Sajiwa Mahika Kamaniya, nestapa menjadi sahabatnya, perempuan yang dikira sempurna itu sebenarnya hidup dengan melankolia. Kala itu, pandangannya tidak terhenti kepada seseorang yang selalu mencuri perhatiannya. Lelaki itu selalu terpampang tepat te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kicauan burung dan aliran air dari tetangga sebelah rumah menyambut pagi perempuan dengan blouse merah mudanya, Sajiwa.
Ia menunggu kekasihnya di teras rumah, tas hitamnya itu menjadi sandaran kepalanya. Tanpa sadar, ia tertidur selama kurang lebih delapan jam di ruang terbuka itu.
Rambutnya lumayan berantakan, matanya masih enggan untuk terbuka lebar. Ia sempat bingung, sebentar, mengapa pemandangan bangun tidurnya bukan meja kamarnya. Mengapa ia mendengar kicauan burung, bahkan air keran yang terbuka dengan jelas pagi-pagi buta ini.
Ia membuka purse hitamnya, barang yang pertama ia ambil, ponsel kesayangannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Belasan bubble chat itu sudah tertera di layar ponselnya. Ia sempat berpikir sebentar, apa yang terjadi semalam.
Ketika ia sudah siap untuk makan malam bersama kekasihnya semalam, blouse merah muda itu cantik di kenakannya. Terlebih lagi, harumnya red vanilla yang selalu Jeandra notis setiap kali bertemu dengan Sajiwa.
Namun, yang ditunggu itu tak kunjung datang. Hanya suara jangkrik dan suara beberapa mesin kendaraan di jalan yang menjadi teman Sajiwa semalam. Meski ia belum sepenuhnya tersadar, ia tetap menunggu Jeandra di depan rumahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
