Enam

901 50 0
                                    

Anjani sudah tidak heran jikalau terbangun di tengah hutan. Dia sudah hatam mimpi yang selalu berulang ini. Hutan yang sama, langit yang sama, dan orang yang sama.

"Jadi, ke mana kita sekarang?" tanya Anjani kepada Agas.

Sama halnya seperti kemarin, pria itu juga duduk bersila di atas batu besar. Seolah menunggu kedatangan Anjani.

Agas tersenyum. Kakinya turun dari batu dan berjalan mendekati Anjani.

"Apa kamu suka air?"

Anjani mengerutkan alisnya, tak mengerti dengan pertanyaan Agas. Air? Apa pria itu akan membawanya ke tempat berair? Mungkin sungai.

Agas mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Anjani. Agas menuntun gadis itu berjalan masuk semakin jauh ke dalam hutan. Tak lama berjalan, terdengar suara deburan air dari kejauhan.

Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Ah, Anjani mengerti kenapa Agas bertanya apa dia suka air atau tidak. Ternyata dia membawanya ke curug.

Lagi-lagi Anjani dibuat tertegun dengan keindahan alam di sana. Air terjun yang jatuh dari ketinggian membuat sebuah kolam yang luas. Airnya jernih sekali sampai apa yang ada di dalamnya bisa terlihat oleh mata telanjang. Ikan-ikan berenang kesana kemari dengan riang. Tebing tinggi yang dilapisi tumbuhan hijau, pepohonan rimbun, juga hamparan bunga daisy liar yang menambah warna. Indah sekali. Jangan lupakan langit jingga yang tak pernah berubah tiap kali Anjani berkunjung.

Melihat air, entah kenapa Anjani jadi ingin berenang. Perlahan gadis itu berjalan mendekati kolam, kemudian menceburkan diri ke dalamnya.

Anjani menyelam ke dalam. Karena air yang begitu jernih, Agas yang sedang jongkok di tepian bisa dengan jelas melihat gadis itu berenang dengan lihainya. Tubuh Anjani meliuk-liuk, terlihat seperti tengah menari. Beberapa saat kemudian, Anjani muncul di permukaan.

"Fuah, segar sekali! Kamu tidak mau ikut berenang Agas?"

Agas menggeleng pelan. "Kamu saja, Anjani!"

Anjani cemberut. Ia nampak berpikir sejenak sampai sebuah ide terbesit di otaknya. Bibir tebal Anjani menyeringai.

Gadis itu mendekat ke arah Agas dan langsung menarik kemeja hitam yang pria itu kenakan. Agas yang kurang persiapan kehilangan keseimbangannya dan terjatuh ke dalam air.

Anjani tertawa melihat Agas yang basah kuyup karenanya.

"Hahaha, tidak adil jika hanya aku yang basah Agas."

"Dasar gadis nakal!" ucap Agas sambil mencipratkan air ke arah Anjani.

Bukannya kesal, gadis itu malah tertawa geli sambil membalas perbuatan Agas padanya. Mereka pun jadi saling menyerang satu sama lain dengan air. Sampai suatu ketika, Agas menyerang Anjani bertubi-tubi sampai gadis itu tidak bisa menyerang balik.

"Tu-tunggu Agas. Hei!"

Anjani berusaha menghalau air dengan kedua tangannya, tapi Agas tidak mau berhenti. Saat Anjani mencoba untuk kabur, pria itu menarik pinggang Anjani hingga membuat punggung gadis itu menempel padanya.

"Mau lari kemana kau manis?" bisik Agas di telinga Anjani.

Bisikan Agas membuat urat saraf Anjani kegelian. Telinga dan wajahnya seketika memerah.

"Aku, aku sudah selesai dengan main airnya. Aku ingin kembali ke daratan!" ucap Anjani sedikit gugup.

"Kamu yang menyeretku ke sini, tapi ingin melarikan diri? Tidak, tidak Anjani!"

Agas memutar tubuh Anjani menjadi menghadap ke arahnya. Pria itu memegang kedua pipi Anjani dengan dua telapak tangan besarnya. Anjani merasakan hawa dingin menjalar ke pipinya. Entah kenapa bukan rasa hangat yang Anjani rasakan, mungkin karena mereka terlalu lama di dalam air.

SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang