Suara baling-baling helikopter terdengar bising dari atas rooftop sebuah perusahaan yang memiliki lambang huruf D besar di bagian depan. Tidak lama kemudian seorang lelaki berwajah tampan terlihat turun dari atas helikopter tersebut.
Lelaki bernama Marcelio Devan itu baru saja menghadiri rapat penting di luar kota. Devan memang sering memakai helikopternya itu agar tidak terjebak macet sekaligus untuk mempersingkat waktu.
Cuaca siang ini cukup panas, Devan pun mengeluarkan kaca mata hitam untuk melindungi matanya. Rambut Devan terlihat sedikit berantakan karena angin yang berembus kencang. Namun, semua itu tidak mengurangi kadar ketampanannya.
"Apa jadwal saya setelah ini?" tanya Devan pada lelaki paruh baya yang menjadi orang kepercayaannya.
"Anda harus menjemput Nona Cherry di sekolah, Tuan," jelas Pramudya.
Devan menghela napas panjang. Sebenarnya dia merasa sangat lelah dan ingin beristirahat. Namun, dia sudah berjanji akan menjeput Cherry di sekolah.
"Baiklah, siapkan mobil karena saya ingin membawa mobil sendiri."
"Baik, Tuan." Pramudya mengangguk patuh.
Devan mengemudikan Mercedes Benz G65 miliknya sedikit kencang membelah jalanan ibu kota yang ramai lancar. Empat puluh lima menit kemudian dia tiba di sekolah Cherry. Sekolah Cherry terlihat sepi karena bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak dua puluh menit yang lalu. Anak perempuannya itu pasti akan merajuk karena dia terlambat menjemput.
Devan pun bergegas menuju ke kelas Cherry setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir. Helaan napas lega sontak lolos dari bibirnya ketika melihat Cherry yang duduk di bangku kecil yang berada tepat di depan kelas sambil menundukkan kepala dan memainkan kedua kakinya. Cherry pasti merasa bosan karena menunggunya yang tidak kunjung datang.
Devan perlahan mendekat, lantas berjongkok tepat di depan Cherry. "Maaf papa terlambat. Apa Cherry sudah menunggu lama?" tanyanya sambil mengusap rambut Cherry dengan lembut.
Cherry mengangkat kepalanya perlahan lalu menatap Devan yang berjongkok tepat di hadapannya dengan bibir yang mengerucut kesal. "Papa ke mana saja? Kenapa Papa telat jemput Cherry? Cherry kan, bosan nunggu Papa dari tadi."
"Papa tadi ada meeting di luar kota, Sayang. Maaf sudah membuat Cherry menunggu lama"
"Cherry mau es krim!" ucap Cherry sambil melipat kedua tangannya di depan dada sebagai bentuk protes karena Devan terlambat menjemputnya.
Devan malah tersenyum karena Cherry terlihat sangat menggemaskan jika sedang marah. Tanpa menunggu lama dia pun mengiyakan permintaan putrinya.
"Asyik! Terima kasih, Papa." Cherry sontak turun dari atas tempat duduknya lantas memeluk Devan dengan erat.
"Sama-sama. Papa tidak dicium, nih?" tanya Devan sambil menyodorkan pipinya ke Cherry.
Cherry pun mengecup kedua pipi Devan bergantian. Devan gemas sekali melihatnya karena Cherry memang terlihat sangat menggemaskan.
Dia pun menggendong anak perempuannya itu menuju mobilnya yang terpakir di halaman sekolah lalu pergi ke toko es krim.
"Papa tahu nggak? Teman Cherry tadi dijemput sama mamanya. Mamanya cantik sekali," celoteh Cherry sambil menikmati es krim vanilla dengan toping biskuit oreo favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lugu Milik CEO Duda
FanfictionDewasa 21+ Marcellio Devan seorang duda beranak satu yang memutuskan untuk tidak menikah lagi karena belum bisa melupakan istri yang sudah meninggal. Awalnya hidup Devan berjalan normal seperti biasa. Namun, hidupnya tiba-tiba berubah berantakan set...