vinte e trés

404 48 6
                                    

Younghoon membuka matanya dengan susah payah. Bibirnya yang terluka mengeluarkan ringisan kecil, merespon semua rasa dari sakit yang diakibatkan oleh banyaknya luka disekujur tubuhnya.

Entah berapa lama sejak ia tidak sadarkan diri akibat seseorang memukul tengkuknya begitu saja menggunakan bilah kayu, Younghoon tidak ingat secara pasti. Tetapi, merasakan sekujur badannya penuh luka, bukanlah hal yang bisa ia jawab secara spontan. Ia sendiri tidak tahu tentang bagaimana mereka tercipta.

Terlebih bau anyir yang masuk ke rongga hidungnya. Sepertinya ada luka menganga di sekitar alis kanannya. Selain itu, tiba-tiba saja ia mencium aroma lain yang ia cium di ruangan kosong ini.

"Kak Younghoon."

"JUYEON?!"

Younghoon tak dapat mengontrol ekspresinya lagi. Tepat di depannya, sosok yang dicarinya, yang disayanginya, sedang duduk dalam kondisi leher, tangan dan kakinya yang terpasung. Tidak ada satupun kain yang menutupi keseluruhan tubuh kurusnya yang rapuh.

Hal yang paling menarik perhatian Younghoon kali ini adalah adanya bekas tamparan dipipinya. Terlihat sangat jelas, membuktikan betapa kencangnya tamparan tersebut terayun. Dan juga, tubuhnyapun penuh dengan noda bekas gigitan yang ia yakini sebagai tanda.

"Juyeon, lo kenapa?" Younghoon bertanya lirih. Tidak kuasa menahan sakit hatinya ketika melihat kondisi mengenaskan yang menimpa adik kesayangannya tersebut.

Berbeda sekali dengan Juyeon yang justru terlihat begitu senang akan keberadaan Younghoon yang tadinya sempat ia khawatirkan tentang keberadaannya dimana. Ia bahkan hampir putus asa mengenai keselamatan sang kakak dan melihat sosoknya di depan mata sekarang tak ayal membuatnya tersenyum bahagia.

"Kak Younghoon nggak apa?" Suara Juyeon terdengar sangatlah lemah. Seperti hampir habis. Tidak tahu apa yang terjadi kepadanya selama Younghoon tiada, tetapi yang jelas adiknya tersebut mungkin sudah menjadi korban pelecehan.

Younghoon ingin sekali menghampiri Juyeon dan melepaskannya dari jeratan tak manusiawi yang memerangkap tubuh ringkihnya. Tetapi, mengapa? Mengapa rasanya Younghoon seperti sudah lumpuh?

Padahal tak ada satupun tali ataupun alat yang menjeratnya, namun Younghoon sama sekali tak bisa menggerakan anggota badannya.

Pemuda itu sontak menangis. Terutama saat melihat betapa bahagianya Juyeon saat ini tanpa mengindahkan kondisinya yang terbilang jauh lebih mengenaskan darinya. Apa dampak dari keberadaan Younghoon sekarang ini begitu besarnya sampai tak hentinya membuat Juyeon tersenyum?

"Siapa yang ngelakuin ini ke lo, Ju?" tanya Younghoon khawatir. "Maaf, gue nggak bisa ngapa-ngapain sekarang."

Younghoon tentunya tidak ingin mengatakan secara langsung tentang kondisinya sekarang. Ia hanya tidak mau hal itu merusak kebahagiaan Juyeon saat ini.

"Aku liat Kak Younghoon baik-baik aja udah seneng, kok!" sahutnya ceria.

Sekali lagi, Younghoon merasa tidak tega. Siapa orang yang berani melecehkan adiknya? Pastinya Juyeon juga tidak akan menjawabnya. Dia mungkin takut sesuatu akan terjadi kepadanya jika Juyeon berani buka suara meskipun itu kepada Younghoon sendiri.

"Kak Younghoon, lukanya sakit nggak?" Juyeon bertanya penasaran. Memandang penuh atensi pada banyaknya luka yang tertoreh dibadan kakaknya. "Aku mau obatin, tapi ..."

Juyeon tak lagi melanjutkan ujarannya. Ia hanya melirik alat pasung yang terpasang pada setiap anggota geraknya. Merasa mengerti, Younghoon hanya mengangguk. "Nggak apa, Ju. Ini juga udah nggak terlalu sakit lagi."

Younghoon pun juga ingin menghampiri Juyeon. Tetapi, nyatanya ia sama sekali tak bisa. Ia tak dapat menggerakan satupun anggota badannya, kecuali bagian leher dan kepala.

Siapa yang telah membuatnya lumpuh?

.
[Tbc]
.

Limerence +Sangju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang