27. Bukan Kencan

1.6K 53 0
                                    

Taman bermain yang ada di pusat kota itu terlihat sangat ramai, apalagi saat weekend seperti sekarang. Banyak orang-orang yang menghabiskan waktu di sana untuk mencari hiburan, termasuk Seika, Devan, dan Cherry.

Anak perempuan itu terlihat sangat bahagia akhirnya bisa pergi ke taman bermain bersama papa dan gadis yang dia anggap sebagai mama.

"Asyik! Taman bermain!"

Seika tersenyum melihat Cherry yang sedang melompat-lompat dengan penuh kegirangan. "Cherry jangan pergi jauh-jauh. Tetap di samping kakak sama Papa, ya?"

Cherry mengangguk lalu kembali menghampiri Seika dan Devan dan berdiri di tengah-tengah mereka. "Mana tangan Mama sama Papa?"

"Eh?!" Seika terkejut karena Cherry tiba-tiba meraih tangan kanannya. Begitu pula dengan Devan.

"Cherry senang sekali hari ini. Terima kasih banyak Mama, Papa," ucap Cherry sambil tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya sebelah kiri seperti Devan.

Seika ikut tersenyum. "Sama-sama, Sayang."

Mereka pun segera masuk ke taman bermain. Devan begitu sigap menjaga Cherry dan Seika karena taman bermain hari ini sangat ramai.

"Ahh ...!" Seika nyaris terjatuh karena ada seorang pemuda yang tidak sengaja menyenggol tubuhnya. Beruntung Devan cepat-cepat menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Devan khawatir.

Seika tertegun, jantungnya seketika berdetak dua kali lebih cepat dari pada biasanya karena tangan Devan yang saat ini melingkari pinggangnya dengan erat.

"Apa kamu tidak bisa hati-hati kalau berjalan?" sengit Devan pada pemuda yang baru saja menyenggol Seika.

Pemuda berambut pirang itu mengaku salah dan cepat-cepat meminta maaf karena Devan terlihat sangat menakutkan saat marah. "Saya minta maaf, Pak. Tolong maafin saya."

Devan mendengkus kesal. Dia pasti akan memberi pemuda itu pelajaran jika Seika sampai kenapa-napa. "Kalau jalan lain kali hati-hati."

"I-iya, Pak. Sekali lagi maaf." Pemuda itu segera pergi setelah meminta maaf karena takut Devan semakin marah.

"Dasar anak muda!" Devan tersentak ketika sadar kalau dia sejak tadi memeluk Seika. Dia bahkan bisa mencium aroma stroberi yang menguar dari tubuh gadis itu karena jarak mereka sangat dekat.

Devan pun cepat-cepat melepas Seika dari dekapannya lalu kembali memasang wajah datar seperti biasa.

"Terima kasih Pak sudah menolong saya. Tapi Bapak nggak perlu memarahi cowok tadi. Apa Bapak nggak kasihan cowok tadi udah ketakutan setengah mati?"

"Tidak bisakah kamu mengucapkan terima kasih tanpa menceramahi saya?"

"Maksud saya bukan—"

"Ah, sudahlah." Devan memilih mengabaikan ucapan Seika dan mengajak Cherry menuju wahana komedi putar.

Seika mengerucutkan bibir kesal. Padahal dia hanya ingin memberitahu Devan agar tidak bersikap terlalu arogan, tapi lelaki itu malah mengabaikan ucapannya.

Menyebalkan!

"Beri saya dua tiket," ucap Devan pada penjaga loket komedi putar.

"Papa nggak ikut naik komedi putar?"

Devan menggeleng pelan, kepalanya bisa pusing jika naik wahana yang berputar itu.

Wajah Cherry seketika berubah sendu. "Cherry ingin naik komedi putar sama Mama dan Papa."

Devan menghela napas panjang. "Baiklah, papa ikut naik komedi putar bersama kalian."

"Asyik! Terima kasih, Papa." Cherry memeluk kedua kaki Devan dengan erat.

Gadis Lugu Milik CEO DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang