Devan bergeser ke sebelah kanan, lalu meminta Cherry untuk berbaring di sampingnya dan menggunakan lengan kirinya sebagai bantal. Sementara tangannya yang lain memeluk Cherry dengan erat.
Waktu berjalan dengan begitu cepat. Devan tidak menyangka kalau Cherry sekarang sudah berusia lima tahun. Rasanya seperti baru kemarin dia menemani mendiang sang istri melahirkan Cherry, mengganti popok, serta bangun di tengah malam untuk membuat susu jika Cherry sedang rewel.
Devan mengurus Cherry sejak bayi sendirian, kadang dibantu Diana karena dia tidak percaya Cherry dipegang oleh orang lain, tapi anehnya dia malah meminta Seika untuk menjadi pengasuh Cherry.
Devan menunduk agar bisa melihat Cherry yang berada di dalam dekapannya. Putri kecilnya itu ternyata belum tidur padahal sekarang sudah hampir jam sepuluh malam. "Kenapa Cherry belum tidur? Apa Cherry mau papa buatin susu?"
Cherry menggeleng pelan. "Papa, kenapa Mama Seika tidak tinggal bersama kita?"
Devan menghela napas panjang. Semakin besar, Cherry ternyata juga semakin pintar. Ada saja yang anak itu tanyakan hingga membuat kepalanya pusing memikirkan jawabannya. "Mama—eh, maksud papa Kak Seika tidak bisa tinggal bersama kita, Sayang."
"Kenapa nggak bisa, Pa?"
"Em ...." Devan menggigit pipi bagian dalamnya memikirkan jawaban aman yang bisa dia berikan untuk Cherry. "Karena Kak Seika bukan keluarga kita."
"Bik Arum bukan keluarga kita, tapi Bik Arum bisa tinggal di rumah ini bersama kita. Kenapa Mama Seika nggak bisa?"
Demi Neptunus!
Devan bingung sekali menjelaskan pada Cherry kalau Seika tidak bisa disamakan dengan Bik Arum yang bekerja menjadi asisten rumah tangga di rumahnya. Wanita paruh baya itu harus siap dua puluh empat jam jika dibutuhkan. Sedangkan tugas Seika hanya perlu mengasuh Cherry sampai dia pulang bekerja.
"Kak Seika dan Bik Arum memiliki tugas yang berbeda, Sayang. Karena itu Kak Seika tidak bisa tinggal bersama kita." Devan mencoba menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh Cherry.
Wajah Cherry seketika berubah sendu dan Devan menyadari hal itu.
"Cherry kenapa sedih?"
"Cherry ingin tidur sama Papa dan Mama Seika."
Devan kembali menghela napas panjang. Harus dengan cara apa dia memberitahu Cherry kalau Seika tidak mungkin bisa tidur bersama mereka? Devan bingung sekali.
"Cherry jangan sedih, ya? Lain kali papa akan meminta Kak Seika untuk menemani Cherry tidur lagi."
"Beneran, Pa?" Wajah Cherry seketika berbinar.
Devan mengangguk. "Sekarang Cherry tidur sama papa dulu, ya?"
"Iya, Pa. Terima kasih."
Devan tersenyum lalu mengecup puncak kepala Cherry dengan penuh sayang. Dia rela melakukan apa pun asalkan Cherry bahagia, termasuk meminta Seika untuk menjadi pengasuh anaknya.
***
Seika mengerjapkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah cantiknya. Seika pun bangun lalu mendudukkan diri di atas tempat tidur. Senyum cerah menghiasi bibirnya karena tidurnya terasa sangat nyenyak semalam.
Tubuh Seika tiba-tiba menegang, senyum di bibirnya pun mendadak lenyap ketika dia menyadari kalau dirinya sekarang sedang berada di dalam kamar. Seika masih ingat jelas kalau dia kemarin menemani Cherry pergi ke taman bermain bersama Devan. Sepertinya dia ketiduran saat perjalanan pulang karena kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lugu Milik CEO Duda
FanfictionDewasa 21+ Marcellio Devan seorang duda beranak satu yang memutuskan untuk tidak menikah lagi karena belum bisa melupakan istri yang sudah meninggal. Awalnya hidup Devan berjalan normal seperti biasa. Namun, hidupnya tiba-tiba berubah berantakan set...