Sehabis panen, maka munculah tandur. Tandur atau tanam mundur adalah kegiatan menanam bibit padi di sawah yang sudah dipanen. Sawah Ki Agung sudah selesai dipanen semua, maka sekarang waktunya menanam bibit padi yang baru.
Ki Agung mengambil topi capingnya dan bersiap pergi ke sawah. Kakek berusia 65 tahun itu memang masih aktif bekerja. Usia tidak menjadi penghalang baginya untuk beraktifitas.
Untuk seorang lansia, Ki Agung masih memilik fisik yang kuat. Tubuhnya tegap dan segar bugar. Dibandingkan istrinya, Ki Agung lebih jarang sakit-sakitan.
''Aki mau pergi ke sawah?" tanya Anjani kepada kakeknya.
''Iya. Mau ikut?''
Anjani menggeleng. Dia memang tidak mau ikut karena sudah punya janji memancing di kali dengan anak-anak.
''Enggak. Anjani cuma mau tanya, sawah yang ada di sebelah itu punya siapa?" Anjani bertanya tanpa maksud apa-apa. Dia hanya penasaran.
Tiap kali Anjani pergi ke sawah, gadis itu selalu melihat Galuh bekerja di sawah samping sawah milik kakeknya. Jadi, Anjani penasaran. Itu memang sawah milik Galuh, atau dia hanya bekerja di sana.
''Oh, itu punya Pak Ustadz. Biasanya Jang Galuh suka bersih-bersih atau mantau keadaan sawahnya.''
''Beneran punya A Galuh ternyata. Oh, iya, Ki. A Galuh kan anaknya Pak Ustadz ya? Harusnya Anjani kenal dong. Tapi kok Anjani baru ketemu sekarang, padahal Anjani suka main ke sini.''
''Ya, iyalah kamu baru liat. Orang Jang Galuh dulu mesantren di Sumedang. Emang baru pulang dua tahun lalu," ujar Ki Agung.
Mulut Anjani membentuk huruf 'O'.
''Gak ada yang mau ditanyain lagi kan? Aki berangkat dulu. Assalamualaikum!"
''Waalaikum salam!"
Anjani duduk di kursi sambil membaca novel. Ia sudah selesai membersihkan rumah, tinggal menunggu anak-anak itu datang.
Neneknya sedang tidak ada di rumah. Biasanya jam segini Ni Mursih pergi pengajian ke masjid bersama ibu-ibu kampung.
30 menit berlalu, anak-anak itu datang dan memanggil Anjani dari depan rumah. Anjani keluar rumah dan mengunci gembok pintu. Kuncinya ia simpan di bawah pot bunga.
''Kalian bawa apa aja?" tanya Anjani sambil turun dari tangga.
''Saringan, cacing, benang, sama ember buat wadah ikannya, Teh," jawab Malik sambil menunjukkan satu persatu barang yang mereka bawa.
''Loh, Nuri mana?"
''Katanya nanti nyusul bareng Aanya, Teh!" jawab Ucup.
Kalau Nuri akan menyusul dengan kakaknya, artinya Galuh akan ikut mancing bersama mereka.
Oh, iya. Anjani baru tahu kalau Nuri adik Galuh dari anak-anak lain.
''Ya sudah, ayo berangkat!"
*****
''Hai teman-teman!" Nuri yang baru datang menyapa teman-temannya. Di belakangnya ada Galuh yang membawa ember dan alat pancing.
''Ih, Nuri curang bawa pancingan,'' kata Dimas iri.
Dimas dan yang lainnya memancing hanya menggunakan benang yang diikatkan ke ranting kayu. Mereka tidak diizinkan membawa alat pancing ayah masing-masing. Katanya sih, nanti rusak.
''Aku juga dibolehin Bapak karena bareng si Aa," ucap Nuri sambil duduk diantara Dimas dan Anjani.
''Aa, duduk sini!" Nuri menepuk tempat di sampingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita
RomanceAnjani datang ke desa untuk menemui kakek dan neneknya setelah sekian lama. Sejak tiba di sana, Anjani selalu bermimpi bertemu dengan seorang pria tampan di tengah hutan. Anjani juga jadi sering mengalami kejadian mistis yang tak pernah ia alami seb...