Tiga belas

750 46 5
                                    

Siti meringis melihat pantulan wajahnya di cermin. Rupanya buruk sekali. Kulit wajahnya melepuh dan dipenuhi benjolan berwarna merah yang mengeluarkan nanah berbau busuk.

Beberapa kali Radit datang ke rumahnya, tapi bagaimana Siti bisa menemuinya dengan penampilan seperti ini? Tadi sore juga Radit datang lagi.

Kenapa saat peletnya mulai bereaksi wajahnya malah jadi seperti ini?

Siti sudah memeriksanya ke dokter dan mencoba berbagai obat, tapi wajahnya tak kunjung sembuh. Ini semua gara-gara makhluk itu. Siapa sih yang telah mengirim pocong sialan itu padanya? Apa jangan-jangan Anjani?

Waktu itu Siti meminta si dukun tua untuk menyantet Anjani. Bukan, bukan santet yang bisa membuat orang meninggal. Siti tak sejahat itu.
Apa mungkin Anjani membalikan sihir itu padanya? Ya, pasti seperti itu. Tapi kalau bisa dibalikkan, artinya dukun tua itu lebih lemah. Ah sial, padahal Siti sudah membayar mahal. Ia harus meminta pertanggung jawaban dukun tua itu.

Siti mengambil selendang berwarna merah untuk menutupi wajahnya. Ia lalu pergi keluar untuk menemui Mbah Suro. Saat hendak menutup pintu, sang ibu menegurnya.

''Mau kemana kamu, Siti?''

"Udahlah, Emak enggak usah kepo!'' bentak Siti, kemudian membanting pintu. Bu Yati hanya bisa geleng-geleng kepala sambil mengelus dada.

Siti sampai di tempat praktik perdukunan Mbah Suro. Saat hendak masuk ke ruangan dukun itu, ia ditahan oleh seorang pria.

''Tolong tunggu sebentar! Mbah sedang melayani pelanggan lain,'' ucap pria itu.

''Minggir, aku mau bicara dengan si tua Suro!"

''Mohon menunggu karena saat ini Mbah masih melayani pelanggan lain!" tahan pria itu lagi. Kali ini tangannya terlentang menghalau Siti.

Siti berdecak kesal. Ia mengambil ancang-ancang, lalu menendang selangkangan pria itu sekuat tenaga sampai ia terkapar di lantai. Hal itu dimanfaatkan Siti untuk menerobos ke ruang pribadi si dukun Suro. Suro maupun pelanggannya sama-sama kaget melihat Siti di ambang pintu.

''Siapa yang membiarkanmu masuk? Cecep! Ce-"

''Percuma saja kau memanggilnya. Pria itu tidak akan datang. Aku ke sini untuk bicara denganmu,'' Siti memotong ucapan Suro yang belum selesai.

''Mau ngomong apa lagi? Aku sudah tidak punya urusan dengan panjenengan!"

Siti mendengus lalu berjalan menghampiri dukun itu dan menarik kerah bajunya. Ia menggoncang kuat tubuh Suro sebagai pelampiasan amarahnya. Saking kuatnya goncangan Siti, tudungnya sampai lepas dan menampakan wajah buruk rupanya.

''Sialan, kau harus tanggung jawab! Kau bilang semuanya akan beres, tapi apa buktinya? Aku sudah membayar mahal, aku juga sudah melakukan semua syarat darimu, tapi tetap saja hasilnya tidak sesuai harapan. Dasar kau dukun gadungan!"

Kedua pelanggan Suro yang terdiri dari suami dan istri itu nampak terkejut dengan perilaku dan ucapan Siti. Ditambah lagi wajah gadis itu yang mengerikan. Mereka saling memandang dan jadi ragu akan kemapuan Suro. Pasalnya ini kali pertama mereka datang ke tempat itu.

Melihat ekspresi pasutri itu, Suro jadi khawatir. Takutnya mereka jadi tidak percaya padanya karena ucapan Siti.

''Baiklah, tenang dulu! Ayo kita bicara baik-baik!" ucap Suro, lalu membawa Siti ke ruangan lain.

''Kau bilang semuanya akan beres, tapi apa ini? Bagaimana bisa santet itu malah berbalik padaku?'' bentak Siti di depan wajah Suro.

''Ssst, pelankan suaramu! Kau akan membuat pelangganku kabur.''

SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang