17. Demi Cherry

1.9K 51 0
                                    

Seika sontak berhenti melangkah lantas berbalik menatap Devan yang sedang duduk di meja kerjanya. Ini ada adalah kali kedua dia masuk ke dalam ruangan lelaki itu dan dia baru menyadari kalau ruangan Devan ternyata sangat nyaman. Bahkan tidak terkesan seperti ruangan direktur utama pada umumnya.

"Saya mau kembali bekerja, Pak. Apa Bapak butuh sesuatu?" Seika berusaha profesional meskipun dia rasanya ingin sekali mengobrak-abrik wajah tampan Devan karena sudah lancang mengambil ciuman pertamanya.

Devan bersandar di tempat duduknya lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Lihat, Cherry."

Seika sontak menatap Cherry. Mulut gadis itu sontak menganga lebar karena wajah Cherry terlihat sangat memerah, kedua matanya pun berkaca-kaca, seolah-olah ingin menangis.

Seika pun cepat-cepat menghampiri Cherry lalu duduk di samping anak itu. "Cherry, kenapa?" tanyanya terdengar penuh pengertian sambil mengusap air mata yang membasahi pipi Cherry.

"Cherry nggak mau Mama pergi. Cherry mau terus sama Mama ...." Cherry tidak mampu lagi menahan air matanya. Anak itu menangis tersedu-sedu di dalam dekapan Seika.

Devan sontak mengalihkan pandangannya ke luar jendela, kedua tangannya mengepal kuat untuk menghalau sesak yang menghimpit di dalam dadanya karena dia tidak tega melihat Cherry menangis.

"Cherry jangan nangis, ya. Kakak tidak akan pergi ke mana-mana." Seika mengecup puncak kepala Cherry dengan penuh sayang agar perasaan anak itu menjadi lebih tenang. Sepertinya Cherry sangat membutuhkan sosok ibu hingga menganggap dirinya sebagai mama.

Kenapa Devan tidak menikah lagi agar Cherry tidak terus-terusan sedih seperti ini? Apa mungkin tidak ada perempuan yang mau dengan Devan?

Seika tanpa sadar menggelengkan kepala. Dia yakin sekali pasti banyak perempuan yang rela mengangkang di depan Devan karena lelaki itu sangat tampan, mapan, dan kaya. Tanpa perlu bersusah payah pun Seika yakin sekali kalau Devan pasti bisa menaklukkan perempuan mana pun yang lelaki itu ingankan, kecuali dirinya. Tolong garis bawahi.

Dia tidak mungkin jatuh ke dalam pesona Devan karena lelaki itu sangat menyebalkan dan suka sekali membuatnya kesal. Devan bahkan mencuri ciuman pertamanya.

Argh, menyebalkan!

Dia pasti akan membuat Devan membayar mahal karena sudah mengambil ciuman pertamanya.

Kira-kira berapa harga yang harus dia minta pada Devan untuk membayar sebuah ciuman? Satu juta, dua juta, atau satu milyar?

Kepala Seika sontak dipenuhi uang, uang, dan uang. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan dia lakukan jika mendapat uang satu milyar dari Devan. Dia akan memakai uang tersebut untuk melunasi hutang kedua orang tuanya, membuka usaha, dan merenovasi rumah.

Seika terlalu asyik dengan pikirannya sediri hingga tidak menyadari jika Devan memanggilnya sejak tadi.

"SEIKA!"

Seika tergagap karena mendengar suara Devan yang cukup keras. "Iya, Pak."

"Saya harus memeriksa dan menandatangani beberapa berkas penting. Tolong jaga Cherry."

"Kenapa saya, Pak? Saya kan, harus—"

"Kamu berani membantah saya?" Devan menatap Seika tajam.

Seika mengerucutkan bibir kesal karena Devan suka sekali memerintah. Padahal dia bekerja di Devan Grup sebagai office girl, bukan baby sitter Cherry.

"Saya akan memberi bonus tambahan kalau kamu mau menjaga Cherry."

"Serius, Pak?" Kedua mata Seika sontak berbinar.

Devan mengangguk karena dia rela melakukan apa pun demi kebahagiaan Cherry.

"Asyik!" Seika tersenyum senang. "Baiklah kalau begitu, saya mau."

Devan menyeringai karena Seika langsung menerima tawarannya setelah diiming-imingi bonus. Ternyata Seika tidak jauh berbeda dengan gadis yang selama ini mendekatinya. Mereka tidak ada yang benar-benar tulus mencintainya karena hanya menyukai uangnya.

Cherry pun mengajak Seika ke kamar khusus yang ada di ruangan Devan. Mulut Seika sontak menganga lebar melihat sebuah tempat tidur berukuran king size yang ada di tengah-tengah ruangan. Dia tidak pernah menyangka jika ada tempat seperti ini di ruangan Devan. Di samping tempat tidur tersebut ada tempat untuk Cherry bermain dan sebuah rak buku berukuran besar yang menampung ratusan buku ensiklopedia milik Devan.

Jangan lupakan sebuah sofa berwarna biru yang berhadapan langsung dengan jendela kaca berukuran besar. Dari tempat itu dia bisa melihat pemandangan ibu kota dengan jelas. Sepertinya dia akan betah berada di kamar ini.

"Mama, Cherry ngantuk." Suara Cherry membuat Seika sontak berhenti mengagumi ruangan Devan.

"Kakak temani tidur, ya?" Seika sekarang membiarkan Cherry memanggilnya mama karena dia sudah mulai terbiasa mendengarnya.

"Terima kasih, Ma." Cherry tersenyum senang. Seika pun meminta anak itu untuk cuci kaki lebih dulu sebelum berbaring di atas tempat tidur.

"Mama, nyanyikan sebuah lagu tidur untuk Cherry."

"A-apa? Nyanyi?" Seika tersentak mendengar permintaan Cherry barusan.

"Iya, Mama. Cherry ingin kayak Fellicia yang dinyanyiin mamanya waktu tidur. Mama mau, ya?" Cherry menatap Seika dengan penuh harap.

Seika menghela napas panjang. "Tapi kakak tidak bisa bernyanyi, Cherry," ucap Seika jujur karena suaranya jauh dari kata merdu.

Wajah Cherry seketika berubah sendu. Kesedihan tergambar jelas di wajah cantiknya karena dia ingin sekali Seika menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur untuknya.

Seika lagi-lagi merasa tidak tega melihatnya. "Cherry jangan sedih, ya? Kakak akan coba bernyanyi untuk kamu."

"Beneran, Ma?" Wajah Cherry seketika berbinar.

Seika mengangguk lalu menarik tubuh Cherry ke dalam dekapan dan menaruh dagunya di atas puncak kepala anak itu. Setelah itu dia mulai menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur untuk Cherry.

There’s a song that inside of my soul
It’s the one that I’ve tried to write over and over again

I’m awake in the infinite cold, but you sing to me over

And over and over again
So I lay my head back down
And I lift my hands and pray to be only yours

I pray to be only yours
I know now you’re my only hope

(Only Hope - Suzy ost dream high)

Seika melirik Cherry sekilas. Anak itu ternyata sudah tertidur lelap di dalam dekapannya. Entah kenapa, Cherry terlihat sangat polos dan menggemaskan di matanya sekarang, seperti bayi.

"Mimpi indah, Cherry." Seika mengecup pipi Cherry dengan penuh sayang setelah itu memejamkan mata. Dinginnya air conditioner dan tempat tidur yang luar biasa nyaman membuat Seika tidak membutuhkan waktu lama untuk terlelap.

Akhirnya dia tidur sambil memeluk Cherry.

Gadis Lugu Milik CEO DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang