Seika memutar bola mata malas karena Devan sangat galak, tapi dia tetap menuruti perintah lelaki itu. Dia membuka pintu bagian depan, lalu duduk di bangku samping kemudi sambil memangku Cherry.
Devan tanpa sadar tersenyum, sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Entah kenapa dia suka sekali melihat ekspresi Seika saat sedang kesal. Dia pun segera melajukan mobilnya meninggalkan sekolah Cherry.
Devan mengendarai mobilnya dengan sedikit kencang sambil sesekali melirik Seika yang duduk di sampingnya. Gadis itu sedang mengusap rambut Cherry dengan penuh sayang sambil menjawab pertanyaan dari putri kecilnya tentang hal apa pun yang baru yang baru saja dia lihat.
"Mama, lampu merah itu artinya apa?"
"Lampu merah artinya harus berhenti Cherry," jawab Seika smabil mencubit pipi Cherry gemas.
"Berarti mobil Papa harus berhenti?"
"Iya?"
"Kalau yang itu, Ma?" Cherry menunjuk simbol huruf S yang diberi tanda silang.
Seika pun mengikuti arah telunjuk Cherry. "Kalau yang itu artinya dilarang selingkuh."
Cherry mengerjabkan kedua matanya mendengar jawaban Seika. Sepertinya anak itu tidak paham dengan apa yang Seika katakan.
"Selingkuh itu apa?" tanya Cherry polos.
Seika sontak tertawa keras mendengar pertanyaan Cherry barusan. Dia tidak pernah menyangka menjahili anak polos seperti Cherry ternyata rasanya sangat menyenangkan.
"Dasar bodoh!"
"Aduh!" Seika meringis karena Devan tiba-tiba memukul kepalanya pelan.
"Tanda itu artinya dilarang berhenti, Cherry," jelas Devan lalu menatap Seika dengan tajam. "Dan kamu? Jangan katakan yang tidak-tidak pada putri saya!"
"Saya kan, cuma bercanda, Pak. Maaf ...," ucap Seika sambil membentuk huruf V besar dengan jarinya.
Devan hanya bisa menghela napaa panjang sambil memutar bola mata malas melihatnya.
Tiga puluh menit kemudian mereka tiba di restoran Jepang yang berada tidak jauh dari kantor karena Cherry sangat menyukai makanan yang berasal dari negeri sakura tersebut. Devan mengajak Seika dan Cherry duduk di dekat jendela agar mereka bisa melihat pemandangan di luar restoran.
Seorang pelayan datang lalu memberi buku menu pada mereka.
"Saya pesan sushi, sashimi, yakiniku dan curry rice. Minumnya matcha." Devan memberikan buku menu yang ada di tangannya kembali ke pelayan setelah selesai memesan makanan.
Mulut Seika menganga lebar melihat daftar harga makanan yang tertera di menu. Semua harga makanan tersebut sangat mahal dan uangnya tidak akan cukup untuk membayar makanan yang ada di restoran tersebut.
"Kamu tidak pesan sesuatu?" tanya Devan karena Seika sejak tadi hanya melihat-lihat buku menu tanpa memesan makanan.
Seika pun mendekat lalu membisikan sesuatu ke telinga Devan. Aroma stroberi yang menguar dari tubuh gadis itu tercium jelas di indra penciuman Devan karena jarak mereka sangat dekat.
"Harga makanan di sini sangat mahal, saya tidak mau Bapak memotong gaji saya hanya untuk makan di sini," ucap Seika sangat lirih.
Bibir Devan terlihat berkedut karena menahan tawa melihat tingkah polos Seika. Dia tidak mungkin membiarkan Seika membayar makanannya sendiri meskipun dia tidak suka dengan gadis itu.
"Tenang saja, kamu bisa pilih apa saja karena saya yang akan membayarnya." Devan tanpas sadar mengusap puncak kepala Seika dengan gemas.
Tubuh Seika sontak menegang, jantung pun berdebar hebat. Gadis itu refleks mundur saat menyadari kalau dirinya berada sangat dekat dengan Devan.
Sementara itu Devan berdeham pelan untuk menyembuyikan kegugupannya. Entah setan apa yang sudah merasuki pikirannya hingga mengusap puncak kepala Seika. Sepertinya ada yang salah dengan otaknya karen dia terlalu sering menghabiskan waktu bersama Seika.
"Sa-saya mau ini, Pak."
Devan melihat makanan yang dipilih Seika. Ternyata gadis itu memilih takoyaki karena harga makanan itu paling murah di restoran ini. Dia pun memesan semangkuk ramen untuk Seika karena takoyaki tidak akan membuat gadis itu kenyang.
Lima belas menit kemudian pesanan mereka datang. Seika dan Devan pun mengucapkan terima kasih kepada pelayan yang sudah mengantar makanan mereka.
"Mama, Cherry mau ini?" Cherry menunjuk sushi yang ada di hadapannya. Seika pun mengangguk lalu menyuapi anak itu.
"Enak?"
Cherry mengangguk senang.
"Mau lagi?"
Cherry kembali mengangguk, anak itu makan dengan lahap karena disuapi Seika.
Devan diam-diam memperhatkan Seika yang mengambil selembar tisu untuk membersihkan mulut Cherry yang belepotan. Saat Cherry minta minum pun, Seika dengan sigap memberi anak itu air minum. Gadis itu baru memakan takoyakinya selesai menyuapi Cherry. Perhatian sekali bukan?
Devan tanpa sadar tersenyum, perasaan hangat tiba-tiba menjalari hatinya. Entah kenapa Devan merasa keluarganya kembali utuh seperti dulu sejak Seika hadir di antara mereka.
Devan tersentak setelah menyadari apa yang baru saja dia pikirkann. Bagaimana mungkin dia bisa membayangkan memiliki keluarga lengkap bersama Seika?
Apa dia sudah tidak waras?
Devan tanpa sadar menggelengkan kepala cepat untuk mengusir pikiran konyolnya barusan lalu menikmati makan siangnya.
Tiba-tiba saja lonceng yang ada di dekat pintu restoran berbunyi karena ada pengunjung masuk. Seika pun menoleh ke arah pintu. Kedua mata gadis itu sontak membulat melihat seorang cowok yang berdiri tepat di depan pintu.
"Arka?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lugu Milik CEO Duda
FanfictionDewasa 21+ Marcellio Devan seorang duda beranak satu yang memutuskan untuk tidak menikah lagi karena belum bisa melupakan istri yang sudah meninggal. Awalnya hidup Devan berjalan normal seperti biasa. Namun, hidupnya tiba-tiba berubah berantakan set...