"Sajiwa?"
"Eh, kok lo tahu nama gue?"
Lelaki itu memanggil nama Sajiwa. Sementara Sajiwa masih berada di tangannya, badannya hampir jatuh, namun terselamatkan.
Sajiwa berdiri, merapihkan celananya, menggusah-gusah. Sementara lelaki itu masih menatap Sajiwa yang masih merapihkan celana putihnya.
Hingga terdengar suara perempuan memanggil nama lelaki itu dari ujung sana,
"Jeandra! Sini!"
"Maaf ya, nanti kalau kita ketemu lagi, saya jelasin. Saya ada keperluan." Lelaki yang bernama Jeandra itu meminta maaf kepada Sajiwa, kemudian berjalan dengan cepat ke arah suara perempuan tadi.
"Jeandra? gue belom pernah kenal orang yang namanya Jeandra.. But why did he looks so familliar in my eyes?" Gumam Sajiwa setelah lelaki itu pergi dengan jarak yang agak jauh darinya.
Ia tidak sadar bahwa ia juga berjalan ke arah ruangan yang sama dengan lelaki yang bernama Jeandra tadi. Ia berjalan dengan langkahnya, namun lama kelamaan langkahnya itu melambat.
"Sajiwaaaaa! Cepetan!" Suara itu datang dari ruangan yang tadi Jeandra datangi. Suara perempuan yang tidak asing di telinga Sajiwa, suara Abelle.
Sajiwa mempercepat langkahnya, suara hentakan sepatunya cukup membuat lorong yang sepi itu berisik.
Ia masuk ke ruangan itu, melihat kanan dan kiri, set photoshoot sudah di siapkan.
"Jiw, sini." Abelle mengajak Sajiwa berjalan ke sofa bagian dalam.
Terlihat lelaki yang memakai jaket jeans dan backpack hitam tadi sedang terduduk bermain ponsel di situ.
"Jean, ini Sajiwa." Ujar Abelle membawa Sajiwa ke arah Jeandra duduk.
"Oh, Jeandraksa. Panggil Jean boleh, Andra boleh, Aksa boleh." Lelaki itu mengulurkan tangan kanannya ke Sajiwa.
"Sajiwa. Panggilnya Jiwa aja." Sajiwa membalas uluran tangan Jeandra.
"Jiw, aku mau ke depan dulu. Kamu ngobrol dulu ya sama Jean." Abelle lagi-lagi meninggalkan Sajiwa, tangan kanannya sudah menggenggam ponsel di telinganya, kemudian ia berlari ke luar ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plate Of Melodia - ꒰ jaeminju ꒱
RomanceSajiwa Mahika Kamaniya, nestapa menjadi sahabatnya, perempuan yang dikira sempurna itu sebenarnya hidup dengan melankolia. Kala itu, pandangannya tidak terhenti kepada seseorang yang selalu mencuri perhatiannya. Lelaki itu selalu terpampang tepat te...