasa lalunya.
Mungkin dapat dikategorikan dalam dua kenangan. Kenangan manis dan kenangan pahit. Lantas Suga menaruh dasinya didalam saku celananya, bersamaan kaki jenjang itu mengambil kotak coklat yang sudah diselimuti oleh debu.
"Kenapa Aku tidak sadar kalau kotak itu ada dibawah sana?" Ucap Suga lagi berbicara pada dirinya sendiri mengenai sebuah kotak coklat dibawah nakas.
Bagaimana mau sadar? Bahkan ketika Suga sudah menginjakan kaki didalam apartementnya, kalau bukan studio yang dituju, sudah pasti tempat tidur. Mana sempat menyadari satu kotak itu? Sampai dikamar saja Suga pasti langsung bertemu alam mimpi.
Suga mengusap beberapa kali kotak coklat itu guna membersihkannya dari debu yang hinggap, sebelum akhirnya jemari kekar itu membukanya. Masih bersih, tidak ada debu karena disimpan ditempat yang cukup tertutup. Wanginya juga masih sama. Hanya ada satu pucuk surat yang masih Suga ingat betul apa itu isinya.
'Gunakan saat acara kelulusan. Kau pasti akan terlihat sangat cantik.'
Tersenyum miris mengingat betapa sedihnya kisah cintanya, sebelum tangan seputih susu itu merobek kertas yang masih tersenyam manis disana.
Entah apa yang merasuki pria itu, tetapi seketika Ia mengingat pesan Yuri kemarin. 'Aku akan menemanimu bekerja paruh waktu'
Mengingat dirinya juga belum memberitahu Yuri kemana Ia akan bekerja, lantas pria bermarga Min itu menarik sebelah sudut bibirnya.
Bukankah kebetulan yang unik? Mungkin takdir.
Maka dari itu, Suga kembali menutup kotak yang berisi terusan yang bisa terbilang cukup mewah didalamnya, dan membawanya keluar dari kamar. Bersamaan membawa barang-barang yang sudah Ia siapkan sejak tadi kedalam roda empat hitam miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dependency
RomanceKetika berawal dari persahabatan karena sebuah pertolongan. Hingga membuat gadis itu lama-kelamaan menyadari perasaannya. Selalu mengaggumi sosok yang dingin seperti es, tajam seperti silet, dan pedas seperti cabai. Siapa lagi kalau bukan Min Suga? ...