Hari Rabu, seperti Rabu biasanya. Hari yang sangat melelahkan bagi perempuan berambut hitam pekat, yang selalu membawa headphone nya kemana saja. Akhir semester kuliah adalah masa masa paling sibuk untuknya, Sajiwa Mahika Kamaniya, akrab di panggil Jiwa.Jam kelas terakhirnya telah selesai. Perutnya sudah memunculkan bunyi yang kurang enak di dengar, keroncongan. Tandanya lapar. Itu terjadi karena sedari tadi pagi, Sajiwa belum makan makanan berat. Ia hanya menyemil sejak tadi.
Selesai membereskan barang-barangnya ke dalam totebag berwarna putih miliknya yang selalu ia bawa ke kampus, ia berjalan ke lobby, kemudian berdiri tepat di depan antrian drink machine yang lumayan panjang. Hari yang melelahkan, butuh banyak asupan air di dalam tubuhnya.
Giliran Sajiwa berada di paling depan, sekarang antrian di belakangnya bertambah banyak. Ia harus secepat mungkin memilih minuman yang ia mau.
"Hmm.. Soda? Enggak deh.. Apa ya? Ah, milk tea aja." Gumamnya kecil, kepada dirinya sendiri, sembari menunjuk ke arah layar instant drink machine itu.
Ia mengetuk tombol 'Buy' di layar itu, kemudian memasukkan uang sejumlah empat puluh ribu ke dalam lubang yang sudah disediakan.
Namun, setelah sekitar dua puluh detik ia menunggu, minuman instan yang ia pilih tadi tak kunjung berada di tempat pengambilan.
"Aduh, ini kenapa, ya? Kenapa sih?" Gumamnya, ia masih meletakkan tangannya dan terkadang menyelinguk ke dalam tempat pengambilan minuman itu.
"Kak, ini antriannya masih panjang, kakak udah lama banget. Kasian yang antri, Kak." Ucap orang yang mengantri di belakangnya.
Sajiwa menoleh, masih sambil berjongkok, tangannya pun masih berada di dalam tempat pengambilan itu.
"Ah, maaf. Ini kayaknya mesinnya error, ya? Dari tadi saya tangkring di sini minumannya gak keluar-keluar.""Hah? Masa sih, kak? Coba sebentar, saya yang coba." Orang yang mengantri di belakangnya itu terheran.
"Iya, aduh, itu duit saya keambil cuma-cuma sih, lumayan. Ya udah, kamu coba dulu aja. Maaf ya." Ujar Sajiwa.
Perempuan itu berjalan ke arah pintu keluar, sepatu hitamnya berbunyi lumayan nyaring karena tempat itu lumayan sepi, hentakannya juga lumayan kencang.
Tiba di luar, Sajiwa memutuskan untuk pergi ke restoran dekat kampusnya. Langganan mahasiswa untuk makan siang, makan malam, hingga membeli sarapan. Walaupun setelah empat tahun berada di kampus, Sajiwa jarang ke restoran yang bernama 'köstlichsuss' itu.
Sepatu hitamnya memijak lantai restoran yang jarang ia datangi itu. Restorannya memang kecil, namun sangat bersih dan nyaman. Harum restorannya juga sangat khas. Pelanggan restoran di sore itu tidak terlalu banyak seperti biasanya. Dan, pegawai yang bekerja di situ juga tidak sebanyak terakhir kali Sajiwa ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plate Of Melodia - ꒰ jaeminju ꒱
RomanceSajiwa Mahika Kamaniya, nestapa menjadi sahabatnya, perempuan yang dikira sempurna itu sebenarnya hidup dengan melankolia. Kala itu, pandangannya tidak terhenti kepada seseorang yang selalu mencuri perhatiannya. Lelaki itu selalu terpampang tepat te...