"Apa jadwal saya setelah ini?" tanya Devan setelah selesai menandatangani berkas yang ada di tangannya lalu memberikan berkas tersebut ke Pramudya.
"Anda harus menghadiri pertemuan penting dengan Mr. Dinata jam dua nanti, Tuan."
Devan melihat jam tangan merek Rolex seharga lima ratus juta yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Ternyata sekarang sudah jam sebelas siang dan dia masih memiliki waktu sekitar tiga jam sebelum bertemu dengan Mr. Dinata.
"Saya ingin menjemput Cherry di sekolah. Tolong siapkan mobil."
"Baik, Tuan." Pramudya mengangguk patuh lalu segera melaksanakan perintah Devan.
Seluruh karyawan sontak menundukkan kepala ketika Devan berjalan melewati mereka. Tidak sedikit karyawan perempuan yang terpesona dan berusaha menarik perhatian Devan. Namun, Devan tidak mempedulikan mereka karena perempuan yang dia cintai hanya Seika.
Devan langsung masuk ke dalam mobilnya dan memacu kendaraannya menuju sekolah Cherry. Untung saja jalanan sekarang ramai lancar sehingga dia bisa tiba di sekolah Cherry lebih capat dari pada biasanya.
Sekolah Cherry berakhir lima menit lagi. Devan segera turun dari mobilnya lalu berjalan menuju gerbang. Sebuah ide jahil tiba-tiba melintas di kepalanya ketika melihat seorang gadis berambut cokelat yang berdiri tidak jauh darinya. Dia pun berjalan mengendap-endap mendekati gadis itu karena ingin mengagetkannya.
Devan mengangkat kedua tangannya, bersiap untuk menjahili Seika. Namun, Cherry tiba-tiba berlari kecil menghampirinya sambil berteriak, "Papa!"
Seika sontak menoleh, menatap Devan yang berdiri tepat di belakangnya. "Kamu di sini, Mas?"
Devan menghela napas panjang, padahal dia ingin mengejutkan Seika, tapi Cherry malah mengacaukan segalanya. "Mau jemput kamu sama Cherry."
"Kok, Mas nggak bilang dulu sama aku?"
"Papa, gendong."
Devan pun meraih tubuh mungil Cherry ke dalam gendongan lalu mengecup kedua pipi anak itu dengan penuh sayang. "Mas ingin cepat-cepat ketemu sama kamu, jadi nggak sempet ngasih tahu."
Wajah Seika sontak bersemu merah, jantung pun berebar hebat. "Dih! Bohong banget!" ucapnya malu-malu.
"Mas nggak bohong, Seika. Mas memang kangen sama kamu."
Wajah Seika semakin memerah. "Tadi pagi kan, sudah ketemu. Masa udah kangen lagi?"
Devan mengangguk sambil membuka pintu mobilnya lalu menyuruh Seika duduk di kursi samping kemudi, sedangkan Cherry duduk di kursi khusus untuk anak-anak yang ada di belakang agar aman. Setelah itu dia memutari badan mobilnya lalu mendudukkan diri di kursi belakang kemudi dan meminta Seika untuk memakai sabuk pengaman. Namun, gadis itu tampak kesulitan memakainya.
"Eh?!" Seika refleks mundur karena Devan tiba-tiba mendekat. Aroma musk yang menguar dari tubuh lelaki itu seketika menyeruak di indra penciumannya. Aroma yang menenangkan sekaligus membuat jantungnya berdebar. Tanpa sadar dia menahan napas dan hanya bisa diam ketika Devan memasang sabuk pengaman tersebut di tubuhnya.
"How lucky I'am," gumam Seika tanpa sadar mengundang tatapan heran dari Devan. Dia merasa sangat beruntung memiliki kekasih yang sangat sayang dan perhatian pada dirinya seperti Devan.
"Huh?"
"Apa?" Seika tergagap. Dia mendadak gugup dan salah tingkah karena Devan menatapnya dengan sangat lekat. "Kenapa Mas liatin aku kayak gitu?"
"Kamu tadi bilang apa?"
"Memangnya aku ada bilang sesuatu?" Seika malah balik bertanya alih-alih menjawab pertanyaan Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lugu Milik CEO Duda
FanfictionDewasa 21+ Marcellio Devan seorang duda beranak satu yang memutuskan untuk tidak menikah lagi karena belum bisa melupakan istri yang sudah meninggal. Awalnya hidup Devan berjalan normal seperti biasa. Namun, hidupnya tiba-tiba berubah berantakan set...