Kini mata kuliah terakhir Sajiwa telah selesai. Tandanya, ini waktunya untuk pulang. Sekarang pukul setengah lima sore, namun langit masih lumayan terang, tidak seperti sore biasanya.
Kaia, teman dekatnya itu tengah duduk di sampingnya sekarang.
"Lo nggak ke restoran Eropa itu?" Tanyanya.
"Nggak," Sajiwa menjawab, kakinya di ayunkan.
"Tumben,"
"Lo mau ke sana, Kai?" Kini Sajiwa bertanya kembali.
"Nggaaakk! Gue bakal jadi orang norak kalau ke sana." Jawab Kaia.
"Yakin, gak mau coba sekali?" Tawar Sajiwa.
"Di sana ada menu nasi goreng gak, sih? Seafood udang gitu? Apa nasi padang?" Ucap Kaia.
"Yah! Ya kali," Sajiwa menepuk pundak Kaia. "Tenang, di sana ada spaghetti. Spaghetti lo bisa makan, kan?" Lanjutnya.
"Bisa, sih. Ah, tapi gue lagi bokek." Timpal Kaia kembali.
"Ah elah, santai aja kali. Gue traktir!" Kini Sajiwa sudah berdiri, mengisyaratkan untuk cepat berjalan ke tujuan mereka.
"Bener? Beneran? Duh gue seneng banget punya temen baik hati kayak lo, Jiw." Kaia ikut berdiri, kini ia mengambil lengan Sajiwa untuk ia gandeng.
Jarak dari gedung fakultasnya ke restoran tersebut tidak begitu jauh. Mobil Sajiwa masih terparkir rapih di LG. Kini ia dengan Kaia berjalan menuju tempat itu.
Alunan musik jazz terdengar ketika mereka masuk ke tempat itu, dan juga harum khas dari restoran itu yang tidak begitu asing di indra penciuman Sajiwa. Namun, untuk mencari meja kosong sore itu benar-benar sulit. Banyak sekali pengunjung di sana.
Hanya ada empat meja yang tersedia dari puluhan lainnya. Salah satu meja yang tersedia berada tepat di bagian dekat kaca luar.
"Ya udah, di situ aja." Timpal Kaia.
Waiter yang sedari tadi mengikuti langkah Sajiwa dan temannya itu masih berdiri tegap sementara dua perempuan itu duduk kursi.
"Sate Padang satu porsi, Mba." Tiba-tiba mulut Kaia berkata.
Dasar, orang gila. Batin Sajiwa tidak bisa berhenti mengatakan itu, sekarang ia yang malu atas perbuatan temannya.
"Maaf, Kak. Kita ngga-"
"I'm sorry, may i order satu spaghetti, satu carpaccio, dan dua mineral water aja." Belum selesai pelayan itu berbicara, kini Sajiwa sudah menyelanya. Tidak ingin rasa malunya itu terus berlanjut.
"Baik, Kak. Wait for your order." Tanpa lama-lama, pelayan itu segera menyiapkan pesanannya.
"Orang gila!" Sajiwa memukul pundak Kaia, tidak begitu kencang, namun cukup untuk membayar rasa malunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plate Of Melodia - ꒰ jaeminju ꒱
RomanceSajiwa Mahika Kamaniya, nestapa menjadi sahabatnya, perempuan yang dikira sempurna itu sebenarnya hidup dengan melankolia. Kala itu, pandangannya tidak terhenti kepada seseorang yang selalu mencuri perhatiannya. Lelaki itu selalu terpampang tepat te...