Kini tersisa Sajiwa dan Jeandra yang duduk berdua di jalan dekat restoran, Abelle sudah pulang. Langit sudah mulai gelap dan larut. Mereka duduk di kursi jalan, ditemani lampu jalan yang kerap menyala, suasana pulang kantor dan gedung-gedung di sana yang juga mulai terang dengan lampunya.
"I'll miss this city so much," Celetuk Sajiwa, tiba-tiba, netranya melihat kanan dan kiri jalanan di Jakarta Pusat itu. Ia masih dengan pakaiannya yang serba merah muda.
"What do you mean? Where are you going?" Jeandra sontak bertanya.
"Aku disuruh menetap di Vienna setelah lulus S1." Ujarnya.
Tak ada habisnya ia membiarkan tentang kota itu. Namun, ini pertama kalinya ia berbicara kepada Jeandra. Biasanya, Sajiwa uanya berbicara dengan keluarga, atau bahkan bercengkrama dengan pikirannya sendiri.
Jeandra membuka matanya lebih lebar, "Vienna? I think i have heard that.. that's in Europe, right?"
Sajiwa mengangguk, "Iya, Vienna, ibukota-nya Austria."
"I love Vienna so much, back then. Cita-citaku ya sekolah di sana. Ada banyak musisi favoritku yang lahir di sana. Aku pernah mimpi, bangun di kota Vienna dan langsung di sambut dinginnya kota itu, alunan musik di pagi hari aku berangkat ke kampus. I love Vienna since i was a kid. Austria is my biggest dream." Lanjutnya, panjang lebar.
"Jadi, selesai skripsi dan wisuda, kamu langsung pergi ke Vienna?" Tanya Jeandra, sembari tangannya bermain dengan bulu Luna yang kini ia pangku.
Sajiwa kembali mengangguk, meneguk minuman matchanya yang ia genggam dengan tangan kanannya.
"I bet you'll miss me, hahaha." Candanya, setelah akhirnya minuman itu berhasil ia teguk.
"Om ku tinggal di Linz, salah satu kota di Austria juga. He come to my house a few days ago. Aku ditawarin untuk nginep dan main di rumahnya. Is that near from Vienna?" Utar Jeandra.
"Hmm.. Linz.." Sajiwa mengerutkan bibirnya dan mulai menaikkan bola matanya ke atas seraya berpikir. "Nggak terlalu jauh dari Vienna, sih. Kamu mau ke Linz, Kak?"
"I mean like, yeah, i can visit your house in Vienna if sometimes i miss you, hahaha."
Saat itu juga, jantung Sajiwa berdetak lebih kencang. Padahal, perempuan itu dahulu yang memancing.
"Aku juga bingung, kedepannya mau gimana. Kalo ngelanjutin S3 di-"
Belum selesai Jeandra berbicara, Sajiwa sudah memotong pembicaraannya.
"No, no, no, Kak. Saranku, kamu grow your business aja. You're smart enough, aku jadi kamu, aku udah pingsan beneran.. Why are you so addicted with study things?"
Jeandra tertawa kecil, kini senyumnya ikut terlihat,
"Daripada aku disuruh cepet-cepet nikah, lebih baik aku belajar."Mendengar hal itu, Sajiwa merasa topik pembicaraannya kini jauh dari zonanya. Ia bahkan jarang sekali mendengar kata kata tentang pernikahan sebelumnya, apalagi membicarakan itu secara empat mata dengan satu orang. Zonanya kini masih di pusing memikirkan judul skirpsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plate Of Melodia - ꒰ jaeminju ꒱
RomanceSajiwa Mahika Kamaniya, nestapa menjadi sahabatnya, perempuan yang dikira sempurna itu sebenarnya hidup dengan melankolia. Kala itu, pandangannya tidak terhenti kepada seseorang yang selalu mencuri perhatiannya. Lelaki itu selalu terpampang tepat te...