onze

946 147 16
                                    

"A-Ayah,"

Sangyeon mengangkat kepalanya ke atas. Fokusnya kini teralihkan ke arah Juyeon yang tengah berdiri tidak jauh dari meja makan. Lelaki itu memilin ujung seragamnya dengan gugup, bahkan kedua matanya pun sama sekali tidak sanggup untuk menatap langsung ke arah sang Ayah.

"Apa?" Tanya Sangyeon dengan sangat lembut. "Duduk dulu sini, kita sarapan bareng." Pria itu menunjuk sebuah kursi yang menghadap langsung ke arah Juyeon. Dan lelaki itu tidak melawan, dengan langkah yang terbilang sangat pelan ia lantas mendudukkan tubuhnya di atas kursi yang ada di depan Sangyeon.

"Tadi malem Ayah masuk ke kamar aku nggak?" Juyeon menundukkan kepalanya. Pipinya bersemu merah, terlalu malu sekedar untuk melihat bagaimana reaksi yang Sangyeon keluarkan setelah mendengar pertanyaannya tadi.

"Nggak, emang kenapa?" Sahutan itu membuat Juyeon mengeluarkan wajah bingungnya. Masa iya? Lalu, bagaimana bisa ia mendapati sebuah tanda sebesar dan sejelas itu seperti apa yang kini ada di atas collarbone-nya? Siapa lagi yang melakukan aksi kurang ajar itu kepadanya di dalam rumah ini selain Sangyeon? Kakak tirinya?

Jangan bercanda. Hal itu sangat tidak mungkin terjadi. Lagipula, atas dasar apa Younghoon melakukan hal itu kepadanya?

"Cuman nanya aja, kok."

.
[Limerence]
.

Younghoon merutuki semua tindakannya hari ini. Lelaki itu terus-menerus mengatai dirinya sebagai pengecut yang lari dari sebuah masalah yang ia ciptakan sendiri. Seperti pagi tadi, dimana Younghoon justru menghindari Juyeon dengan pergi lebih awal ke sekolah. Ia hanya takut jikalau Juyeon akan menanyakan perihal tanda yang ia ciptakan tadi malam itu.

Teriakan putus asa kembali keluar dari bibirnya untuk yang kesekian kalinya. Hal tersebut membuat Kevin yang tengah duduk disampingnya langsung menoleh ke arah Younghoon.

"Bisa diem nggak lo?" Ketusnya sesaat sebelum akhirnya kembali menyalin jawaban dari buku Younghoon.

Younghoon beralih menoleh ke arah jendela, dimana jendela tersebut terhubung langsung ke arah lapangan basket outdoor. Ia baru ingat jikalau kelas Juyeon ternyata ada materi olahraga hari ini.

Tatapannya kini terkunci ke arah sosok sang adik yang terlihat begitu mungil dengan setelan pakaian olahraga yang sedikit kebesaran di badannya. Padahal ia sendiri tau jikalau tinggi badan Juyeon hampir setara dengannya.

Juyeon nampak sedang membantu teman-temannya pemanasan. Sementara temannya kini saling berpasangan satu sama lain, namun Juyeon nampak hanya duduk sendirian. Younghoon merasa jikalau adiknya itu sepertinya dikucilkan di kelasnya.

"Hoon, lo mau kemana? Bentar lagi gurunya dateng—?" Kevin menghentikan ucapannya. Younghoon benar-benar telah pergi meninggalkan kelas tanpa mengatakan apa-apa.

.
[Limerence]
.

Juyeon meregangkan tubuhnya dengan berusaha meraih kakinya lewat posisi duduk. Sebenarnya tidak begitu menyusahkan baginya karena memang tubuhnya sudah lentur sejak awal. Namun, tiba-tiba ia bisa merasakan punggungnya perlahan didorong ke depan.

"Biar gue bantuin." Kepalanya langsung menoleh kebelakang. Sementara itu, Younghoon hanya memasang wajah tanpa dosanya. Tatapan teman-teman sekelas Juyeon tidak penting untuknya saat ini.

"Kak Younghoon ngapain disini? Kakak nggak bolos, kan?" Tanya Juyeon khawatir. Ia kemudian memposisikan dirinya duduk menghadap Younghoon yang alih-alih menjawabnya, justru hanya menatapnya sembari tersenyum kecil. "Kak, balik lagi ke kelas, ya? Nanti kakak dihukum sama guru—"

"Nggak usah peduliin gue, lo kenapa peregangan sendirian kayak gini? Apa dari mereka nggak ada yang mau bantuin lo?" Younghoon menatap ke arah teman sekelas Juyeon dengan mata tajamnya. Guru olahraga sepertinya sedang tidak masuk hari ini, jadi mungkin kelas Juyeon hanya dititipkan tugas oleh guru Pembimbing.

"Chanhee hari ini nggak masuk, Kak. Jadi jumlahnya ganjil," Sahut Juyeon yang tengah menenangkan Younghoon yang sepertinya akan mengeluarkan emosinya sebentar lagi.

"Lo nggak usah ngebela mereka, Ju. Jujur aja, kalian semua nge-bully adek gue, kan?" Tuduh Younghoon seyakin mungkin. Namun, semua yang ada di lapangan tersebut sama sekali tidak ada yang mengeluarkan suara sekedar untuk menyangkal ucapannya.

.
[Tbc]
.

Udah ya 🤧

Limerence +Sangju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang