Seorang gadis kecil tengah berlarian, bermain di taman bunga bersama ayahnya. Mereka bercanda ria seolah tidak ada masalah dan beban di hati. Suara tawa riang dari gadis kecil itu terdengar nyaring dan membawa kebahagian bagi siapa pun yang mendengarnya.
Gadis kecil itu berlari semakin jauh dan semakin jauh dari ayahnya. Ayahnya pun khawatir dan berlari mengejar putrinya. Sang ayah berteriak pada putrinya, ''Anjani, tunggu Papa! Jangan jauh-jauh!"
Namun, putrinya seolah tuli. Gadis kecil itu terus saja berlari tak menghiraukan panggilan ayahnya. Sang ayah terus mengejar putrinya sampai tidak sadar taman bunga tempat mereka berada berubah menjadi hutan belantara. Setelah sekian lama berlari, akhirnya gadis kecil itu berhenti tepat di bawah pohon beringin besar yang rindang.
Sang ayah mengulurkan tangannya hendak meraih pundak gadis belia itu. Belum sempat ia meraih putrinya, tiba-tiba sesosok makhluk besar berwarna hitam mengambil putri kecilnya. Makhluk besar itu menatap tajam sang ayah dengan mata merahnya. Dengan suara berat yang menggema makhluk itu berkata, "Milikku!''
Mata sang ayah terbelalak. Rasa takut akan kehilangan putrinya lebih besar dibandingkan rasa takutnya pada makhluk itu. Tangannya masih terulur, hendak mengambil kembali putrinya. Namun, jarak keduanya malah semakin menjauh. Makhluk besar itu membawa pergi putrinya ke balik bayangan.
''Tidak, jangan bawa putriku! Anjani!"
Eko tersentak dan matanya langsung terbuka lebar, jantungnya berdebar kencang, dan keringat dingin menetes dari pelipisnya. Ia baru saja mimpi buruk. Anjani, putrinya diambil oleh makhluk tak kasat mata yang telah membayang-bayanginya selama bertahun-tahun.
Eko bangun dari tidurnya dan duduk di ranjang. Tangannya bergerak memijat pangkal hidungnya. Ia berusaha mengatur napas agar perasaannya tenang. Matanya melirik ke arah jam di dinding. Waktu menunjukkan pukul 2:00 dini hari. Eko melihat ke samping dan terlihat istrinya masih terlelap.
Tiba-tiba, Eko teringat sesuatu. Ia turun dari ranjang dan pergi ke arah lemari pakaian. Tangannya membuka laci yang ada di pintu ketiga lemari. Eko mengambil kotak kecil yang terbuat dari kayu dan dibungkus dengan kain hitam. Saat membuka kotak itu, betapa terkejutnya ia melihat kotak itu sudah kosong. Isinya menghilang. Eko mencari di laci lain. Ia membuka seluruh laci yang ada di kamarnya.
Nirmala, istrinya terbangun karena mendengar suara ribut-ribut dari laci yang dibuka tutup dengan terburu-buru. ''Mas, cari apa sih?" tanya Nirmala pada suaminya.
''Sayang, kamu sempat buka kotak ini?" Eko mengangkat kotak di tangannya. ''Cincinnya kamu simpan di mana?"
Nirmala mengernyit bingung. Dia turun dari ranjang dan menghampiri suaminya.
''Enggak ada yang pernah nyentuh kotak itu selama 5 tahun ini. Kamu kan gak ngizinin siapa pun pegang kotak itu sejak awal kamu simpan cincin itu di sana.''
''Tapi cincinnya hilang, Nirmala!" ucap Eko dengan frustrasi.
Entah kenapa perasaannya tiba-tiba tidak enak. Ia takut terjadi sesuatu pada putri satu-satunya. Eko maupun Nirmala takut, kejadian 5 tahun lalu terulang kembali. Dimana mereka hampir saja kehilangan Anjani.
"Nirmala, besok kita pergi ke rumah bapak!"
*****
Ni Mursih sedang memasak di dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Dari awal menyiapkan bahan hingga masakannya matang, beliau merasa heran karena Anjani tak kelihatan. Biasanya, saat Ni Mursih hendak masak, Anjani suka lewat untuk ke kamar mandi. Dapur dan kamar mandi kan berdekatan, jadi kalau Anjani sudah lewat harusnya kelihatan. Bahkan, sampai waktunya sarapan pun Anjani tidak muncul.

KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita
RomanceAnjani datang ke desa untuk menemui kakek dan neneknya setelah sekian lama. Sejak tiba di sana, Anjani selalu bermimpi bertemu dengan seorang pria tampan di tengah hutan. Anjani juga jadi sering mengalami kejadian mistis yang tak pernah ia alami seb...