Siti tengah memandangi foto Radit sambil rebahan di kasur. Dielusnya wajah sang pria pujaan yang tercetak di polaroid itu.
''Radit sayang, betapa tampannya dirimu! Sebentar lagi, kamu akan menjadi milikku. Aah, aku sangat-sangat-saaangat mencintaimu!" ujar Siti, lalu mencium foto Radit di tangannya.
Sudah lama Siti menyimpan perasaan pada pria itu. Berbagai cara telah dilakukan demi mendapatkan hati Radit, mulai dari menulis surat, memberi hadiah, membuatkan bekal, sampai menyatakan cinta pun sudah ia lakukan. Tapi, Radit selalu menolaknya.
Siti tidak mengerti, apa yang membuat Radit begitu tidak suka kepadanya? Dia cantik, tubuhnya seksi, fashionable juga. Apa kurangnya Siti dimatanya?
Mungkin karena Anjani. Gadis itu bisa saja menjelek-jelekan dirinya di depan Radit. Secara, mereka tidak pernah akur. Anjani mungkin mengatakan hal buruk tentangnya agar Radit ilfeel.
''Lihat saja, Anjani. Sebentar lagi kau yang akan menderita!'' ucap Siti, lalu tertawa keras.
Tawa Siti berhenti saat lampu di kamarnya berkedip, mati nyala mati nyala beberapa kali. Atmosfer kamarnya juga jadi terasa berat dan pengap.
Tiba-tiba saja tercium bau busuk yang sangat menyengat. Siti memencet sayap hidungnya dengan telunjuk dan ibu jarinya. Ya ampun, baunya tidak tertahankan. Apa ada bangkai tikus di sekitar sini?
Pats
Lampu kamarnya padam. Ruangan jadi gelap gulita dan Siti tidak bisa melihat apa-apa. Ia turun dari ranjang hendak mencari saklar lampu.
Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri. Tengkuknya terasa dingin. Entah kenapa Siti merasa ada seseorang di belakangnya. Perlahan ia berbalik ke belakangan. Matanya seketika melotot melihat makhluk terbalut kain putih dengan wajah gosong berdiri di depannya.
Tanpa ba-bi-bu, makhluk itu menyemburkan cairan dari mulutnya tepat ke wajah Siti.
''AAAKH!" gadis itu menjerit sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Kulit wajahnya terasa begitu perih dan panas. Seperti sudah disiram air mendidih.
Bu Yati, ibu Siti datang dengan panik saat mendengar teriakan putrinya. Ia menghampiri Siti yang tengah meringkuk di lantai sambil menutupi wajahnya.
''Siti, kamu kenapa nak?"
''Aaargh sakit!" rintih Siti kesakitan.
Bu Yati melepaskan tangan yang menutupi wajah Siti. Betapa terkejutnya ia saat melihat wajah putrinya yang melepuh.
''Astagfirullah, Siti. Kok wajahmu bisa kayak gini?"
"Siti gak tahu, Mak! Daripada banyak tanya, mending Emak bantuin apa gitu, kipasin atau apa pun yang lebih berguna! Panas nih."
''I-iya," Bu Yati segera mengambil buku di meja nakas, kemudian mengipasi wajah Siti dengan itu.
Di sisi lain, pocong yang tadi melukai Siti sudah kembali ke habitatnya di bukit. Dia menghadap kepada sang tuan yang telah memberinya perintah.
''Kau sudah melaksanan tugasmu?" tanya Bagaspati.
''Sudah, tuan!"
''Bagus!" Bagaspati menepuk pundak bawahannya itu. ''Siapa pun yang berani mengusik kekasihku, harus menerima balasannya!"
*****
Jamilah duduk di kursi ruang tamu bersama Galuh dan ayahnya, ustadz Engkus. Kemarin malam, Radit dibawa ke rumah Ustadz Engkus untuk didoakan. Pagi ini, beliau berkunjung ke rumah Radit untuk memberi tahu ibunya mengenai kondisi pemuda itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita
RomanceAnjani datang ke desa untuk menemui kakek dan neneknya setelah sekian lama. Sejak tiba di sana, Anjani selalu bermimpi bertemu dengan seorang pria tampan di tengah hutan. Anjani juga jadi sering mengalami kejadian mistis yang tak pernah ia alami seb...