Hari di mana Sajiwa bersedih itu sudah tiga minggu yang lalu. Namun, selama tiga minggu ini, interaksinya bersama Jeandra hanyalah sekedar bertemu di restoran ketika ia datang ke sana, köstlichsuss. Luna, selama dua minggu pun kucing itu kerap bersama Jeandra. Ia hanya menjalani hidupnya yang sunyi seperti dulu, hanya saja kali ini, judul dan isi skripsinya sudah seratus persen selesai.
Sidang serta revisi sudah berlangsung dua minggu yang lalu. Itu tandanya, ia hanya harus melanjutkan yudisium, setelahnya wisuda.
Namun, ada satu hal yang sebenarnya ia belum siap.
Vienna. Mimpinya saat dulu itu bukanlah mimpi untuknya sekarang. Meskipun sekarang mudah untuk digapai, keinginannya itu sudah tidak sama dengan semasa ia kecil. Justru sekarang ia hanya ingin menetap di Ibukota dengan sebatas relasi yang ia punya."Udah, berhenti dulu nangisnya,"
Sabumi menenangkan adiknya yang kerap menangis itu, baru saja ia bahagia karena revisi skripsinya selesai. Baru saja beban pikirannya berkurang satu, tiba-tiba, beban yang baru datang lagi.
Sofa ruang tamu menjadi saksi bagaimana air mata Sajiwa menetes satu persatu membasahi pipinya, menangisi perihal Vienna.
"Tapi ticketnya beneran udah di booking Papa, Kak."
"Ya that's okay, i know you can live on that city."
Sajiwa tetap menjawab Kakaknya, "It's not about i can live on there or not, it's about-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Plate Of Melodia - ꒰ jaeminju ꒱
عاطفيةSajiwa Mahika Kamaniya, nestapa menjadi sahabatnya, perempuan yang dikira sempurna itu sebenarnya hidup dengan melankolia. Kala itu, pandangannya tidak terhenti kepada seseorang yang selalu mencuri perhatiannya. Lelaki itu selalu terpampang tepat te...