Sekarang sudah hampir jam sepuluh malam, tapi Devan masih berkutat dengan tumpukan berkas yang ada di atas meja kerjanya. Devan berusaha keras memahami materi yang disiapkan Pramudya tadi siang agar dia tidak melakukan kesalahan saat memimpin rapat hari Senin depan. Namun, tidak ada satu pun materi yang berhasil masuk ke dalam pikirannya karena dia terus memikirkan Seika.
Devan melepas kaca mata minus yang sejak tadi bertengger di hidung mancungnya, lalu meletakkan benda itu di samping foto pernikahannya dan Elea. Enam tahun lalu, tepatnya tanggal 12 Januari dia resmi menikahi Elea. Wanita yang berhasil mencuri hatinya sejak pandangan pertama.
Hari itu menjadi hari yang paling membahagiakan bagi Devan. Dia merasa menjadi lelaki paling beruntung di dunia karena bisa mendapatkan wanita yang sangat baik dan cantik seperti Elea. Dengan sangat yakin dia mengucapkan janji untuk selalu setia dan membahagiakan Elea sampai maut memisahkan di depan seluruh keluarga, teman, serta tamu yang hadir di acara pernikahannya.
Devan berusaha sangat keras menjaga kesetiaannya pada Elea. Dia bahkan tidak mau menikah lagi meskipun mama dan teman-temannya selalu menyuruhnya untuk menikah lagi semenjak Elea meninggal. Namun, kesetiaannya sekarang sedang diuji semenjak dia bertemu dengan Seika.
Gadis polos dan ceroboh itu diam-diam berhasil menghancurkan dinding kokoh yang sudah dia bangun sejak lama. Cherry bahkan sangat menyukai Seika dan menginginkan gadis itu menjadi mama tirinya.
Apa yang harus dia lakukan? Devan benar-benar bingung sekarang. Di satu sisi dia mulai membuka hatinya untuk Seika. Akan tetapi di lain sisi dia merasa takut menjalin hubungan baru karena terbebani dengan janji yang sudah dia ucapkan pada mendiang Elea.
Devan kembali menghela napas panjang lalu meraih foto pernikahannya dan Elea. Kedua sorot matanya memancarkan perasaan rindu yang begitu dalam ketika melihat foto Elea. Devan sangat merindukan Elea. Rindu dengan suara, aroma tubuhnya, serta dekapan hangat wanita itu ketika memeluknya.
Andai saja Elea sekarang ada di hadapannya, dia pasti akan memeluk wanita itu dengan sangat erat untuk melampiaskan kerinduannya sekaligus meminta maaf. Maaf karena tidak bisa menjaga hatinya.
"Maafkan saya, Elea. Saya berjanji tidak akan mengecewakan kamu lagi. Sekali lagi tolong maafkan saya." Devan mengecup foto Elea begitu lama dan dalam seolah-olah wanita itu ada di hadapannya. Devan akan berusaha menghalau perasaannya pada Seika karena dia tidak ingin memutus benang merah di antara dirinya dan Elea.
Devan meletakkan foto pernikahannya dan Elea kembali ke atas meja lalu beranjak dari tempat duduknya. Dia ingin beristirahat karena sekarang sudah larut malam. Sebelum pergi ke kamar dia melihat Cherry sebentar di kamarnya untuk memastikan apakah putri kesayangannya itu sudah tidur dengan lelap.
Devan mendudukkan diri di tepi ranjang. Pelan tangannya bergerak, menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Cherry.
"Mama Seika di sini aja, jangan pergi ...," gumam Cherry di tengah tidurnya membuat Devan seketika menghentikan pergerakan tangannya.
Sepertinya Cherry sangat takut kehilangan Seika. Namun, dia tidak mungkin bisa mengabulkan keinginan Cherry untuk menjadikan Seika sebagai mama tirinya.
"Maafin papa, ya." Devan mengecup puncak kepala Cherry dengan penuh sayang sebelum meninggalkan kamar anak itu. Dia merasa sangat lelah dan ingin beristirahat. Namun, tempat tidurnya malah dikuasai oleh keponakannya.
"Noah!" geram Devan terdengar kesal. Padahal dia sudah menyiapkan sebuah kamar untuk Noah. Namun, keponakannya yang menyebalkan itu malah tidur di kamarnya.
"Bangun!"
Noah mengerang tertahan karena Devan tiba-tiba menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Dia pun berusaha meraih selimut itu kembali dan tertidur lelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lugu Milik CEO Duda
FanfictionDewasa 21+ Marcellio Devan seorang duda beranak satu yang memutuskan untuk tidak menikah lagi karena belum bisa melupakan istri yang sudah meninggal. Awalnya hidup Devan berjalan normal seperti biasa. Namun, hidupnya tiba-tiba berubah berantakan set...