44. Dimabuk Cinta

1.8K 44 9
                                    

Seika mengerjapkan kedua matanya perlahan. Kening gadis itu berkerut dalam ketika menyadari mobil yang ditumpanginya berhenti tepat di depan rumahnya.

"Kamu sudah bangun?"

Seika menoleh, menatap lelaki berwajah tampan yang duduk di sebelahnya lalu mengangguk pelan. "Maaf ya, Pak, saya ketiduran. Seharusnya saya menemani Bapak biar nggak nyetir sendirian."

"Hei, jangan minta maaf." Devan mengusap pipi Seika dengan lembut.

"Tapi saya—" Seika sontak berhenti bicara karena Devan menaruh jari telunjuk tepat di atas bibirnya.

"Sstt! Jangan minta maaf, lagi pula saya sudah biasa nyetir sendirian."

"Em, baiklah."

"Apa saya boleh minta sesuatu, Seika?"

"Minta apa?"

"Jangan panggil saya bapak lagi."

Seika menatap Devan dengan kening berkerut dalam. "Kalau tidak mau dipanggil bapak, aku harus panggil apa?"

"Panggil saya mas, kakak, atau sayang juga boleh."

"Baiklah, Mas Devan," ucap Seika malu-malu. Devan gemas sekali melihatnya, membuatnya tidak tahan untuk mengusap puncak kepala Seika dengan gemas.

Wajah Seika sontak dijalari rasa panas, meninggalkan semburat merah di kedua pipinya. Seika masih tidak menyangka seorang duda tampan dan kaya raya seperti Marcellio Devan menyukai gadis polos dan ceroboh seperti dirinya. Rasanya seperti mimpi.

"Ini beneran nggak, sih?" gumam gadis itu tanpa sadar.

"Apanya yang tidak benar, Seika?" Devan menatap Seika dengan alis terangkat sebelah.

"Kita beneran udah jadian, Mas? Perasaan kemarin kamu masih cuek banget sama aku."

Cup,

Tubuh Seika sontak menegang, jantung pun berdegup kencang karena Devan tiba-tiba mengecup bibirnya. Semua terjadi begitu cepat dan dia tidak mempunyai kesempatan untuk menghindar.

"Kita sudah resmi menjadi sepasang kekasih, Seika. Apa kamu sudah percaya sekarang?"

Seika mengangguk malu. Sumpah demi apa pun wajahnya terasa sangat panas sekarang. "Iya, aku percaya. Tapi Mas nggak perlu mencium bibirku untuk membuatku percaya."

Devan sontak tertawa, betapa lugu dan menggemaskan gadis yang ada di hadapannya sekarang hingga membuatnya tidak tahan untuk mengusap puncak kepala Seika lagi. Dia pun meminta Seika untuk turun meskipun dia sebenarnya masih ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan gadis itu.

"Terima kasih banyak untuk hari ini. Jangan lupa kabari aku kalau Mas sudah sampai di rumah."

Devan mengangguk. "Buruan masuk, gih!"

Seika menggeleng pelan. "Nggak mau. Aku akan masuk ke rumah kalau Mas Devan sudah pergi."

"Seika!" Devan memberi peringatan agar Seika cepat masuk ke dalam rumah karena di luar banyak nyamuk dan udaranya lumayan dingin.

Seika kembali menggelengkan kepala membuat Devan menghela napas panjang. "Baiklah, saya pulang dulu." Devan mengecup kening Seika dengan penuh sayang sebelum masuk ke dalam mobilnya.

Ada perasaan hangat yang menjalari hati Seika karena perlakuan manis Devan. Dia baru beranjak setelah memastikan mobil Devan sudah tidak terlihat lagi oleh pandangannya. Gadis itu terkejut bukan main mendapati Satria berdiri tepat di belakangnya ketika dia balik badan.

"Astaga, Bang Sat!" keluhnya sambil mengusap dada.

Kedua mata Satria sontak membulat. Dia tidak suka dipanggil 'Bang Sat'. "Bilang apa kamu?"

Gadis Lugu Milik CEO DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang