Sesuai dengan janji, Azumi akhirnya melatih Tanjiro dan yang lainnya. Sebenarnya dia belum pulih sepenuhnya tapi karena mengingat waktu, ia akhirnya memaksaan diri untuk melatih ketiga remaja yang akan mengubah masa depan tersebut.
"Azumi-nee?" Panggil Tanjiro sambil mencari keberadaan kakaknya itu. Lalu muncul seorang kakushi yang mengantar ketiganya menuju halaman belakang, tempat dimana Azumi biasa berlatih atau tidak bersantai.
Ketiganya akhirnya bertemu Azumi, wanita itu nampak menggunakan pakaian seperti kimono namun sedikit lebih mirip dengan seragam pemburu iblis agar bisa lebih leluasa untuk bergerak nantinya. Azumi juga menggantung haori kotak-kotak nya di bahunya. Rok panjang yang dipakai Azumi berwarna coklat dengan atasan kameja putih dengan lengan digulung hingga ke siku.
Ketiganya menyapa Azumi dan riang, Tanjiro meletakkan kotak Nezuko di teras dan melihat ke sekitar tempat latihan Azumi.
"Ini mudah kok. Tanjiro, Zenitsu, kalian sudah membaca buku itu kan?" Tanya Azumi yang dijawab anggukan oleh keduanya. "Bagus! Sekarang, ayo pemanasan."
Kali ini, Azumi melakukan pemanasan yang lebih manusiawi membuat Tanjiro dan Zenitsu diam-diam menghela nafas lega, mereka kira bahwa Azumi akan memberikan pelatihan neraka pada mereka namun untung saja bukan.
"Lakukan dengan baik, aku tidak mau tanggung jawab kalau kalian kesakitan." Kata Azumi dari teras yang di jawab serempak oleh ketiganya.
Tak lama berselang, Nezuko membuka pintu kotaknya, kepalanya menyembul keluar membuat Azumi tidak bisa menahan senyum gemasnya. Gadis cilik itu tersenyum dan menyemangati kakaknya yang tengah pemanasan di lapangan.
Azumi mengelus sebentar Nezuko dan berpesan agar menonton mereka dan jangan kemana-mana. Iblis kecil itu mengangguk-angguk dan duduk diam di depan kotaknya.
Wanita itu perlahan bangkit berdiri, ia melepaskan haori nya dan menaruhnya dengan rapi. Ia berjalan menuju ketiganya sambil tersenyum tipis.
"Baiklah. Ayo berlatih. Yang perlu kalian lakukan adalah menyerangku menggunakan tongkat ini." Azumi memberikan masing-masing satu tongkat, kecuali Inosuke yang memang menggunakan dua tongkat.
"Anggap saja tongkat ini katana kalian, lalu gunakan untuk menyerangku dengan berbagai gerakan latihan yang sudah kalian pelajari saat ini. Aku akan memperhatikan kalian saat sedang menyerang. Mudah bukan?" Azumi selesai mengikat rambutnya.
Kini Tanjiro, Zenitsu dan Inosuke berdiri mengelilingi Azumi yang berada di tengah-tengah. Wanita itu tersenyum tipis lalu muncul dua serangan secara langsung oleh Inosuke dan Tanjiro di belakang.
Inosuke berusaha menyerang kepala Azumi namun dengan cepat wanita itu menunduk sembari menahan serangan dari Tanjiro. Inosuke terpental ke belakang oleh tendangan Azumi sedangkan Tanjiro terpukul mundur.
Zenitsu yang gemetar berusaha menyerang dengan beberapa tebasan acak yang membuat Azumi tersenyum masam. Ia menyentil dahi Zenitsu sambil memukulnya dengan tongkat.
"Jangan penakut begitu. Jika tidak ada Tanjiro atau Inosuke, siapa yang akan melindungimu jika bukan kau sendiri." Azumi memberikan nasihat sebelum Inosuke yang tiba-tiba menyerang dari atas.
"Huhahaha!! Ini menyenangkan!!" Girang Inosuke, dia tidak hanya menggunakan tongkat, tapi juga menggunakan kakinya sebagai senjata.
Tanjiro yang melihat kesempatan langsung melesat ke depan Azumi yang hanya bereaksi biasa saja, ia berusaha untuk memukul pinggang wanita itu namun ia dikejutkan dengan Inosuke yang tiba-tiba jatuh dan keduanya yang sudah terpelanting ke belakang.
Namun Azumi tidak sadar dengan Zenitsu yang sudah tidak ada di tempatnya, ia mencari ke sekeliling sebelum tiba-tiba diserang dari samping. Remaja itu ternyata mengaktifkan mode tidurnya tanpa sadar dan membuat dirinya menyerang Azumi dengan lihai.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐩𝐩𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐢𝐭𝐲 | 𝐊𝐢𝐦𝐞𝐭𝐬𝐮 𝐍𝐨 𝐘𝐚𝐢𝐛𝐚
Fanfiction[FOURTH BOOK] Untuk dia yang berjuang hingga akhir. Ketidakberhasilnnya dalam melindungi dan kekalahannya saat bertarung dengan 𝘔𝘪𝘮𝘱𝘪 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬 yang menjadi momok menakutkan bagi semua orang berhasil membuat rasa bersalah yang teramat sangat m...