13. Bos Galak

1.8K 53 0
                                    

Devan tampak begitu serius membaca berkas yang ada di tangannya karena dia ingin mempelajari materi yang akan dia presentasikan untuk rapat nanti. Meski terlihat begitu serius, Devan ternyata tahu kalau Pramudya sejak tadi terus mencuri pandang ke arahnya.

"Kenapa Anda menatap saya seperti itu, Pak? Apa ada sesuatu yang ingin Anda katakan sama saya?"

Pramudya tergagap karena Devan menangkap basah dirinya sedang mencuri pandang ke arah lelaki sejak tadi.

"Em, tidak ada Tuan."

"Apa Anda pikir saya percaya?"

Pramudya tersenyum tipis karena Devan sangat memahami dirinya. Maklum saja karena dia sudah bekerja lima tahun lebih dengan lelaki itu.

"Sebenarnya ada sesuatu yang mengganggu pikiran saya."

"Apa?" Devan menatap Pramudya yang duduk di sampingnya dengan alis terangkat sebelah.

"Nona Seika."

Air muka Devan yang semula tenang berubah sedikit tegang karena Pramudya menyebut nama Seika. Namun, dia begitu pintar menutupi keterkejutannya hingga berhasil membuat Pramudya tidak curiga.

"Kenapa?" Kata tanya itu keluar dari mulut Devan.

"Saya merasa heran karena Tuan mempercayai Nona Seika untuk mengantar Nona Cherry ke sekolah."

"Apa cuma itu?"

Pramudya mengangguk. "Apa Anda tidak takut jika terjadi sesuatu dengan Nona Cherry?"

Devan dengan tegas menggeleng karena dia yakin Seika bisa menjaga Cherry dengan baik. Lagi pula dia sudah memberikan kartu namanya pada Seika agar gadis itu bisa menghubunginya kapan saja jika Cherry membutuhkan sesuatu. Namun, sampai sekarang tidak ada pesan atau pun telepon masuk dari Seika.

Pramudya tersenyum senang karena Devan mempercayai Seika untuk menjaga Cherry karena atasannya itu biasanya selalu selektif saat memilih sesuatu. Apa lagi jika menyangkut soal putrinya. Devan bisa berpikir selama berjam-jam hanya untuk membeli sebuah baju untuk Cherry.

Lima menit kemudian mobil yang Devan dan Pramudya tumpangi berhenti tepat di depan perusahaan Kingdom Groub. Devan segera turun lalu menarik napas panjang sebelum masuk ke perusahaan tersebut.

"Oh, iya? Cari informasi apa pun tentang Seika."

"Baik, Tuan." Pramudya mengangguk patuh.

***

Seika membolak-balik kartu nama yang ada di tangannya. Kartu nama tersebut terlihat sangat mewah karena ditulis dengan tinta berwarna emas. Selain itu aromanya sangat wangi, sama seperti wangi tubuh Devan. Perpaduan antara laut dan kayu manis yang sangat menenangkan.

Pernah bekerja di percetakan membuat Seika tahu berapa uang yang harus Devan keluarkan untuk mencetak satu buah kartu nama. Seika yakin sekali Devan pasti mengeluarkan uang sedikitnya dua ratus ribu karena kartu nama lelaki itu sangat mewah.

Helaan napas panjang lolosd dari bibir Seika karena dia sudah bosan memandangi kartu nama milik Devan. Percuma saja lelaki itu memberinya kartu nama karena dia tidak mungkin bisa menghubungi Devan karena ponselnya hilang. Akhirnya dia memasukkan kartu nama milik papa Cherry itu kembali ke saku celana.

Satu-persatu teman Cherry mulai keluar meninggalkan kelas karena sekarang memang sudah waktunya untuk pulang. Mulut Seika sontak menganga lebar melihat seorang anak laki-laki yang masuk ke sebuah mobil mewah dengan tas yang dibawakan oleh baby sitternya. Seika yakin sekali anak laki-laki tersebut pasti seorang pewaris perusahaan besar atau anak politikus handal karena dia sudah mendapat perlakuan istimewa sejak kecil.

Gadis Lugu Milik CEO DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang