seis

1K 155 52
                                    

Kelopak mata kucingnya terbuka perlahan. Suara keributan terdengar dari luar kamarnya. Entah apa yang sedang orang rumah lakukan sampai terdengar bunyi berisik di sana.

Juyeon meraba ke sisi kanan kasur. Kemudian, langsung menoleh ketika merasa sisi yang seharusnya ditempati oleh kakaknya itu ternyata kosong. Younghoon sudah bangun berarti.

Masih pukul sepuluh malam. Itu artinya Juyeon hanya tertidur selama satu jam lamanya. Lelaki itu sontak bangun dari tempat tidurnya. Lantas melangkah keluar kamar dan menemukan Ibunya ada di depan pintu masuk rumah dan berpakaian sangat rapi.

"Ibu mau kemana?"

Eunseo menoleh. Wanita itu memasang senyum hangat di wajahnya ketika melihat Juyeon kini sudah berada tepat didepannya. Mata milik anaknya itu menatap penasaran ke arah koper yang ada di samping kakinya.

"Ibu akan pergi ke luar kota. Ada banyak pekerjaan yang belum Ibu selesaikan. Maaf ya, Ibu sampai lupa pamitan sama kamu. Takutnya kamu kebangun," Sesal Eunseo seraya mengecup pelan dahi milik Juyeon.

Juyeon mengangguk mengerti. Namun, begitu melihat Younghoon mulai mendatangi mereka dengan setelan pakaian berupa baju turtle neck berwarna hitam disertai celana jeans dengan warna yang sama, langsung membuatnya terkejut. Terutama saat Sangyeon yang masih memakai setelan kerja lengkapnya muncul dari belakang Younghoon.

"Kak Younghoon ... ikut Ibu?" Tanyanya tidak yakin. Wajahnya nampak kembali ketakutan, meskipun kali ini jauh lebih samar dibandingkan saat tadi ia bersama Younghoon.

"Iya." Dan jawaban itu membuat Juyeon tanpa sadar meremas ujung sweater-nya. "Gue mungkin bakal ada di sana sekitar satu atau dua hari. Tenang aja, ada Ayah yang bakal nemenin lo selama gue sama Ibu lagi nggak ada."

Juyeon sedikit mencuri pandang ke arah Sangyeon yang ternyata tengah menatapnya tanpa berkedip. Pria itu kini tersenyum manis ke arahnya. Membuat Juyeon sedikit terperanjat karenanya.

"Maaf karena saya nggak bisa ikut kalian." Sangyeon beralih memperhatikan sang istri. Ia kembali tersenyum ketika Eunseo seakan memaklumi hal itu. "Nggak apa, aku tau kamu masih banyak kerjaan disini. Aku titip Juyeon, ya? Jagain dia, soalnya dia agak manja," Suruh Eunseo sembari mengedipkan sebelah matanya kepada Sangyeon.

Juyeon mengabaikan godaan Ibunya. Rasa takut kembali mendominasi benaknya. Selama ini ia menghindari Sangyeon lewat perantara Ibunya atau Younghoon. Namun, sekarang? Mereka berdua meninggalkannya. Seakan-akan memberikan Juyeon secara cuma-cuma kepada pria yang selama ini menjadi trauma terbesarnya.

"Jangan pergi, hiks!" Pada akhirnya tangis yang tadi berupaya ia tahan keluar begitu saja. Baik Eunseo maupun Younghoon terkejut bukan main melihat Juyeon terisak seperti sekarang. "Aku nggak mau sama Ayah! Hiks, Ayah jahat, Bu! Dia—"

"JUYEON!" Teriak Eunseo. Juyeon menundukkan kepalanya. Sang Ibu kembali marah untuk yang kesekian kalinya saat Juyeon berusaha jujur akan perlakuan sang Ayah kepadanya selama ini. "Sudah berapa kali Ibu bilang, Ayah kamu nggak seperti apa yang kamu pikirin! Sikap kamu yang selalu kayak gini bikin Ibu capek, Ju! Apa kamu nggak bisa sedikit aja ngeliat kebaikan Ayah kamu selama ini?"

Sangyeon beralih menghampiri sang istri. Sembari menyentuh lembut pundak Eunseo, Sangyeon berupaya menenangkan istrinya itu dari amarahnya. "Udah, jangan salahin Juyeon. Soal ini biar saya selesain sama Juyeon. Kamu nggak mau ketinggalan pesawat, kan?"

Eunseo menghela nafas panjang, ucapan Sangyeon ada benarnya. "Younghoon, ayo pergi!" Titah Eunseo seraya menarik kopernya menjauh. Bahkan ia tidak punya niat lagi untuk mengucapkan kata pamit kepada Juyeon yang masih terdiam mendengar bentakannya.

Younghoon menurut. Sebelum ikut menarik kopernya pergi, ia sempat menepuk pundak sang adik sembari tersenyum tipis. "Gue bakal balik secepatnya," Bisiknya pelan. Kemudian, langsung pergi memasuki mobil dan menjalankannya hingga perlahan mobil mereka menghilang dari jarak pandangan Juyeon.

"Dapat nyali dari mana kamu sampai berani mengadu seperti tadi?" Sangyeon menarik tangannya sekuat mungkin dan langsung membalikkan tubuhnya sehingga punggung milik Juyeon menabrak dinding dengan sangat keras.

"Seorang pembangkang kayak kamu sepertinya butuh banyak hukuman untuk mengerti arti dari sebuah ancaman, bukan?"

.
[Tbc]
.

Jangan berharap banyak ya buat chap kedepannya bakal gimana :(

Aku ga yakin bisa bikin begituan :(

STREAM THE STEALER JANGAN LUPA!!!!!!!

Limerence +Sangju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang