24. Mengingkari Perasaan

1.9K 46 0
                                    

"Nah, kalau begini kan, rapi."

Devan tergagap mendengar suara Seika. Rasa panas sontak menjalari wajah tampannya, meninggalkan semburat merah di kedua pipinya. Dia sontak mundur dua langkah dari Seika lalu mengajak Cherry berangkat sekolah.

"Ayo, Cherry, kita berangkat."

"Terima kasih," sindir Seika karena Devan masuk ke dalam mobilnya begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih pada dirinya. Padahal dia sudah membantu lelaki itu memakai dasi.

Menyebalkan!

"Kenapa kamu masih berdiri di situ, Seika? Cepat masuk!"

Seika mendengkus kesal lalu membuka pintu mobil Devan bagian belakang.

"Siapa yang menyuruh kamu duduk di belakang? Memangnya saya supir kamu?"

Seika menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan agar emosinya tidak meledak lalu membuka pintu bagian depan dan duduk di samping Devan sambil memangku Cherry.

"Jangan lupa pakai sabuk pengaman."

"Iya, bawel," sahut Seika ketus.

"Kamu bilang apa?" Devan menatap Seika dengan tajam, seolah-olah memberi gadis itu peringatan agar menjaga ucapannya saat berbicara dengannya. Namun, Seika malah ribut sendiri karena kesulitan memakai sabuk pengaman.

"Kenapa ini susah sekali, sih? Aduh ...."

Devan menghela napas panjang melihat Seika yang belum selesai memakai sabuk pengaman. Padahal gadis itu hanya perlu menarik sabuk pengaman tersebut dan menguncinya hingga berbunyi 'klik'.

"Dasar bodoh! Kamu hanya perlu menarik ini lalu menguncinya dengan benar, Seika."

Napas Seika tercekat, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak selama beberapa saat karena Devan tiba-tiba mendekat lantas membantunya memasang sabuk pengaman.

Aroma musk bercampur dengan parfum mahal yang menguar dari tubuh Devan seketika menyeruak di indra penciumannya. Aroma yang menenangkan sekaligus membuat jantungnya berdebar. Entah kenapa Devan terlihat sangat tampan di matanya sekarang.

"Apa kamu sudah mengerti, Seika?"

Seika malah diam sambil terus memandangi Devan. Dia baru menyadari jika Devan memiliki sepasang alis tebal, hidung mancung, rahang kokoh serta bibir yang ....

Seika tanpa sadar menggigit bibir bagian bawahnya karena teringat dengan ciuman pertamanya dengan Devan. Seika tidak memungkiri kalau ciuman Devan terasa sangat lembut dan memabukkan hingga mampu melumpuhkan seluruh syaraf di dalam tubuhnya.

"Seika!" Devan akhirnya mengangkat wajahnya karena Seika tidak kunjung menanggapi ucapannya. Tatapan kedua matanya seketika bertemu dengan Seika dan terkunci cukup lama.

Seika tidak mampu mengalihkan pandangannya dari Devan. Lelaki itu seolah-olah magnet yang mampu menarik seluruh perhatiannya. Waktu seolah-olah berhenti bergerak, dunia seolah-olah berhenti berputar, suara-suara di sekitarnya pun mendadak lenyap.

Seika refleks memejamkan kedua matanya saat Devan mendekat, mengikis jarak di antara mereka. Kedua tangannya tanpa sadar mengepal kuat karena jantungnya sekarang berdebar hebat.

Apa Devan ingin menciumnya?

"Papa, Mama ...."

Seika refleks membuka kedua matanya, sedangkan Devan cepat-cepat menjauh dari Seika karena mendengar suara Cherry.

Wajah Devan dan Seika terlihat bersemu merah, jantung pun berdebar hebat. Keduanya terlihat malu-malu dan salah tingkah karena Cherry menangkap basah mereka yang berciuman.

Gadis Lugu Milik CEO DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang