Several years later ...
"Ya, Kak? ... Aku lagi keluar buat beli cemilan sebentar, hehe. ... Iya, ini lagi jalan ke sana, kok. ... Oke, see ya!"
Juyeon menaruh ponselnya ke dalam saku celana bahan yang dipakainya. Sudah memasuki musim dingin, maka dari itu Juyeon segera merapatkan mantelnya guna melindungi keseluruhan badan dari terpaan dinginnya udara saat ini. Apalagi ketika malam hari seperti ini, bisa dipastikan jika Juyeon lebih lama berada di luar, mungkin saja ia terkena hipotermia.
Lelaki itu berjalan menyusuri setiap jalanan yang disisinya terdapat salju tebal yang menutupi apa yang ada di bawahnya. Birainya terbuka dan mengeluarkan uap berwarna putih ketika empunya menghembuskan setiap nafasnya. Ia tersenyum tipis, mungkin ada baiknya bagi dirinya untuk bergegas sebelum Jacob akan marah lagi kepadanya karena keterlambatannya itu.
Seringai tipis mencuat tatkala melihat sosok itu kini berlarian kecil hingga perlahan menjauhi dari jejak rekam pandangannya. Dehemannya terdengar pelan dan sedikit memberikan kesan datar hingga membuat beberapa orang yang berlalu-lalang memandang aneh ke arahnya.
"Ketemu."
.
[Limerence]
.Juyeon tanpa sadar kini sudah terjatuh akibat tak kuasa lagi menahan bobot tubuhnya sendiri. Deru nafasnya memburu dan nyaris kesulitan untuk menelan air liur yang kini sudah berjatuhan di atas lantai. Ia bersimpuh, kemudian memaksakan diri untuk bangun dengan dinding sebagai tumpuannya. Kakinya melemas seiring dengan lehernya yang seperti tercekik hingga hampir mengalami gagal nafas.
"Astaga, Lee Juyeon!" Jacob memekik dan langsung berlari kencang guna menghampiri lelaki itu. Tangannya siap sedia merangkul Juyeon dan membawa lelaki yang berumur lebih muda darinya tersebut untuk masuk ke dalam Unit Gawat Darurat.
Jacob dengan lemas kini memutuskan untuk menduduki kursi tunggu yang tersedia di depan ruang rawat Juyeon. Anak itu, entah mengapa sangat keras kepala. Padahal Jacob sudah sering mengingatkan bahwa ia jangan pernah pergi sendirian. Dia hanya khawatir. Disamping kondisi mental Juyeon yang belum stabil sepenuhnya, psikis Juyeon juga tidaklah sesehat sebelumnya.
Semua karena tragedi tragisnya di masa lalu. Mengingat itu, andai mereka tak mempercayakan Jacob sebagai psikiater untuk Juyeon, ia tak dapat lagi membayangkan bagaimana nasib anak itu selanjutnya. Bahkan setiap mereka bertemu saja, Jacob selalu menangis melihatnya. Ia tak kuasa menyelami kejadian traumatis yang menimpa Juyeon kala itu.
Sampai sekarang pun, setiap Juyeon mendapat terapi dan menceritakan kronologisnya yang tidak tahu sudah yang keberapa kalinya ia lontarkan, Jacob tak dapat menahan rasa mual yang bergejolak di dalam perutnya. Sungguh, itu sangat tidak menyenangkan untuk didengar—bahkan untuk kali yang keseratuspun, Jacob mungkin masih tak senang dan andai bisa dihindari, ia memilih untuk tak lagi mendengarkannya sama sekali.
"Tuan Jacob?" Pria bersnelli yang baru saja keluar dari ruang rawat Juyeon, memanggil. Yang disebut namanya kini mulai beranjak dari kursi serta melangkah menghampiri. Ekspresinya kentara cemas, menanti penjelasan yang sebenarnya sudah terbaca dari raut yang dipasang oleh sang dokter.
"Menurut hasil pemeriksaan, Juyeon sering melewatkan waktu untuk mengonsumsi obat yang sudah kami dosiskan. Akibatnya, keadaannya semakin memburuk dan ... kecil kemungkinan untuknya bisa beraktivitas seperti biasa lagi."
Jacob menggeleng. "Saya yakin dia bisa sembuh!" tegas Jacob, masih bersikukuh akan pendapatnya sendiri.
"Begini, Jacob. HIV adalah penyakit yang menyerang sistem imunitas penderitanya. Terutama Juyeon juga terdiagnosa menderita AIDS. Bahkan, jika Juyeon ditangani dengan baikpun, kami nggak bisa menjamin Juyeon seratus persen akan sembuh. Nggak ada obat yang cukup ampuh untuk itu."
"Apalagi Juyeon sudah menjadi ODHA dalam waktu yang lama. Dia pasti sangat menderita karena penyakitnya sendiri. Apa kamu tega memaksanya untuk mematuhi segala keegoisanmu? Aku tau kamu peduli, tapi Juyeon—dia sering bilang kalau dia lelah, apa kamu tau itu?"
"Kumohon, Jacob, berhentilah melakukan hal yang sia-sia."
.
[Tbc]
.teori ngalor-ngidul. punten yah kalau terbilang ngaco :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence +Sangju
Fanfiction#1 - sangyeon (29/10/2024) Semuanya bermula dari Sangyeon yang menikahi Eunseo. [Lee Sangyeon - Lee Juyeon]