Beberapa jam kemudian, datang Obanai bak pahlawan kesiangan berserta para kakushi. Pria itu bukannya datang memberikan ucapan syukur, dia malah tidak terima dengan perkataan Uzui yang ingin pensiun setelah melihat luka di mata dan tangan kirinya. Azumi bahkan ikut terseret dalam pembicaraan dimana Obanai ikut memaksanya kembali menjadi seorang Pilar yang ditolak mentah-mentah untuk kesekian kalinya oleh Azumi.
"Ayolah, Iguro-san. Bahkan tanpaku dan Uzui, kekuatan kalian masih lebih dari cukup untuk mengalahkan Muzan." Jawab Azumi yang terduduk dengan senyum lebar. "Lagipula, anak-anak yang kau benci itu berkembang dengan sangat baik."
Sejenak Obanai terdiam lalu membulatkan matanya terkejut. "Tidak mungkin, Kamado Tanjiro.. dia selamat?"
Azumi mengangguk. "Dia kunci kemenangan kita." Ucapnya blak-blakan.
"Yah, kita lihat saja nanti." Balas Obanai acuh membuat Azumi tersenyum kesal.
Uzui dibantu oleh ketiga istrinya untuk berdiri sedangkan Azumi dibawah dengan tandu karena tubuhnya yang lemah dan penuh luka. Ia menatap langit yang masih malam, melayang entah kemana. Setidaknya aku masih bernafas.
Mereka sampai di Kediaman kupu-kupu. Shinobu menyambut mereka dengan tatapan kaget karena luka-luka yang diterima oleh mereka berempat. Setelah Shinobu membawa mereka ke ruangan masing-masing, dia segera menugaskan Trio Loli, Aoi dan Kanao agar membantu mengobati Trio Kamaboko yang terluka cukup parah.
"Uzui-san, kalian sampai babak belur begini?" Tanya Shinobu seraya memasangkan infus pada tangan Azumi. Wanita itu tak sadarkan diri setelah pertarungan membuat Shinobu sedikit khawatir mengingat penyakit wanita itu.
"Kami bertemu Iblis Bulan Atas 6. Semuanya jadi kacau saat kami terkena racun dari Iblis Sabit bernama Gyutaro, racunnya menyebar dengan cepat namun dengan pil pemberian Azumi, kami berdua memiliki cukup waktu menghabisi Iblis itu!" Jelas Uzui dengan akhir yang meriah sampai ditegur oleh istrinya.
"Tapi tidak ada racun pada kalian berdua?" Bingung Shinobu melihat Uzui dan Azumi bergantian.
"Oh itu! Kamado Nezuko membakar habis racun pada tubuh kami." Jelas Uzui sambil tersenyum lebar. Tatapannya lalu jatuh pada Azumi yang tertidur lelap dengan wajah pucat. "Kochou, apakah penyakit Azumi, sangat parah?"
Shinobu hanya bisa menghela nafas. "Aku sedang berusaha mencari obatnya. Kemungkinan sedikit pun harus kutemukan." Ia menoleh pada Uzui. "Karena penyakit Azumi mirip dengan Oyakata-sama."
"Mirip?" Kaget Uzui dengan para istrinya yang mendengar.
Shinobu membenarkan. "Tapi tidak seperti tanda kutukan Oyakata-sama. Aku juga tidak mengerti mengapa Azumi bisa terkena penyakit ini."
"Apakah penyakit Oyakata-sama menular?" Tanya Uzui blak-blakan yang mendapatkan hadiah lemparan piring dari Shinobu.
"Tolong perhatikan perkataan anda, Uzui-san." Tegur Shinobu dengan senyum manisnya. Ia lalu beralih melihat Azumi yang tertidur lelap. "Mungkin dia akan sadar setelah seminggu atau lebih?" Shinobu bergumam pelan.
"Ngomong-ngomong Kochou! Aku baru sadar, Azumi dan Tomioka-san itu sangat mirip ya!"
Shinobu hanya menggeleng saja, mengabaikan ucapan Uzui yang ngelantur kemana-mana. "Kalau Haori sih memang mirip. Tapi tidak dengan sikapnya."
Yah, Uzui tidak akan menyangkalnya. Sikap Giyuu dan Azumi bak langit bumi. Namun tak dapat dipungkiri, keduanya memang mirip satu sama lain. Daripada memikirkan hal lain, sebaiknya dia memikirkan kesembuhannya.
.
.
Seperti prediksi Shinobu, Azumi membuka matanya seminggu kemudian, lebih dulu dari Inosuke dan terlambat dari Zenitsu yang sudah sadar sehari setelah pertarungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐩𝐩𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐢𝐭𝐲 | 𝐊𝐢𝐦𝐞𝐭𝐬𝐮 𝐍𝐨 𝐘𝐚𝐢𝐛𝐚
Fanfiction[FOURTH BOOK] Untuk dia yang berjuang hingga akhir. Ketidakberhasilnnya dalam melindungi dan kekalahannya saat bertarung dengan 𝘔𝘪𝘮𝘱𝘪 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬 yang menjadi momok menakutkan bagi semua orang berhasil membuat rasa bersalah yang teramat sangat m...