Sajiwa Mahika Kamaniya, nestapa menjadi sahabatnya, perempuan yang dikira sempurna itu sebenarnya hidup dengan melankolia. Kala itu, pandangannya tidak terhenti kepada seseorang yang selalu mencuri perhatiannya. Lelaki itu selalu terpampang tepat te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam hari, di meja kamar Sajiwa. Terdapat kertas, laptop, alat tulis, dengan organ yang berada di sebelahnya, serta gitar yang sedang ia pangku. Sajiwa duduk di kursi, memutar-mutar pensil dengan tangan kanannya. Ia sedang membuat lagu.
Waktu luangnya seringkali ia pakai untuk membuat lagu, itu hobinya. Walaupun sebenarnya ia tidak mempunyai waktu luang. Ia seharusnya bisa saja mengerjakan skripsinya sekarang agar cepat selesai. Namun ia memilih hal lain yang menurutnya lebih baik ia lakukan terlebih dahulu.
Ia memetik gitar, petik demi petik, kemudian ia pahami nada dengan lirik yang ia buat sendiri. Ia membuat lagu tentang cinta. Hanya tanpa alasan, meskipun ia tidak sedang jatuh cinta saat ini.
"Hmm, kalau ini nadanya di C sih, harusnya pas bagian chorusnya-, eh," Gumamnya sendiri itu terhenti ketika ia mendengar notifikasi dari ponselnya datang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Oh, i'm so excited.." Gumam Sajiwa lagi.
Perempuan itu segera menempatkan gitar, serta alat tulisnya ke tempat semula. Kemudian mencari-cari baju yang cocok untuknya menonton festival Wave To Earth bersama fotografernya besok malam, Jeandra.
Yang ia tidak sabar bukanlah tentang dengan siapa ia menonton, tapi ini pertama kalinya ia menonton festival band favoritnya. Siapapun yang akan menjadi teman menontonnya, akan selalu di kenang, pastinya. Itu adalah momen tersejarah baginya.
