Devan kembali menambah kecepatan mobilnya setelah melewati tikungan. Dia ingin cepat-cepat tiba di klinik setelah Seika memberitahu dirinya kalau Cherry tiba-tiba saja batuk lalu pingsan.
Devan memarkirkan Mercedes Benz G65 miliknya dengan asal begitu tiba di klinik yang berada di dekat rumah Seika lalu berlari menuju ruang unit gawat darurat.
"Cherry!" teriaknya lumayan kencang membuat semua orang yang ada di ruangan tersebut sontak menoleh ke arahnya, termasuk Seika.
Gadis itu sontak berdiri dari tempat duduknya, memberi ruang Devan untuk melihat kondisi putrinya. Dia hanya bisa menunduk sambil meremas kesepuluh jemari tangannya yang terasa dingin ketika Devan berjalan melewatinya.
Devan menghampiri Cherry yang terbaring lemas di atas brankar. Wajah Cherry terlihat sangat pucat, bibirnya kering, dan badannya agak demam. Anak itu langsung tidur setelah mendapat obat dari dokter.
"Anak saya kenapa, Dokter?" tanya Devan pada dokter yang memeriksa Cherry.
"Sepertinya alergi putri Bapak kambuh karena tidak sengaja memakan kacang almond."
"Kacang almond?" Devan terhenyak setelah mendengar penjelasan dokter. Ternyata Cherry tidak sengaja memakan kacang almond, pantas saja alergi putrinya itu tiba-tiba kambuh.
"Iya, Pak. Anda tidak perlu cemas karena kondisi putri Bapak tidak mengkhawatirkan. Untung saja istri Anda cepat-cepat membawa putri Bapak ke sini. Jika tidak nyawa putri Bapak pasti tidak akan bisa diselamatkan."
"Istri?" Kening Devan berkerut dalam. Siapa gadis yang dikira istrinya oleh dokter tersebut. Apakah mungkin ....
Devan sontak menatap Seika yang berdiri di belakangnya. Gadis itu sejak tadi terus menunduk sambil meremas kesepuluh jemari tangannya. Penyesalan dan rasa bersalah tergambar jelas di wajah cantiknya. Seika pasti merasa sangat bersalah sudah memberi Cherry es krim dengan topping kacang almond hingga membuat alergi anak itu kambuh.
"Istri Anda sejak tadi terus mendampingi putri Bapak. Dia pasti sangat mengkhawatirkan putrinya," terang dokter tersebut.
Devan hanya diam. Dia bisa melihat dengan jelas jika Seika sangat mengkhawatirkan Cherry. "Terima kasih banyak, Dokter."
"Sama-sama, Pak. Kalau begitu saya permisi."
Devan mengangguk. Suasana mendadak hening selepas kepergian dokter tersebut. Seika ingin sekali meminta maaf pada Devan, tapi dia terlalu takut untuk melakukannya. Seika yakin sekali Devan pasti akan memarahinya habis-habisan karena dia sudah lalai menjaga Cherry. Namun, dia tetap harus minta maaf karena dia memang bersalah.
Devan perlahan mendekat, lalu menyentuh bahu Seika pelan membuat gadis bermata hezel itu seketika tergagap. "Hey!" panggilnya lembut.
Seika terhenyak, air mata terlihat menggenang di kedua pelupuk matanya. Seika merasa sangat menyesal dan bersalah sudah membuat Cherry celaka. "Sa-saya minta maaf, Pak. Tolong maafin saya. Saya benar-benar tidak tahu kalau Nona Cherry alergi kacang almond, tapi saya malah memberi es krim yang ada kacang almond-nya sampai kondisi Nona Cherry jadi seperti ini."
Air mata itu jatuh begitu saja membasahi pipi Seika. Ketakutan tergambar jelas di wajahnya. Seika benar-benar takut terjadi sesuatu yang buruk dengan Cherry.
Seharusnya Devan marah, bahkan mungkin memaki Seika karena gadis itu hampir membuat Cherry celaka. Namun, dia tidak tega melakukannya karena Seika terlihat sangat bersalah dan menyesali perbuatannya. Seika bahkan lebih mengkhawatirkan Cherry dari pada dirinya padahal Cherry bukan anak kandung gadis itu.
"Saya sudah maafin kamu. Lagi pula kamu tidak tahu kalau Cherry alergi kacang almond. Sudah, jangan menangis." Devan menangkup kedua pipi Seika, lalu menghapus air mata yang membasahi pipi gadis itu dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lugu Milik CEO Duda
FanfictionDewasa 21+ Marcellio Devan seorang duda beranak satu yang memutuskan untuk tidak menikah lagi karena belum bisa melupakan istri yang sudah meninggal. Awalnya hidup Devan berjalan normal seperti biasa. Namun, hidupnya tiba-tiba berubah berantakan set...