"Maaf, Tuan. Anda harus menghadiri meeting dengan pemimpin Kingdom Group sekarang," sela Pramudya ketika masuk ke ruangan Devan sambil melirik Seika sekilas.
Seika pun balas tersenyum ramah pada lelaki paruh baya itu.
"Baiklah, tolong siapkan mobil satu lagi untuk mengantar Cherry ke sekolah."
Pramudya mengangguk lalu segera melaksanakan perintah Devan.
Devan berjongkok tepat di depan putrinya selepas kepergian Pramudya. "Papa kerja dulu, ya? Cherry belajar yang baik di sekolah," ucapnya sambil mengusap puncak kepala Cherry dengan penuh sayang.
Seika diam-diam memperhatikan apa yang sedang Devan lakukan. Dia bisa melihat dengan jelas jika Devan sangat menyayangi Cherry. Tapi kenapa lelaki itu bersikap kasar pada dirinya? Apa Devan memiliki kepribadian ganda?
"Ini."
Kening Seika berkerut dalam melihat secarik kertas yang Devan ulurkan pada dirinya. "Ini apa?"
"Kartu nama, Bodoh. Apa kamu tidak bisa melihatnya?"
Seika menghela napas panjang, rasanya dia ingin sekali menampar wajah Devan yang kelewat tampan karena menyebutnya bodoh. "Iya, saya tahu. Tapi buat apa?"
"Hubungi saya kalau Cherry butuh sesuatu."
"Ta-tapi ...." Seika ingin memberitahu Devan kalau dia tidak mungkin bisa menghubungi lelaki itu karena dia tidak mempunyai ponsel. Namun, Devan malah beranjak meninggalkan ruangannya karena Pramudya sudah menunggu.
"Mobilmu sudah siap di depan. Tolong jaga Cherry baik-baik karena dia tanggung jawabmu sekarang. Saya turun dulu."
Seika tanpa sadar mendengkus kesal, dia tidak mengerti kenapa Devan mengatakan jika Cherry sekarang menjadi tanggung jawabnya padahal dia hanya ingin mengantar anak itu pergi ke sekolah.
"Dasar aneh," gumamnya pelan.
"Mama ...."
"Iya?" Seika sontak menunduk agar bisa menatap Cherry.
"Kenapa kita nggak turun bareng Papa?"
"Em ...." Seika tanpa sadar menggigit bibir bagian bawahnya karena bingung menjawab pertanyaan Cherry barusan. Dia tidak mungkin memberitahu Cherry alasan yang membuat Devan meminta mereka untuk turun belakangan karena ingin menghindari gosip yang tidak-tidak di kantor.
"Kenapa, Mama?" Cherry kembali bertanya karena Seika tidak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Em, mungkin papamu ingin buang air kecil dulu." Seika meringis pelan karena baru menyadari jika alasan yang dia berikan sangat tidak masuk akal. Semoga saja Cherry percaya dengan ucapannya.
"Oh, gitu ...." Cherry mengangguk-anggukkan kepalanya.
Seika tanpa sadar mengembuskan napas lega karena Cherry mempercayai ucapannya. "Kita berangkat sekarang?"
Cherry mengangguk lalu mengulurkan kedua tangannya pada Seika.
"Kenapa?" tanya Seika tidak mengerti.
"Gendong ...."
"Hah?" Mulut Seika sontak menganga lebar. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa Cherry bersikap sangat manja pada dirinya, padahal dia bukan keluarga, saudara, bahkan ibu tiri anak itu. Namun, dia tetap menuruti keinginan Cherry.
***
Seluruh karyawan Devan Grup tampak heran melihat Seika sedang menggendong Cherry. Apa gadis itu dekat dengan CEO mereka?
"Mama, nanti Cherry kenalin sama teman-teman Cherry, ya?" ucap si kecil polos.
Seika tersenyum kaku karena semua karyawan yang ada di lobi terkejut mendengar Cherry memanggilnya mama. Apa lagi karyawan perempuan. Mereka menatapnya dengan sangat tajam seolah-olah ingin mencabik-cabik tubuhnya. Mereka pasti mengira dia mempunyai hubungan spesial dengan Devan. Padahal dia tidak mempunyai hubungan apa pun dengan lelaki itu.
Seika pun segera membawa Cherry keluar. Embusan napas lega sontak lolos dari bibirnya ketika mereka sudah berada di dalam mobil Devan.
"Kenapa Mama lari-lari?"
Seika mencoba mengatur napasnya agar tidak terengah sebelum menjawab pertanyaan Cherry. "Tidak ada apa-apa, Sayang. Sini kakak bantu pasang sabuk pengaman kamu."
Cherry hanya diam melihat Seika yang memasang sabuk pengaman untuk melindungi tubuhnya. "Terima kasih, Mama."
"Sama-sama."
Sedan hitam itu pun melaju meninggalkan Devan Grup. Satu jam kemudian mereka tiba di sekolah Cherry. Seika pun segera turun lalu menggandeng Cherry memasuki sekolah.
"Terima kasih sudah mengantar kami, Pak," ucap Seika pada sopir yang mengantarnya.
"Sama-sama, Nona. Anda nanti akan dijemput sendiri oleh Tuan Devan."
Seika mengangguk lalu mengantar Cherry masuk ke kelas. Sekolah Cherry terlihat sangat mewah untuk ukuran taman kanak-kanak. Biaya per semesternya bahkan setara dengan biaya masuk fakultas kedokteran. Seika tidak kaget kenapa Devan memasukkan Cherry ke sekolah unggulan tersebut karena lelaki itu sangat kaya.
"Selamat pagi, Cherry."
Cherry sontak berhenti melangkah, menatap seorang wanita bergaun merah yang memakai make up tebal di hadapannya. "Selamat pagi juga, Tante," balas anak itu ramah.
"Tumben kamu datang sama orang lain. Papa kamu di mana?" Wanita itu celingak-celinguk mencari Devan.
"Papa kerja, Tante."
"Oh, kerja." Wanita itu menatap Seika dari atas sampai bawah. "Dia baby sitter baru Cherry, ya?"
"Bukan, Tante. Ini, mama Cherry."
"Apa?! Mama?" Wanita itu tersentak, kedua matanya menatap Seika dengan pandangan tidak percaya. Tidak mungkin seorang CEO tampan dan kaya seperti Marcellio Devan memilih gadis bodoh seperti Seika menjadi mama tiri Cherry.
"Em, bu-bukan. Saya kakaknya Cherry." Seika cepat-cepat meralat sebelum wanita itu semakin salah paham.
"Syukurlah, saya kira kamu mama baru Cherry." Wanita itu mengembuskan napas lega.
Kening Seika berkerut dalam karena wajah wanita itu terlihat berbinar setelah dia memberitahu jika dirinya bukanlah mama tiri Cherry.
Apa mungkin wanita itu salah satu penggemar Devan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lugu Milik CEO Duda
FanfictionDewasa 21+ Marcellio Devan seorang duda beranak satu yang memutuskan untuk tidak menikah lagi karena belum bisa melupakan istri yang sudah meninggal. Awalnya hidup Devan berjalan normal seperti biasa. Namun, hidupnya tiba-tiba berubah berantakan set...