二十一

712 86 3
                                    

Hari-hari berlalu begitu saja. Azumi kini mulai membaik dan bisa keluar dari kediaman kupu-kupu. Selama ia dirawat, Senjuro selalu datang untuk membantunya makan atau sekedar mengobrol ringan.

Anak itu menangis kencang saat tau Azumi sadar. Dia tidak menyalahkan Azumi atas kematian Kyoujuro, sama seperti ucapan ayahnya, dia pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan sang kakak. Walaupun Azumi mengatakan sejuta maaf, Senjuro akan selalu menggeleng dan mengatakan bahwa ini bukan salahnya.

Senjuro juga mengatakan bahwa dia telah bertemu dengan Tanjiro. Diantara semuanya, Tanjiro lah yang paling bersedih tentang kematian Kyoujuro. Dia bahkan tidak makan karena berlarut-larut dalam kesedihannya. Tapi sepertinya Tanjiro sudah kembali mendapatkan semangatnya. Ia kembali berlatih beberapa hari sebelum Azumi sadar.

Di teras, Shinobu menghampiri Azumi sambil tersenyum manis seperti biasa. Tatapannya menatap kosong Shinobu, bagaimana jika dia gagal melindungi gadis ini? Apa yang akan Kanae katakan padanya?

"Siang, Shinobu." Sapa Azumi sambil tersenyum kecil. Dahinya tertutup perban karena pukulan Akaza yang membuat pelipisnya berdarah.

"Ara, Azumi-san sedang bersantai ya?" Tanya Shinobu dan tersenyum kecil.

Azumi mengangguk. "Ha'i. Kepalaku berat karena terlalu banyak pikiran, dan rasa bersalah..."

Terdengar helaan nafas panjang dari Shinobu. Ia sudah mendengar ini dari Shinjiro dan Senjuro tapi tidak dia sangka akan seperti ini.

"Azumi―"

"Tidak perlu menasihatiku." Potong Azumi dan menatap Shinobu. "Aku baik-baik saja, jangan khawatir."

Sejenak Shinobu tertegun. Mata Azumi terlihat kosong dan tidak ada cahaya sama sekali, tapi setiap ucapan yang keluar darinya penuh kesungguhan. Walaupun Shinobu tau bahwa Azumi berusaha untuk tetap tenang, tapi tak dipungkiri bahwa siapapun yang melihatnya sekarang akan menganggap Azumi seperti tubuh tanpa jiwa.

Kulit seputih porselen, tatapan mata kosong dengan wajahnya yang cantik. Luka yang dirasakan Azumi tidak bisa dibandingkan dengannya.

Ada banyak luka di mata Azumi, salah satunya.. tentang kematian Kyoujuro.

Setelah diam sejenak, Shinobu memperlihatkan senyum kecil dan mengangguk. "Baguslah. Beruntung kau tidak mendapatkan luka parah Azumi."

"Sebenarnya, aku berencana bunuh diri saat melawan iblis bulan atas tiga." Spontan Azumi berkata tanpa banyak pikir.

"Azumi-san!" Suara Shinobu meninggi tanpa sadar.

"Yah kau tau, aku ini sebuah kegagalan yang harus dimusnahkan. Tapi iblis itu tidak bertarung dengan perempuan. Setiap aku bertarung dengannya, ia hanya akan menghindar atau tidak memukulku menjauh darinya." Azumi menghela nafas sebentar. "Walaupun aku memiliki niat itu, ada alasan lain mengapa aku nekat dengan tubuh rentan seperti ini."

Azumi mendongak menatap langit dengan tatapan kosong. Kicauan burung terdengar merdu dengan suara gemericik air membuat Azumi mengantuk.

"Aku ngelantur." Celetuk Azumi pada Shinobu yang masih terus menatapnya. "Jangan pikirkan ucapan tadi, itu hanya kalimat aneh."

"Tidak untukku Azumi-san." Shinobu menggeleng. "Kau harus kembali beristirahat, sepertinya ada sesuatu yang harus aku urus mengenai kesehatanmu secara mendalam."

... Untung saja aku selalu memeriksa kondisi tubuhku pada Tamayo. Batin Azumi santai dan meminum ocha hangatnya.

"Ngomong-ngomong Azumi-san, tanda apa itu di sekitar lukamu?"

𝐎𝐩𝐩𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐢𝐭𝐲 | 𝐊𝐢𝐦𝐞𝐭𝐬𝐮 𝐍𝐨 𝐘𝐚𝐢𝐛𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang