Tubuh Seika sontak menegang. Dia cepat-cepat turun dari mobil Devan karena takut lelaki itu benar-benar akan menggendongnya masuk ke kantor.
Devan tanpa sadar tersenyum geli melihat tingkah Seika, sepertinya menggoda Seika akan menjadi hobi barunya. Dia pun meraih tangan Seika lantas menautkan jemari mereka. Entah kenapa tangan gadis itu terasa begitu pas di dalam genggamannya.
Seika yang ingin kembali ke pantry begitu terkejut karena Devan tiba-tiba menggenggam tangannya. Dia pun berusaha melepas tangannya dari genggeman Devan, tapi lelaki malah menggenggam tangannya semakin erat.
"Aduh, Pak. Tolong lepasin tangan saya," pinta Seika terdengar lirih karena dia tidak ingin menjadi pusat perhatian. Namun, Devan malah diam saja seolah-olah tidak mendengar ucapannya.
Lelaki itu benar-benar menyebalkan dan suka sekali membuatnya kesal. Apa Devan ingin melihatnya mati karena dibunuh oleh fans berat lelaki itu?
Kedua mata Seika sontak berbinar melihat seorang lelaki berkemeja biru yang berjalan memasuki lobi. Sepertinya dia bisa meminta tolong lelaki itu agar bisa lepas dari cengkraman Devan.
"Bara!" teriaknya keras.
Bara sontak berhenti melangkah lalu membungkukkan badan sekilas untuk memberi hormat pada Devan. Wajah Bara sontak mengeras ketika melihat jemari Seika yang berada di dalam genggaman Devan. Entah kenapa dia tidak suka jika ada lelaki lain yang menyentuh Seika.
"Bara ...," desis Seika pelan karena Bara mendadak diam.
Bara tergagap lalu menatap Seika. "Iya, Ka. Ada apa?"
Seika melirik Devan sekilas lewat kedua ekor matanya lalu menatap Bara seolah-olah meminta tolong pada teman baik kakaknya itu agar menyelamatkannya dari Devan.
Namun, Bara malah balas menatapnya dengan kening berkerut dalam. Sepertinya lelaki itu tidak mengerti paham dengan kode yang dia berikan.
Meyebalkan!
"Apa ada yang ingin kamu katakan pada Bara, Seika?" Suara husky Devan memecah keheningan yang sempat menyelimuti mereka.
"Em, saya—"
"Kalau tidak ada ikut saya." Seika tergagap karena Devan menyeretnya dengan paksa agar mengikuti lelaki itu. Padahal ada hal penting yang ingin dia katakan pada Bara.
Bara kembali membungkukkan badannya sekilas untuk mempersilakan Devan pergi ke ruangannya. Setelah itu dia pergi ke ruangannya sendiri yang berada di lantai sembilan untuk kembali bekerja.
Namun, dia tidak bisa fokus bekerja karena bayangan Seika saat berciuman dengan Devan di restoran Jepang tadi terus menari-nari di pikirannya.
Tanpa Seika dan Devan sadari, Bara tadi pergi ke tempat makan yang sama dengan mereka. Dia melihat dengan jelas Devan sedang memagut bibir Seika dengan begitu lembut dan penuh perasaan.
Entah kenapa udara di sekitar Bara tiba-tiba terasa panas, perasaannya pun mendadak tidak nyaman dan dadanya terasa begitu sesak.
Apa dia cemburu?
Bara tanpa sadar menggelengkan kepala. Dia tidak mungkin cemburu pada Seika karena dia tidak menyukai perempuan. Namun, entah kenapa perasaan ini membuatnya semakin merasa tidak nyaman.
"Aku kenapa?" desah Bara terdengar frustrasi.
***
Seperti yang sudah Seika duga, semua karyawan yang ada di lobi tampak heran melihat Devan sedang menggenggam jemari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lugu Milik CEO Duda
FanfictionDewasa 21+ Marcellio Devan seorang duda beranak satu yang memutuskan untuk tidak menikah lagi karena belum bisa melupakan istri yang sudah meninggal. Awalnya hidup Devan berjalan normal seperti biasa. Namun, hidupnya tiba-tiba berubah berantakan set...